Kementrian ESDM Cari Investor Bangun Pabrik LPG di Indonesia

Kementrian ESDM Cari Investor Bangun Pabrik LPG di Indonesia --screnshoot dari web
KORANRM.ID - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, saat ini mulai mengundang investor untuk membangun pabrik LPG di Indonesia. Selama ini banyak anggaran yang digelontorkan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar fosil dalam negeri. Oleh karena itu, pembangunan pabrik gas minyak cair atau Liquefied Petroleum Gas (LPG) dinilai sangat memiliki pasar prospektif. Sehingga bisa menghemat anggaran. Setiap tahun Indonesia menyiapkan uang sekitar Rp 500 triliun lebih untuk mengimpor bahan bakar fosil, termasuk LPG. Konsumsi LPG di Indonesia mencapai 8,7 juta metrik ton per tahun. "Untuk subsidi LPG 3 Kg sebanyak 8,2 juta metrik ton per tahun. Industri dalam negeri kita kapasitasnya tidak lebih dari 1,4 juta metrik ton. Jadi impor kita rata-rata setiap tahun, termasuk untuk industri, kurang lebih sekitar 7 juta metrik ton," ungkap Bahlil.
BACA JUGA:Kadis Perindag: Warga Mampu Jangan Gunakan Gas Elpiji 3 Kg
BACA JUGA:Kuota Gas Elpiji Belum Ditetapkan, Segini Usulan Pemkab Mukomuko untuk Tahun 2025
Dalam kegiatan Mandiri Investment Forum, Bahlil mengundang investor untuk mendirikan pabrik LPG di Indonesia. Bahlil menyebut, selama ini lebih dari 50 persen dari 8 juta metrik ton LPG yang diimpor Indonesia berasal dari Amerika Serikat (AS), sedangkan sisanya dari Timur Tengah. Pasarnya sudah Captive, pembiayaannya langsung dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), kontraknya langsung dengan Pertamina sebagai Offtaker. "Tetapi ke depan, untuk minyak, saya sudah menginstruksikan kepada jajaran Pertamina dan Ditjen Migas agar impor minyak itu dari negara yang ada minyaknya, jangan dari negara yang tidak ada minyaknya" kata Bahlil.
Sebelum menyebut Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mulai menyusun rencana investasi pembangunan pabrik LPG, yang direncanakan memiliki kapasitas produksi 1,5 juta hingga 2 juta ton. Namun, yang perlu digaris bawahi pemerintah juga harus merogoh, Rp 87 triliun untuk memberikan subsidi dari komoditas tersebut. Indoneisa padahal memiliki potensi C3C4, yang merupakan bahan baku untuk LPG. "Baru mulai rencananya untuk dilakukan investasi siapa, kapan, itu mulai Januari. Namun, potensi tersebut hanya bisa digunakan untuk menambah kapasitas produksi 1,5 juta ton hingga 2 juta ton melalui pabrik LPG," paparnya.
BACA JUGA:Hasil Pantauan Tim, Gas LPG 3 Kilogram Masih Aman
Masih dikatakan Bahlil, pemerintah juga bakal menggencarkan jaringan gas atau jargas yang bakal diprioritaskan di daerah Jawa, sementara program dicanangkan sebagai pengganti LPG itu sebagian sudah berjalan di Sumatra. Ia mengaku sudah melaporkan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Presiden Prabowo Subianto untuk membangun Jaringan Gas melalui pendapatan negara bukan pajak (PNBP). "Dalam rangka mendorong kedaulatan energi, kita pakai saja dana dari PNBP untuk bisa kita bangun, karena kalau kasih ke swasta, ya saya tidak tahu satu periode kita pemerintahan bisa selesai atau tidak," imbuhnya.