Gajah Sumatera di Bentang Sebelat Masih Tersisa 25 Ekor dari 50 Ekor

Sejumlah lahan yang sudah dirambah disegel.-Dedi Sumanto-Radar Mukomuko

koranrm.id - Setelah turun langsung meninjau hutan bentang Seblat, Wakil Menteri Kehutanan, Rohmat Marzuki, menegaskan bahwa, gajah sumatera yang hidup di kawasan hutan Bentang Sebelat, Provinsi Bengkulu saya ini hanya tersisa 25 ekor dari 50 ekor.

Hal tersebut dikarenakan terdesak oleh perambahan hutan oleh perkebunan sawit. Pernyataan ini disampaikannya saat mengunjungi Kawasan koridor gajah Bentang Alam Sebelat atau kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di wilayah Lebong Kandis, Desa Lubuk Talang Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu, melalui pantauan penerbangan dan pantauan darat Selasa tempo hari. 

Menurutnya, dalam kawasan HPT Lebong Kandis dan HP Air Rami atau dalam konsesi PT. Anugerah Pratama Inspirasi (API) terdapat enam ekor gajah liar, dan empat ekor gajah jantan liar. Saat ini di Bentang Sebelat teridentifikasi 25 ekor gajah, 10 ekor gajah jinak di Taman Wisata Alam (TWA) Sebelat, lima ekor gajah di HP Air Teramang, HPT Air Ipuh II dan HPT Air Ipuh I atau dikonsesi PT. Bentara Arga Timber (BAT).

"Total gajah yang masih tersisa 25 ekor. Yang berada dalam dua koloni terpisah antara HP Air Ipuh II dan HP Air Rami, terputus karena perambahan perkebunan sawit," ucapnya. 

Dia mengaku masih ditemukan tiga ekor gajah anak yang dikawal dua gajah dewasa. Hal tersebut juga menandakan bahwa gajah liar masih berkembang biak di kawasan tersebut. Terdesaknya habitat gajah ink faktur utamanya diduga akibat rusaknya hutan karena perambahan perkebunan sawit.

Hak ini akan menjadi perhatian pemerintah secara serius. Menurutnya, nstruksi dari presiden dan Menhut tegas, mengamankan kawasan hutan yg menjadi kantong gajah di Indonesia termasuk di Bentang Sebelat Bengkulu.

"Ada 22 kantong gajah di Sumatera termasuk gajah di Bentang Sebelat. Yang harus kita amankan kalau rusak kita pulihkan supaya habitat terjaga agar populasinya bisa bertambah dan berkembang dengan baik," ucapnya.

Dalam kujungan di kawasan hutan yang dirambah itu, Wamenhut menegaskan, pemerintah akan melakukan penguasaan kembali serta memperkuat pengamanan terhadap hutan yang telah dirusak. Dan  pemerintah juga mendorong PT BAT dan PT. API yang mengelola hasil hutan berupa kayu di kawasan hutan. Setempat untuk berkontribusi pada penyelamatan kawasan hutan dan penyelamatan gajah. 

untuk saat ini terdapat dua koloni gajah yang terpisah akibat kerusakan kawasan hutan. Untuk pempertemukan dua koloni yang terpisah ini menjadi hal yang cukup penting. Dengan cara memulihkan kawasan yang rusak atau dirambah. 

"Semua pihak wajib berkontribusi dalam pemulihan habitat gajah. Kami sudah memanggil PT API dan PT BAT untuk dievaluasi, klarifikasi menyeluruh, mereka wajib berkontribusi. Nantinya akan dibuat pos pengamanan dan pemantauan di lokasi hutan yang dirambah," tegasnya. 

Kepala Dinas Kehutanan, Provinsi Bengkulu, Syafnizar, juga mengatakan, dalam pemulihan kawasan hutan yang rusak diperlukan kolaborasi dari semua pihak. Termasuk mendorong langkah kementerian untuk mengevaluasi sejumlah perizinan perusahaan pengelolaan hasil hutan seperti kayu di kawasan tersebut.

"Kami mendorong langkah pemerintah melakukan evaluasi dan perizinan untuk perusahaan yang mengelola dan memanfaatkan hasil hutan serta terlibat aktif menyelamatkan kawasan dan habitat gajah," ujarnya.

Di sisi lain, Kepala BKSDA Bengkulu, Himawan Sasongko, menanbahakan, ia optimis penyelamatan habitat gajah bisa dilakukan. Dengan ditemukan masih terdapat koloni gajah yang masih bagus.

"Kami optimis penyelamatan gajah masih bisa dilakukan, karena masih ada koloni yang bagus, meski sudah ada yang rusak. Instruksi dan arahan Pak Wamen tadi sudah jelas dan akan kita tindaklanjuti dengan baik," tegasnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan