Generasi Muda dan Rokok Elektrik Gaya Hidup atau Jalan Baru Menuju Kecanduan

Generasi Muda dan Rokok Elektrik Gaya Hidup atau Jalan Baru Menuju Kecanduan--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Dalam beberapa tahun terakhir, rokok elektrik atau vape menjadi fenomena yang sangat populer di kalangan generasi muda. Dikenal dengan berbagai rasa manis dan aroma menarik, vape dianggap sebagai alternatif yang lebih “aman” dibandingkan rokok konvensional. Banyak remaja dan dewasa muda tergoda untuk mencoba karena persepsi tersebut, ditambah dengan pengaruh media sosial, tren gaya hidup urban, serta kemasan produk yang modern dan estetik. Namun di balik daya tariknya, rokok elektrik menyimpan potensi bahaya yang tidak kalah serius, terutama dalam membentuk kebiasaan adiktif yang mengarah pada kecanduan nikotin. Ketika generasi muda melihat vape sebagai bagian dari identitas atau ekspresi diri, mereka tanpa sadar sedang membuka pintu ke arah ketergantungan jangka panjang terhadap zat kimia yang memengaruhi otak dan kesehatan mereka secara menyeluruh.
BACA JUGA:Merokok Membahayakan, Sakit Akibatnya Tak Ditanggung BPJS Saatnya Sadar Risiko dan Pilih Hidup Sehat
Apa yang membuat rokok elektrik tampak begitu menggoda adalah strategi pemasaran yang canggih dan penyamaran bahaya yang halus. Produsen rokok elektrik kerap memasarkan produknya sebagai “pilihan cerdas” bagi perokok yang ingin berhenti atau sekadar mencoba sesuatu yang “lebih ringan”. Namun kenyataannya, sebagian besar cairan vape mengandung nikotin dalam jumlah tinggi, bahkan lebih besar daripada rokok biasa dalam beberapa kasus. Nikotin yang terhirup melalui vape tetap memengaruhi sistem saraf pusat, menimbulkan rasa nyaman sementara, sekaligus menciptakan ketergantungan yang sulit dilepaskan. Lebih mengkhawatirkan lagi, otak remaja yang masih dalam tahap perkembangan sangat rentan terhadap efek nikotin, yang bisa mengganggu konsentrasi, suasana hati, serta kemampuan pengambilan keputusan. Studi bahkan menunjukkan bahwa penggunaan vape pada usia muda bisa meningkatkan risiko beralih ke rokok konvensional di kemudian hari, membuktikan bahwa vape bukanlah pintu keluar dari rokok, melainkan jalan masuk yang baru.
BACA JUGA:Keajaiban Cengkih: Bumbu Masakan Pedas Hingga Rokok Kretek Khas Indonesia
Dari sisi sosial, penggunaan vape juga memperkuat dinamika kelompok sebaya yang menormalisasi perilaku merokok dalam bentuk baru. Banyak remaja merasa bahwa vaping adalah cara untuk terlihat keren, diterima, atau lebih dewasa di mata teman-temannya. Fenomena ini diperparah dengan minimnya pengawasan orang tua, kurangnya edukasi dari sekolah, serta regulasi yang masih belum ketat dalam mengontrol penjualan vape kepada anak di bawah umur. Padahal, tanpa kesadaran kolektif, generasi muda yang seharusnya menjadi harapan bangsa justru tumbuh dengan kebiasaan yang merugikan kesehatan mereka sendiri. Saat vape dijadikan simbol gaya hidup modern, banyak yang melupakan bahwa gaya hidup sehat dan berdaya juang jauh lebih penting daripada citra sementara yang dibentuk oleh tren semata.
BACA JUGA:Keajaiban Cengkih: Bumbu Masakan Pedas Hingga Rokok Kretek Khas Indonesia
Mencegah generasi muda dari jeratan kecanduan rokok elektrik memerlukan pendekatan yang holistik. Edukasi menjadi kunci utama. Sekolah, keluarga, dan pemerintah harus bekerja sama memberikan informasi yang jujur, berbasis sains, dan relevan dengan bahasa serta gaya hidup anak muda. Pendekatan moral saja tidak cukup, karena banyak dari mereka mencari alasan logis dan bukti nyata atas dampak buruk vaping. Selain itu, regulasi yang lebih tegas dalam pengawasan produk rokok elektrik, termasuk pembatasan iklan dan penjualan kepada anak di bawah umur, harus diperkuat. Tak kalah penting, menciptakan ruang-ruang kreatif dan sehat bagi remaja untuk menyalurkan stres, kecemasan, atau pencarian identitas mereka bisa menjadi jalan keluar yang jauh lebih bermakna daripada sekadar mengikuti tren yang merugikan. Dengan langkah ini, kita tidak hanya menyelamatkan kesehatan generasi muda, tapi juga masa depan bangsa secara keseluruhan.
BACA JUGA:Heboh AKP Dadang Santai Merokok Saat Diperiksa, Usai Insiden Penembakan Kasatreskrim Solok
Referensi:
• U.S. Surgeon General. (2016). E-Cigarette Use Among Youth and Young Adults: A Report of the Surgeon General.
• National Institute on Drug Abuse. (2022). Teens and E-cigarettes. Retrieved from www.drugabuse.gov
• World Health Organization. (2020). Electronic Nicotine Delivery Systems.
• Glantz, S. A., & Bareham, D. W. (2018). E-Cigarettes: Use, Effects on Smoking, Risks, and Policy Implications. Annual Review of Public Health, 39, 215–235.
• Chadi, N., Hadland, S. E., & Harris, S. K. (2019). Understanding the implications of vaping among adolescents: The intersection of science, policy, and clinical practice. The Journal of Adolescent Health, 65(4), 451–455.