Deepfake dalam Politik Ancaman Baru atau Evolusi Kampanye Digital

Deepfake dalam Politik Ancaman Baru atau Evolusi Kampanye Digital .--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa banyak manfaat, tetapi juga menimbulkan tantangan baru, salah satunya adalah deepfake dalam dunia politik. Dengan kemampuannya dalam memanipulasi audio dan video untuk menciptakan konten yang sangat meyakinkan, deepfake memicu perdebatan mengenai dampaknya terhadap kampanye politik dan demokrasi. 

Deepfake dalam politik merujuk pada penggunaan teknologi AI untuk mengubah atau memalsukan video dan audio tokoh politik agar tampak seperti asli. Teknologi ini dapat digunakan untuk membuat video yang menunjukkan seorang pemimpin dunia mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka ucapkan. Dengan semakin canggihnya algoritma deep learning, video deepfake menjadi semakin sulit dibedakan dari rekaman asli.

BACA JUGA:Biaya Konsumsi Listrik Tiba Tiba Melonjak Naik, 5 Penyebab Kebocoran Listrik di Rumah

BACA JUGA:Fenomena Virtual Influencer Apakah Selebriti Digital Akan Mengambil Alih

BACA JUGA:Fenomena Social Media Detox Tren Sesaat atau Kebutuhan di Era Digital

Penggunaan deepfake dalam politik dapat berasal dari berbagai pihak, termasuk aktor negara, kelompok politik, atau bahkan individu yang ingin menyebarkan disinformasi. Beberapa pemerintah dan organisasi telah mulai menggunakan teknologi ini untuk propaganda atau kampanye, sementara di sisi lain, lawan politik juga menggunakannya untuk merusak reputasi lawan mereka. Selain itu, perusahaan teknologi besar juga berusaha mengembangkan alat untuk mendeteksi deepfake dan mengurangi dampak negatifnya.

Teknologi deepfake mulai berkembang pesat pada pertengahan 2010-an dengan kemajuan dalam pembelajaran mesin dan pemrosesan gambar. Dalam beberapa tahun terakhir, deepfake semakin menjadi ancaman yang nyata dalam politik, terutama dengan meningkatnya aksesibilitas perangkat lunak deepfake yang dapat digunakan oleh siapa saja dengan komputer standar. Sejumlah kasus telah mencuat di mana deepfake digunakan dalam kampanye politik untuk menyebarkan informasi palsu atau merusak kredibilitas seorang kandidat.

BACA JUGA:The Rise of Digital Nomads Apakah Masa Depan Kerja Tanpa Kantor

Dampak deepfake dalam politik paling terasa di negara-negara dengan pemilihan umum yang ketat dan di mana disinformasi dapat dengan mudah mempengaruhi opini publik. Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa negara di Asia telah mengalami peningkatan penggunaan deepfake dalam propaganda politik. Media sosial juga menjadi saluran utama penyebaran video deepfake, sehingga semakin sulit untuk mengontrol penyebarannya.

Deepfake menjadi isu penting karena dapat merusak kepercayaan publik terhadap informasi yang mereka terima. Dalam era digital yang penuh dengan berita palsu, deepfake menambah tantangan baru bagi jurnalis, peneliti, dan pemilih dalam membedakan antara kenyataan dan manipulasi. Jika tidak dikendalikan, teknologi ini dapat mengubah cara orang memandang politik dan berpotensi merusak integritas pemilu.

Deepfake bekerja dengan menggunakan teknik deep learning, khususnya generative adversarial networks (GANs), yang memungkinkan komputer untuk mempelajari dan meniru wajah serta suara seseorang dengan presisi tinggi. 

Proses ini melibatkan pelatihan algoritma pada kumpulan data besar yang berisi rekaman wajah dan suara individu tertentu. Setelah cukup data dikumpulkan, AI dapat menghasilkan video yang tampak sangat nyata, meskipun sepenuhnya direkayasa.

BACA JUGA:Teknologi Digital yang Sering Digunakan dalam Penelitian Satwa Liar

Kesimpulannya, deepfake dalam politik merupakan ancaman serius yang perlu ditangani dengan regulasi dan teknologi pendeteksian yang lebih baik. Meskipun dapat digunakan dalam kampanye digital untuk menciptakan konten menarik, penyalahgunaan deepfake dapat mengarah pada disinformasi yang merusak demokrasi. Oleh karena itu, kerja sama antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan masyarakat sangat penting untuk mengurangi dampak negatif teknologi ini.

Referensi

• Chesney, B., & Citron, D. (2019). "Deepfakes and the New Disinformation War."

• Paris, B., & Donovan, J. (2020). "Deepfake and Synthetic Media in Political Campaigns."

• Facebook AI (2023). "Advancements in Deepfake Detection and Countermeasures."

 

Tag
Share