Jenuh Musrenbang

Sahad Abdullah--

Opini Oleh: Sahad Abdullah 

RABU 7 Februari 2024. Jarum jam menunjukkan pukul 08.35 WIB, ketika saya tiba di kantor Camat Air Manjuto. Saya disambut senyum manis panitia Musrenbangcam. Mereka cantik-cantik, mengenakkan baju seragam.

Menunjukan bahwa mereka begitu siap menggelar Musrenbangcam. Di bagian ujung meja ada tumpukan kotak berisi kue, dan air mineral. Saya pikir sudah terlambat. Karena dalam undangan tertulis pukul 08.30 WIB.

Ternyata belum. Saya justru menjadi delegasi desa yang datang paling awal. Ini bisa dilihat dari buku absen. Masih bersih. Belum ada satupun orang yang mengisi.

BACA JUGA:Gagal Dibangun Tahun 2020, Jembatan Ini Segera Dibangun

Waktu terus berjalan. Satu per satu para delegasi desa tiba. Setelah mengisi absen, mendapat satu kotak kue. Berjalan menuju aula.

Setiap meja dan kursi yang ada, sudah ada peruntukkannya masing-masing. Sudah ditempel tulisan dinas/instansi. Untuk delegasi desa, setiap kursi sudah ada nama desa. Jumlahnya 3 kursi.

Pukul 09.30 WIB cara dimulai. Molor 1 jam dari jadwal. Biasa. Kita orang Indonesia, sudah familier dengan istilah 'jam karet'. Seremonial berlangsung sekitar 20 menit. Dimulai dengan pembukaan oleh pembaca acara, doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pembukaan Musrenbangcam, sambutan-sambutan dan penutup.

Istirahat sekitar 10 menit. Peserta Musrenbangcam diberi kesempatan untuk menikmati hidangan yang ada. 

Acara inti dimulai dengan membacakan item dan lokasi pembangunan. Jumlahnya (kalau nggak salah ingat) ada 10 item. Satu diantaranya ada di Desa Pondok Makmur. Bangunan lapis tebing di sekitaran lapangan. Sisanya ada di Desa Kota Praja dan Agung Jaya. 5 desa lainnya, Sido Makmur, Manjuto Jaya, Sinar Jaya, Tirta Mulya dan Tirta Makmur, gigit jari. 

BACA JUGA:Semarakan HUT ke-21, Camat XIV Koto Imbau Perkantoran Pasang Umbul-umbul

Suasana dalam ruangan sudah mulai tidak kondusif. Ada yang nggrememeng, ngedumel, curhat. Yang pada intinya, merasa kecewa, karena tahun ini tidak kebagian kue pembangunan. 

Acara berikutnya, membacakan usulan pembangunan masing-masing desa. Kesempatan pertama diberikan kepada Sido Makmur. Dan terakhir Sinar Jaya. Dari 8 juru bicara, hanya 3 orang yang (barang kali) tidak kecewa. Mereka juru bicara dari Agung Jaya dan Kota Praja, karena 'banjir bangunan. Serta Tirta Makmur, karena Penjabat Kades. 

Meskipun kecewa, para delegasi ini tetap sportif. Mereka tetap mengusulkan pembangunan hasil Musrenbangdes. Dan tetap berharap akan direalisasikan tahun depan. 

Pukul 12.15 WIB acara selesai. Peserta meninggalkan ruangan dengan perasaan masing-masing. Rasa kecewa yang didapat hari ini, akan membekas selamanya. Mereka akan berpikir bahwa Musrenbang ini pekerjaan yang sia-sia. Percuma menyampaikan usulan, toh nggak pernah terealisasi. 

BACA JUGA:Ini Perangkat Desa Medan Jaya yang Lolos Seleksi dan dilantik

Bagi yang gembira karena mendapat banyak bangunan, bersifat sementara. Mereka juga akan kecewa ketika, 2 atau 3 tahun desanya tidak mendapatkan bangunan.

Dalam beberapa kesempatan  saya mengikuti jalannya Musrenbangcam. Selain di Air Manjuto, ada juga di Kecamatan Penarik dan Teramang Jaya. Suasananya sama. Sedikit yang gembira, banyak yang kecewa. Penyebabnya adalah pembangunan tidak merata, dan realisasi di lapangan tidak sesuai dengan usulan yang disampaikan. 

Ketika masyarakat protes dan bertanya, jawabannya sangat klasik "Anggaran tidak cukup".

Lalu apa tujuan dari Musrenbang dilaksanakan mulai tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten ini, kalau hasilnya tidak dilaksanakan? Jawabannya (barang kali) "Aturan dan mekanismenya begitu".

BACA JUGA:Petani Kecamatan Lubuk Pinang Mayoritas Masih Mengandalkan Kimia

Kepada para pemangku kebijakan di negeri ini, saya usul. "Menghimpun usulan pembangunan dari masyarakat, cukup sekali dalam 5 tahun. Setiap tahun direalisasikan sesuai dengan anggaran yang ada. Setelah semuanya usulan direalisasikan, kemudian menghimpun usulan baru. Dengan demikian, cepat atau lambat semua usulan masyarakat terealisasi,". Semoga.*

Tag
Share