Bisnis Ram Sawit di Mukomuko Semakin Menjanjikan, Modal Awal Capai Rp300 Juta

Ramp REZAN di Desa Surian Bungkal, merupakan pendatang baru.-Sahad-Radar Mukomuko

koranrm.id – Bisnis ramp atau tempat pembelian buah sawit juga sering disebut lapak, di Kabupaten Mukomuko terus menunjukkan prospek yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari jumlah titik ramp yang terus bertambah di berbagai kecamatan.

Di setiap kecamatan, kini terdapat antara 5 hingga 8 titik ramp yang aktif beroperasi. Kondisi ini mencerminkan tingginya potensi ekonomi dari sektor perkebunan sawit di wilayah tersebut.

Sudirman S.A.P, salah satu pemilik ramp REZVAN  di Desa Surian Bungkal, Kecamatan Selagan Raya, mengatakan bahwa untuk mendirikan satu unit ramp, diperlukan modal awal sebesar Rp200 juta hingga Rp300 juta. Modal tersebut digunakan untuk membangun fasilitas timbangan, lapak, serta pembelian awal buah sawit dari petani.

"Modal Awal sekitar Rp300 juta, tergabung luas lahan serta fasilitas yang disediakan," ujar Sudirman. 

BACA JUGA:Sawit Jadi Andalan Ekonomi Warga Mukomuko, Harga Stabil dan Buka Lapangan Kerja

Meski memiliki potensi keuntungan besar, sebagian besar pemilik ramp belum memiliki koneksi langsung dengan pabrik pengolahan sawit. "Kebanyakan pemilik ramp seperti saya harus bekerja sama dengan pemilik SP (surat pengantar) untuk bisa menjual ke pabrik," ujar Sudirman.

Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, para pemilik ramp biasanya menjalin kerja sama dengan beberapa pemilik SP. Hal ini memungkinkan mereka menjual sawit ke berbagai pabrik yang membeli sawit lebih tinggi, sehingga tetap bisa bersaing dan mempertahankan kelangsungan usaha.

Dengan meningkatnya jumlah ramp dan tingginya minat masyarakat untuk terlibat dalam bisnis ini, sektor pembelian sawit di Mukomuko diprediksi akan terus berkembang, seiring dengan peningkatan produksi sawit dari para petani lokal.

Dikatakan Sudirman, ramp membeli sawit petani secara kontan, sesuai dengan harga hari itu. 

BACA JUGA:Jelang Lebaran Idul Adha, 31 KPM di Lubuk Sanai Kembali Terima BLT-DD

"Risikonya kalau tiba-tiba harga turun, kita rugi. Sebaliknya kalau tiba-tiba naik kita untung. Biasanya sebelum harga naik atau turun, ada pemberitahuan sehari sebelumnya sehingga kita bisa menyesuaikan pembelian terhadap petani," demikian Sudirman.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan