Benteng Fort Rotterdam, Saksi Bisu Pergulatan Sejarah di Makassar
Benteng Fort Rotterdam, Saksi Bisu Pergulatan Sejarah di Makassar--istimewah
radarmukomuko.bacakoran.co - Di jantung kota Makassar, berdiri megah sebuah benteng tua yang menyimpan sejuta kisah. Benteng Fort Rotterdam, dengan temboknya yang kokoh dan menara-menara yang menjulang tinggi, merupakan saksi bisu pergulatan sejarah perdagangan dan pertempuran di Makassar. Dari tangan Portugis, benteng ini berpindah ke tangan Belanda, menjadi simbol kekuasaan dan pengaruh mereka di tanah Sulawesi.
Kisah Benteng Fort Rotterdam bermula pada abad ke-16, ketika Portugis, bangsa pelaut yang haus akan rempah-rempah, menjejakkan kaki di Makassar. Mereka membangun sebuah benteng kayu sederhana di tepi pantai, yang kemudian dikenal sebagai Benteng Ujung Pandang. Benteng ini menjadi pusat perdagangan mereka, menghubungkan Makassar dengan dunia luar dan mengantarkan rempah-rempah dari bumi Sulawesi ke Eropa.
Namun, dominasi Portugis di Makassar tak berlangsung lama. Pada tahun 1605, Belanda, yang juga berambisi menguasai perdagangan rempah-rempah, datang ke Makassar. Perseteruan antara Portugis dan Belanda pun tak terhindarkan, dan pada tahun 1667, Belanda berhasil menguasai Benteng Ujung Pandang. Mereka kemudian membangun kembali benteng tersebut dengan batu bata dan meriam, memperkuat pertahanan dan menjadikan Benteng Fort Rotterdam sebagai pusat pemerintahan mereka di Makassar.
Benteng Fort Rotterdam menjadi simbol kekuasaan Belanda di Makassar. Dari benteng ini, mereka mengendalikan perdagangan, mengatur pemerintahan, dan memimpin perlawanan terhadap kerajaan-kerajaan lokal yang berusaha mempertahankan kemerdekaan mereka. Di dalam benteng, terdapat berbagai bangunan penting, seperti kantor pemerintahan, rumah tahanan, dan gudang senjata. Benteng Fort Rotterdam juga menjadi tempat tinggal bagi para pejabat Belanda dan keluarga mereka.
Namun, kekuasaan Belanda di Makassar tak selamanya kokoh. Pada tahun 1669, terjadi perlawanan sengit yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin, raja dari Kerajaan Gowa. Pertempuran yang dikenal sebagai "Perang Makassar" ini berlangsung selama beberapa tahun, menandai puncak perlawanan rakyat Makassar terhadap penjajahan Belanda. Meskipun akhirnya Belanda berhasil memenangkan perang, perlawanan Sultan Hasanuddin dan rakyat Makassar menunjukkan semangat juang yang luar biasa
Setelah Perang Makassar, Benteng Fort Rotterdam tetap menjadi pusat pemerintahan Belanda di Makassar. Mereka terus mengendalikan perdagangan dan menguasai wilayah sekitar. Namun, pengaruh Belanda di Makassar mulai melemah pada akhir abad ke-19, seiring dengan munculnya nasionalisme dan gerakan kemerdekaan di Indonesia.
Pada tahun 1949, setelah Indonesia merdeka, Benteng Fort Rotterdam menjadi milik negara. Benteng ini kemudian diubah menjadi museum, menyimpan berbagai artefak dan koleksi yang menceritakan sejarah Makassar dan pergulatannya dengan penjajah. Museum ini menjadi tempat wisata sejarah yang menarik, menawarkan kesempatan bagi pengunjung untuk menyelami masa lalu dan memahami sejarah panjang Makassar.
Benteng Fort Rotterdam bukan hanya sebuah bangunan tua, melainkan juga sebuah simbol. Simbol kekuasaan, pertempuran, dan perlawanan. Simbol sejarah panjang Makassar, yang penuh dengan pasang surut dan pergulatan. Benteng ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga sejarah dan mengenang perjuangan para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan.
Beberapa hal menarik tentang Benteng Fort Rotterdam:
• Arsitektur: Benteng Fort Rotterdam memadukan gaya arsitektur Eropa dan lokal. Temboknya yang kokoh dan menara-menara yang menjulang tinggi menunjukkan pengaruh arsitektur Eropa, sementara beberapa bagian bangunannya menunjukkan pengaruh arsitektur tradisional Makassar.
• Museum: Museum Benteng Fort Rotterdam menyimpan berbagai artefak dan koleksi yang menceritakan sejarah Makassar, termasuk senjata, pakaian, dan peralatan rumah tangga dari masa lampau.