Keindahan Mata dalam Seni dan Budaya Simbolisme dari Berbagai Penjuru Dunia

Keindahan Mata dalam Seni dan Budaya Simbolisme dari Berbagai Penjuru Dunia.--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Mata bukan hanya organ indera penglihatan—dalam banyak kebudayaan dan karya seni, mata memiliki makna simbolis yang dalam dan penuh keajaiban. Dari zaman kuno hingga era kontemporer, bentuk dan ekspresi mata telah menjadi pusat perhatian dalam lukisan, patung, sastra, hingga simbol spiritual. Mata dianggap sebagai jendela jiwa, penghubung antarindividu, dan bahkan sebagai alat komunikasi yang melampaui batas kata-kata. Simbolisme mata dalam seni dan budaya mencerminkan bagaimana manusia memaknai penglihatan, intuisi, dan relasi antarpribadi dalam dimensi yang lebih emosional dan spiritual.

BACA JUGA:Solo Pesona Kota Budaya yang Memikat Jiwa

BACA JUGA:Myanmar: Negeri Seribu Pagoda dengan Sejarah, Budaya, Tradisi, dan Kepercayaan Unik

Di Mesir kuno, simbol mata sangat sakral. Eye of Horus (Mata Horus), atau Wedjat, adalah simbol proteksi, kesehatan, dan kekuatan. Mata ini berasal dari mitologi dewa Horus yang kehilangan salah satu matanya dalam pertempuran melawan dewa Set. Setelah dipulihkan oleh dewa Thoth, mata tersebut menjadi lambang kesembuhan dan keberuntungan. Simbol ini tak hanya dipakai dalam karya seni dan ukiran, tetapi juga dikenakan sebagai jimat oleh masyarakat Mesir kuno. Mata Horus menjadi salah satu bukti paling kuat bahwa mata telah lama dipandang sebagai simbol kekuatan gaib dan koneksi spiritual.

Dalam budaya Hindu dan Buddha, mata juga memiliki dimensi transendental. Mata ketiga atau third eye melambangkan kebijaksanaan batin, intuisi, dan pencerahan. Biasanya digambarkan di tengah dahi, mata ini dipercaya dapat “melihat” hal-hal yang tidak tampak oleh mata fisik, seperti kebenaran spiritual dan energi semesta. Dalam seni patung dan lukisan di Asia Selatan, dewa-dewa sering kali digambarkan memiliki mata ketiga sebagai simbol keilahian dan kesadaran lebih tinggi. Di sisi lain, dalam seni tari tradisional India seperti Bharatanatyam, gerakan mata menjadi bagian penting dari ekspresi emosi dan cerita.

BACA JUGA:Ondel-Ondel Legenda, Tradisi, dan Evolusi Budaya Betawi

BACA JUGA:Mentri Keuangan Sebut Efisiensi Anggaran Menjadi Budaya Baru

Simbolisme mata juga hidup dalam budaya Barat. Dalam karya seni Renaissance, mata sering menjadi pusat fokus ekspresi batin. Lukisan potret dari zaman ini berusaha menangkap “jiwa” subjek melalui tatapan mata yang dalam dan ekspresif. Seniman seperti Leonardo da Vinci menggunakan teknik chiaroscuro untuk memberi efek dramatis pada mata dalam lukisan mereka. Dalam sastra dan filsafat Barat, mata bahkan sering dihubungkan dengan konsep kebenaran dan pengetahuan—“melihat” sebagai metafora untuk “memahami”.

Di budaya Islam, kaligrafi dan arsitektur menghindari representasi figuratif, tetapi keindahan mata tetap menemukan tempat dalam syair dan puisi. Para penyair Persia dan Arab klasik sering menggambarkan keindahan mata kekasih sebagai simbol kecantikan ilahi. Sementara itu, kepercayaan pada “mata jahat” atau evil eye tersebar luas di Timur Tengah, Mediterania, hingga Asia Selatan. Untuk melindungi diri dari pandangan iri yang dipercaya bisa membawa nasib buruk, banyak masyarakat menggunakan jimat berbentuk mata biru yang disebut nazar, yang hingga kini masih dipakai di banyak negara.

BACA JUGA:Lembah Baliem, Spektakulernya Budaya Papua dalam Festival Tari Perang

Dalam budaya kontemporer, simbol mata masih sangat kuat dan sering muncul dalam berbagai bentuk visual modern. Di era digital, emoji mata dan simbol “mata yang melihat” sering digunakan dalam komunikasi online sebagai metafora pengamatan, kesadaran, bahkan misteri. Dalam dunia fashion dan desain grafis, motif mata kembali menjadi tren, memperkuat kesan eksentrik sekaligus mistis. Seniman seperti Yayoi Kusama bahkan mengeksplorasi bentuk mata dalam karya instalasi mereka sebagai simbol pengawasan dan pengalaman batin.

Keindahan mata sebagai simbol lintas budaya menunjukkan betapa universalnya pengalaman melihat dan dipandang. Mata bukan hanya indera, tetapi juga perwujudan rasa, kesadaran, dan nilai-nilai luhur yang dijunjung manusia dari masa ke masa. Seni dan budaya telah dan akan terus menjadi medium untuk mengabadikan makna-makna ini, mengingatkan kita bahwa di balik tatapan sepasang mata, tersembunyi sejuta cerita yang siap diungkapkan.

Referensi:

• Geller, M. J. (2005). The Eye of Horus: Medical and Mythical Symbolism in Ancient Egypt. The British Museum.

• Campbell, J. (1988). The Power of Myth. Anchor Books.

• Flood, G. (1996). An Introduction to Hinduism. Cambridge University Press.

• Nasr, S. H. (1987). Islamic Art and Spirituality. State University of New York Press.

• Kusama, Y. (2012). Infinity Mirror Rooms and the Symbol of the Eye in Contemporary Art. Tate Modern Lecture Series.

• Lippard, L. (2000). Overlay: Contemporary Art and the Art of Prehistory. The New Press.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan