Kenali Polanya Cara Mengenali dan Memutus Siklus Kebiasaan Buruk

Kenali Polanya Cara Mengenali dan Memutus Siklus Kebiasaan Buruk.--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Kebiasaan buruk tidak terbentuk dalam sehari. Ia lahir dari pola yang berulang tanpa disadari—dimulai dari pemicu, berlanjut ke rutinitas, dan diakhiri dengan bentuk “hadiah” tertentu bagi pelakunya. Misalnya, rasa stres bisa memicu seseorang untuk merokok, dan sensasi rileks yang didapat menjadi “hadiah” yang membuat siklus itu terus berjalan. Untuk keluar dari pola ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali dengan jujur bagaimana kebiasaan buruk itu bekerja dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:Bermuda, Pulau Terkaya dan Terpelajar, Biaya Hidup Seperti Sultan
Proses pengenalan pola ini melibatkan tiga komponen utama: pemicu (cue), kebiasaan (routine), dan hasil (reward). Sering kali, pemicu muncul dari lingkungan sekitar, kondisi emosional, atau bahkan waktu tertentu dalam sehari. Misalnya, rasa bosan di sore hari bisa memicu kebiasaan ngemil tanpa sadar. Jika kita tidak tahu apa pemicunya, akan sulit untuk menghentikan siklusnya. Oleh karena itu, mengamati diri sendiri secara sadar dan mencatat momen-momen saat kebiasaan buruk terjadi bisa menjadi langkah awal untuk membuka mata terhadap pola tersebut.
BACA JUGA:Dari Menunda-nunda hingga Begadang Solusi Nyata untuk Kebiasaan Buruk Sehari-hari
Setelah pola dikenali, strategi berikutnya adalah mengintervensi salah satu bagian dari siklus tersebut. Salah satu metode paling efektif adalah mengganti rutinitas buruk dengan rutinitas lain yang memberikan hasil serupa. Jika tujuan dari kebiasaan begadang adalah karena ingin waktu sendiri, maka waktu tenang itu bisa dipindahkan ke pagi hari dengan bangun lebih awal. Dengan kata lain, hadiah yang diinginkan tetap bisa diraih, namun melalui cara yang lebih sehat dan produktif.
Penting juga untuk menciptakan jeda antara pemicu dan reaksi otomatis. Teknik mindfulness atau kesadaran penuh sangat membantu dalam hal ini. Saat dorongan untuk melakukan kebiasaan buruk muncul, latih diri untuk berhenti sejenak, tarik napas panjang, dan amati sensasinya. Jeda ini bisa cukup untuk mengalihkan respons otomatis menjadi keputusan sadar. Latihan ini, meskipun sederhana, sangat ampuh dalam memutus siklus kebiasaan yang selama ini berlangsung tanpa disadari.
BACA JUGA:Cara Otak Membentuk Kebiasaan dan Bagaimana Kita Bisa Memperbaikinya
Selain pendekatan mental, modifikasi lingkungan juga menjadi kunci. Kita lebih mudah mengulang kebiasaan buruk jika terus dikelilingi oleh pemicunya. Maka, ubah kondisi sekitar untuk memperkecil peluang jatuh pada kebiasaan lama. Contohnya, jika ingin berhenti mengecek ponsel di tempat tidur, simpan ponsel di luar kamar atau aktifkan mode senyap saat malam tiba. Lingkungan yang mendukung akan memperkuat komitmen terhadap perubahan.
Tak kalah penting, bangun sistem dukungan dari orang terdekat. Ceritakan niat perubahan kepada teman, pasangan, atau keluarga agar mereka bisa mengingatkan saat kita mulai kembali ke pola lama. Bahkan, ikut komunitas yang memiliki tujuan serupa bisa memberikan motivasi tambahan. Perubahan tidak harus dilakukan sendirian, dan memiliki orang lain yang mendukung akan memperbesar peluang keberhasilan.
Akhirnya, ingat bahwa memutus siklus kebiasaan buruk adalah proses, bukan tujuan instan. Tidak masalah jika sesekali tergelincir, selama tetap menjaga arah. Yang terpenting bukan kesempurnaan, tetapi kemauan untuk bangkit dan mencoba lagi setiap kali jatuh. Saat kita mampu mengenali polanya, kita pun mampu mengambil kembali kendali atas hidup kita.
________________________________________
Referensi:
1. Duhigg, C. (2012). The Power of Habit. Random House.
2. Clear, J. (2018). Atomic Habits. Avery.
3. Neal, D. T., Wood, W., & Quinn, J. M. (2006). Habits—A repeat performance. Current Directions in Psychological Science, 15(4), 198–202.
4. Lally, P., van Jaarsveld, C. H. M., Potts, H. W. W., & Wardle, J. (2010). How are habits formed: Modelling habit formation in the real world. European Journal of Social Psychology, 40(6), 998–1009.