Tradisi Unik Agar Sawah Kemali Subur Setelah Gagal Panen Dan Diserang Hama, Ruwat Bumi Dan Ngalawi

Tradisi Unik Agar Sawah Kemali Subur Setelah Gagal Panen Dan Diserang Hama, Ruwat Bumi Dan Ngalawi--ISTIMEWA

radarmukomuko.bacakoran.com – Salah satu tradisi yang menarik namun mengundang kontroversi adalah tradisi yang dilakukan ketika sawah mereka mengalami kemalangan, seperti panen gagal atau terserang hama. 

Tradisi ini mencerminkan perpaduan kearifan lokal dan kepercayaan mistis yang masih kental pada masa itu.

BACA JUGA:Tingkatan Displin, Pemdes Penarik Gunakan Absen Sidik Jari

Salah satu tradisi yang masih lestari hingga saat ini adalah ”Ruwat Bumi”. 

Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan sawah dari roh jahat yang dianggap membawa sial. Biasanya, ritual ini dilakukan dengan menggelar doa bersama, sesajen, dan pertunjukan kesenian tradisional. 

Masyarakat meyakini bahwa dengan melakukan Ruwat Bumi, sawah mereka akan kembali subur dan panen yang melimpah akan tercapai.

BACA JUGA:Program Ketahanan Pangan, Desa di Kecamatan Penarik Ramai-ramai Kembangkan Kambing

Di sisi lain, terdapat tradisi ”Ngalawi” yang kini mulai ditinggalkan karena dianggap tidak manusiawi. Tradisi ini dilakukan dengan mengundang dukun atau pawang untuk membaca mantra dan melakukan ritual di sawah yang mengalami kemalangan. Dukun atau pawang akan membakar dupa, menaburkan beras kuning, dan menyembelih hewan kurban sebagai persembahan kepada roh leluhur dan dewi padi. Masyarakat meyakini bahwa ritual ini akan mengusir roh jahat dan mendatangkan kembali kesuburan pada sawah.

BACA JUGA:Masyarakat Talang Buai Lanjut Garap Lahan KMD

Di beberapa daerah, tradisi ”Mencari Tumbal” masih diam-diam dilakukan, meskipun secara terang-terangan telah dilarang. Tradisi ini didasarkan pada kepercayaan bahwa panen gagal disebabkan oleh kutukan roh leluhur yang marah karena tidak mendapatkan persembahan yang layak. 

Oleh karena itu, masyarakat akan mencari tumbal, biasanya berupa hewan atau benda pusaka, untuk dipersembahkan kepada roh leluhur. Tradisi ini menuai kontroversi karena dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai kemanusiaan.

BACA JUGA:Desa Kota Praja Sudah Pengajuan DD Tahap Dua

Meskipun terkesan aneh dan mistis, tradisi-tradisi ini merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Tradisi ini mencerminkan cara pandang masyarakat terhadap alam dan kekuatan supranatural pada masa lampau. 

Tradisi ini juga menjadi pengingat akan ketergantungan manusia pada alam dan pentingnya menjaga keseimbangan alam.

Penting untuk dicatat bahwa tradisi-tradisi ini memiliki makna dan nilai budaya yang berbeda-beda di setiap daerah. 

Oleh karena itu, penting untuk mempelajari dan memahami konteks budaya sebelum menilai tradisi ini secara subjektif. 

BACA JUGA:Desa Kota Praja Sudah Pengajuan DD Tahap Dua

Tradisi-tradisi ini merupakan bagian dari warisan budaya bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan, namun dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan norma yang berlaku.

Di era modern ini, tradisi-tradisi tersebut perlu dikaji ulang dan diadaptasi dengan zaman. 

Kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi ini dapat dilestarikan, namun kepercayaan mistis yang mengiringinya perlu ditinggalkan. 

Masyarakat perlu didorong untuk mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengatasi masalah pertanian, tanpa harus terikat pada ritual-ritual yang tidak manusiawi.

BACA JUGA:Panduan Lengkap, Cara Melebatkan Rambut Anak Sejak Bayi

Menjaga kelestarian tradisi dan menyeimbangkannya dengan nilai-nilai modern merupakan tantangan yang perlu dihadapi bersama. 

Dengan pemahaman dan kedewasaan, tradisi-tradisi ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan pembelajaran bagi generasi penerus, tanpa harus terjebak dalam belenggu kepercayaan mistis yang menghambat kemajuan.

Artikel Ini Dilansir Dari Berbagai Sumber : www.gramedia.com dan m.kumparan.com

 

Tag
Share