Kota Bawah Tanah Solusi Masa Depan untuk Kepadatan Penduduk

Kota Bawah Tanah Solusi Masa Depan untuk Kepadatan Penduduk--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan keterbatasan lahan di kota-kota besar, konsep kota bawah tanah mulai dipertimbangkan sebagai solusi inovatif untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk. 

Kota bawah tanah bukanlah sekadar elemen fiksi ilmiah, tetapi telah menjadi wacana serius dalam bidang arsitektur dan perencanaan urban. Namun, apakah kota bawah tanah benar-benar dapat menjadi solusi yang layak untuk masa depan? 

BACA JUGA:5 Surga Tersembunyi di Kediri Petualangan Menjelajahi Pesona Kota Tahu

BACA JUGA:Konsep Kota 15 Menit Apakah Masa Depan Urban Lebih Ramah Pejalan Kaki

Kota bawah tanah adalah konsep perencanaan urban yang melibatkan pembangunan struktur dan infrastruktur di bawah permukaan tanah. Ini mencakup jaringan transportasi, pusat perbelanjaan, ruang tinggal, serta fasilitas umum lainnya. 

Beberapa kota besar di dunia telah mengembangkan bagian bawah tanah mereka sebagai ruang fungsional, termasuk Montreal di Kanada dengan "Underground City" dan Helsinki di Finlandia yang memiliki kompleks bawah tanah yang luas.

Konsep kota bawah tanah dikembangkan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah kota, perusahaan konstruksi, dan arsitek yang mencari solusi terhadap masalah urbanisasi yang semakin meningkat. Negara-negara dengan keterbatasan lahan, seperti Jepang, Singapura, dan Cina, menjadi pionir dalam eksplorasi teknologi bawah tanah sebagai solusi perkotaan.

BACA JUGA:Kota Terapung Solusi Masa Depan untuk Mengatasi Kenaikan Permukaan Laut

Wacana mengenai kota bawah tanah telah ada sejak beberapa dekade lalu, tetapi baru dalam beberapa tahun terakhir konsep ini mendapatkan perhatian lebih serius. 

Dengan meningkatnya populasi global dan tekanan terhadap ruang perkotaan, teknologi yang memungkinkan pembangunan bawah tanah semakin berkembang. Beberapa proyek besar bahkan telah direncanakan untuk direalisasikan dalam dua dekade ke depan.

Kota bawah tanah paling memungkinkan untuk diterapkan di kota-kota besar dengan populasi padat dan lahan terbatas. Singapura, Tokyo, dan Hong Kong merupakan contoh kota yang telah mulai memanfaatkan ruang bawah tanah untuk berbagai kebutuhan, termasuk pusat perbelanjaan, sistem transportasi, hingga fasilitas penyimpanan energi.

Salah satu alasan utama kota bawah tanah menjadi pilihan adalah efisiensi penggunaan lahan dan pengurangan dampak lingkungan akibat perluasan horizontal kota. 

Selain itu, kota bawah tanah juga dapat melindungi penduduk dari cuaca ekstrem, seperti panas berlebih dan badai. Keamanan dari bencana alam tertentu, seperti angin topan, juga menjadi pertimbangan dalam pengembangan infrastruktur bawah tanah.

BACA JUGA:Los Angeles Kota Terbesar Setelah New York Kini Menjadi Pemandangan Seram

BACA JUGA:5 Kuliner Khas Pekanbaru yang Wajib Dicoba, Petualangan Rasa di Ibukota Riau

Pembangunan kota bawah tanah melibatkan berbagai tantangan, termasuk biaya konstruksi yang tinggi, kebutuhan akan teknologi ventilasi dan pencahayaan yang efisien, serta potensi dampak terhadap ekosistem bawah tanah. 

Selain itu, aspek psikologis seperti kurangnya akses ke sinar matahari alami juga menjadi faktor yang harus diperhitungkan dalam desain dan pengelolaan kota bawah tanah.

Kesimpulannya, kota bawah tanah adalah solusi inovatif yang dapat membantu mengatasi masalah kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan di kota-kota besar. Meskipun masih terdapat tantangan besar dalam implementasinya, perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan akan ruang perkotaan dapat mendorong realisasi konsep ini di masa depan.

Referensi

• World Urbanization Report (2023). "The Future of Underground Cities."

• MIT Technology Review (2023). "Urban Planning Innovations: The Potential of Subterranean Living."

• Journal of Sustainable Architecture (2022). "Designing Livable Underground Spaces."

Tag
Share