Harga Sawit Terus Meroket, Petani tak Sepenuhnya Gembira

Rabu 23 Oct 2024 - 19:31 WIB
Reporter : SAHAD
Editor : SAHAD

radarmukomukobacakoran.com – Menjelang akhir tahun, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko terus mengalami kenaikan. Melihat tahun-tahun sebelumnya, kenaikan harga sawit ini terjadi hingga Februari tahun berikutnya. Pada minggu keempat Oktober 2024, harga sawit ditingkat pabrik mencapai Rp2.700,- per kilogram. Sedangkan harga di tingkat petani bervariasi. Selisih harga sawit antara di pabrik dengan di petani berkisar antara Rp250 hingga Rp300 per kilogram, tergantung posisi kebun. 

Meskipun harga sawit tergolong tinggi, petani sawit tidak sepenuhnya gembira. Ada beberapa hal yang membuat petani tak sepenuhnya gembira. Diantaranya produksi sawit sedang mengalami penurunan atau trek. Tingkat penurunan mencapai 50 persen, bahkan ada yang lebih. Kenaikan harga sawit juga memicu meningkatkan pencurian sawit. Dalam menjalankan aksinya, mencuri mengambil buah sawit yang masih ada di batangnya.

BACA JUGA:Pandangan Pengasuh Ponpes Atas Kepemimpinan Sapuan-Wasri

‘’Hari ini (Kemarin, red) saya panen, harganya Rp2.450 per kilogram,’’ Masruhin, petani sawit warga Desa Rawa Mulya, Kecamatan XIV Koto.

Dikatakan Masruhin, secara umumkenaikan harga sawit ini tidak mendambah pendapatan petani secara signifikan. Meskipun harga tinggi, tapi produksi menurun, hasilnya tidak jauh beda dengan standar tapi produksi tinggi. Hanya saja secara pskologis, harga sawit yang tinggi membuat petani lebih merasa senang.

‘’Kalau dihitung sama saja. Karena sekarang harga sawit sedang mahal, rasanya senang. Tapi was-was juga kalau-kalau sawitnya dicuri orang,’’ tambah Masruhin.

BACA JUGA:Mencurigakan, Orang Asing Diamankan Petani Sumber Makmur

Hal senada disampaikan petani sawit warga Kecamatan Air Manjuto, Pawitno. Ia mengatakan saat harga sawit tinggi, pihak yang cukup diuntungkan adalah pencari brondolan sawit. Mereka tidak memikirkan biaya perawatan dan sebaginya. Para pencari brondolan pada umumnya tidak memiliki kebun sawit. Kalaupun memiliki pohon luasnya tidak seberapa. Dengan kata lain, sawit sangat besar pengaruhnya terhadap ekonomi masyarakat. 

‘’Harga sawit yang tinggi mendongkrak ekonomi masyarakat. Bukan hanya pemilik kebun sawit, tapi juga warga kerjanya mencari brondolan sawit,’’ demikian Pawitno.

Kategori :