Guru Gunduli Siswi SD di Cianjur karena Berkutu, Tuai Kecaman dan Trauma
Guru Gunduli Siswi SD di Cianjur karena Berkutu, Tuai Kecaman dan Trauma--Screenshot dari web
radarmukomukobacakoran.com-Sebuah peristiwa yang menghebohkan terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Seorang guru di Sekolah Dasar (SD) setempat digunduli siswinya karena dianggap memiliki kutu di rambut. Aksi guru tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak dan menimbulkan trauma pada siswi yang menjadi korban.
Peristiwa ini bermula ketika seorang siswi SD di Cianjur pulang sekolah dengan kondisi menangis dan kepala botak. Video yang beredar di media sosial memperlihatkan siswi tersebut digunduli oleh gurunya dengan alasan rambutnya tidak terawat dan berkutu.
Dalam video tersebut, terlihat jelas bahwa guru tersebut menggunakan alat cukur untuk membersihkan kepala siswi. Bahkan, terlihat pula kutu yang bermunculan saat guru tersebut menyisir rambut siswi tersebut.
BACA JUGA:Buktikan! 6 Kebiasaan Ini Bisa Tingkatkan Inner Beauty Anda Secara Alami
BACA JUGA:Pesan Ketua APDESI untuk Para Kades
BACA JUGA:Warga Sendang Mulyo Mimpikan Jalan Aspal
Siswi yang menjadi korban pun tampak tertekan dan mengalami trauma akibat kejadian tersebut. Ia merasa malu dan enggan kembali bersekolah, bahkan setelah dipindahkan ke sekolah lain.
"Anaknya jadi malu sekolah, tidak mau sekolah. Pindah sekolah pun tidak mau," ujar salah seorang orang tua yang prihatin dengan kondisi siswi tersebut.
Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Aripin, membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, guru tersebut memang bermaksud baik untuk membersihkan kutu di rambut siswi. Namun, cara yang dilakukannya dinilai salah dan tidak tepat.
"Tujuannya memang baik, tapi pelaksanaannya yang salah," kata Aripin.
Aripin menjelaskan bahwa seharusnya guru tersebut berkoordinasi terlebih dahulu dengan orang tua siswi sebelum melakukan tindakan tersebut.
"Seharusnya berkoordinasi dengan orangtua murid. Itu namanya anak diperintahkan nurut, tapi orangtuanya belum tentu menerima," jelasnya.
Aripin juga menyayangkan tindakan guru tersebut, terutama karena siswi tersebut adalah anak perempuan.