Rokok dan Ilusi Iklan Mengapa ‘Keren’ Itu Hanyalah Strategi Marketing

Rokok dan Ilusi Iklan Mengapa ‘Keren’ Itu Hanyalah Strategi Marketing--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Industri rokok selama bertahun-tahun telah sukses membungkus produk berbahaya mereka dalam balutan citra glamor, maskulin, bebas, dan keren melalui iklan yang dirancang sangat cermat dan manipulatif. Strategi marketing yang digunakan bukan hanya sekadar promosi produk, tetapi lebih pada membentuk persepsi dan gaya hidup, khususnya bagi kaum muda. Di balik visual gagah seorang koboi yang berkuda di padang luas atau sosok pria atletis yang menikmati pemandangan sambil merokok, terdapat pesan tersirat bahwa rokok adalah simbol kedewasaan, keberanian, dan kebebasan. Padahal, yang tidak ditampilkan adalah paru-paru yang rusak, napas pendek, dan risiko penyakit mematikan seperti kanker paru-paru, stroke, dan jantung. Iklan rokok, secara tidak langsung, mempengaruhi keputusan seseorang untuk mulai merokok bukan karena kebutuhan fisik, melainkan karena dorongan emosional dan pencarian identitas diri, terutama pada usia remaja.
BACA JUGA:Generasi Burnout Mengapa Anak Muda Mudah Lelah Secara Mental
BACA JUGA:Tren Baru Anak Muda Sekarang, Mari Mengenal Istilah YONO di Media Sosial
Mengapa citra "keren" ini begitu efektif? Karena iklan rokok memanfaatkan kelemahan psikologis manusia, terutama keinginan untuk diterima dalam kelompok, membentuk jati diri, atau menunjukkan sikap pemberontakan. Dalam banyak kampanye, perokok digambarkan sebagai orang yang percaya diri, santai, dan menarik, menciptakan ilusi bahwa rokok adalah bagian dari kehidupan ideal. Strategi ini dirancang dengan hati-hati oleh para pemasar yang memahami psikologi konsumen, khususnya anak muda yang masih dalam fase pencarian jati diri. Ironisnya, semakin banyak bukti medis tentang bahaya rokok, semakin canggih pula cara iklan rokok menyamarkan fakta itu. Bahkan setelah larangan iklan rokok di media televisi, iklan tetap hadir secara terselubung dalam bentuk sponsor acara olahraga, film, atau bahkan penempatan produk di media sosial dan konten digital.
BACA JUGA:Ternyata Ini Alasanya, Banyaknya Anak Muda Terkena Hipertensi
Namun, penting untuk disadari bahwa “keren” dalam iklan rokok adalah produk konstruksi citra semata. Rokok tidak menjadikan seseorang lebih gagah, lebih dewasa, atau lebih mandiri. Justru sebaliknya, kecanduan rokok menjadikan seseorang lebih tergantung, lebih mudah terpengaruh, dan secara tidak sadar menyerahkan kendali tubuhnya pada zat adiktif bernama nikotin. Para mantan perokok sering mengungkapkan bahwa mereka dahulu mulai merokok karena pengaruh iklan atau lingkungan sosial yang membentuk persepsi bahwa perokok adalah sosok ‘keren’. Namun setelah mereka berhenti dan menyadari dampaknya, banyak dari mereka menyesali waktu dan uang yang terbuang, serta kerusakan yang telah terjadi pada tubuh mereka.
Kini, dengan semakin masifnya kampanye kesehatan publik dan edukasi melalui media sosial, kesadaran mulai meningkat bahwa rokok bukanlah simbol kebebasan, melainkan jebakan gaya hidup yang penuh risiko. Anak-anak muda perlu dibekali dengan pemahaman kritis terhadap media dan iklan, agar tidak mudah terjerumus pada citra palsu yang ditawarkan oleh industri rokok. Penting juga untuk mendorong regulasi lebih ketat terhadap promosi rokok terselubung, serta menciptakan narasi tandingan yang menunjukkan bahwa keren itu adalah mereka yang sehat, sadar, dan berani berkata tidak pada racun yang dibungkus cantik.
Kita tidak bisa lagi membiarkan generasi muda tertipu oleh ilusi iklan yang menyamakan asap rokok dengan kebebasan. Sudah saatnya memutus rantai propaganda visual yang menjadikan rokok sebagai tren. Karena keren sejati bukan mereka yang memegang batang rokok di tangan, tapi mereka yang berani melindungi tubuh dan masa depan dari tipu daya marketing yang beracun.
BACA JUGA:Anak Gadis Mantan Kades Pulau Makmur Dikabarkan Hilang Di TPI Sungai Muar
Referensi:
• World Health Organization. (2021). Tobacco and youth: What marketing does to influence smoking behavior.
• Sargent, J. D., & DiFranza, J. R. (2003). Tobacco marketing and adolescent smoking: more than just promotion. Pediatrics, 111(2), e123-e128.
• Ling, P. M., & Glantz, S. A. (2002). Why and how the tobacco industry sells cigarettes to young adults: evidence from industry documents. American Journal of Public Health, 92(6), 908-916.
• Campaign for Tobacco-Free Kids. (2020). Deadly Deception: Tobacco Industry Advertising Practices.
• National Cancer Institute. (2008). The Role of the Media in Promoting and Reducing Tobacco Use. Tobacco Control Monograph No. 19.