KORANRM.ID - Mayoritas pemerintah desa yang memiliki lahan persawahan mayoritas mengarahkan program ketahanan pangan Dana Desa (DD) ke bangunan fisik, dibanding program hewani ataupun hayati. Salah satunya seperti Pemerintah Desa Pauh Terenja, Kecaamatan XIV Koto. Dimana program ketahanan pangan DD tahun 2025 diperuntukan untuk pembangunan tiga titik pelapis siring diarea persawahan.
BACA JUGA:Program Ketahanan Pangan Tingkatkan Produksi Ikan Air Tawar Lokal BACA JUGA:Selain Tanam Jagung, Ini Program Ketahanan Pangan DD Lubuk Gedang Tahun 2025 Kades Pauh Terenja, mengatakan, program ketahanan pangan merupakan kegiatan wajib dalam penggunaan DD. Tahun lalu program ketahanan pangan di desanya juga berupa pembangunan. Tak ada ubahnya, tahun ini program ketahanan pangan juga bangunan fisik berupa pelapis siring. Dimana lokasi pelapis siring tersebut berada di persawahan masyarakat. Terkait volume bangunan masih dalam penghitungan. Sebab tim teknis tengah menggarap Rancangan Anggaran Biaya (RAB) dan gambar bangunan. “Program ketahanan pangan desa kita tahun ini ke pembangunan pelapis siring di persawahan. Sekarang lagi menggarap RAB dan gambar,”tuturnya. Lanjutnya, rencana pembangunan ini telah melalui banyak tahapan dan didasari musyawarah. Dalam musyawarah, masyarakat sepakat program DD ketahanan pangan diperuntukan untuk bangunan fisik. Adapun alasan lain yang jadi pertimbangan pembangunan fisik, seperti manfaatnya akan dirasakan masyarakat secara menyeluruh. Terlebih siring-siring persawahan di Pauh Terenja banyak yang belum permanen. Sehingga serapan air di siring cukup tinggi. Padahal petani butuh ketersediaan air memadai untuk sawah mereka. BACA JUGA:Program Ketahanan Pangan Sumbar Makmur Mengarah Ke Fisik, Ini Bangunannya “Program tersebut juga disepakati masyarakat karena jika berupa bangunan manfaatnya dirasakan secara menyeluruh,”sampainya. Selain itu, Kades juga menyebutkan, resiko pembangunan fisik lebih kecil dibanding hewani ataupun hayati. Misalnya seperti hewani, pengembangbiakan sapi, resikonya sapi mati, hilang dan lainnya. Selain itu jumlah sapi yang didapat pertahun juga sedikit. Dimana anggaran program ketahanan pangan paling cukup untuk pengadaan indukan sapi sekitar 12 ekor per tahun. Tentu tidak berbanding imbang dengan jumlah warga desa. “Selain manfaat, resiko program pembangunan juga lebih kecil. Berbeda dengan hewani ataupun hayati, misalnya seperti hewan hilang atau mati urusannya ribet,”demikian Kades.
Kategori :