Sejarah Singkat Buaya Buntung Di Sungai Teramang Tunggang

Sejarah Singkat Buaya Buntung Di Sungai Teramang Tunggang --screnshoot dari web

KORANRM.ID - Kemunculan seekor buaya di pinggir Sungai Teramang tepat di bawah Jembatan Jalan Lintas Barat Desa Tunggang Kecamatan Pondok Suguh Kamis,(17/4) tempo hari menjadi tontonan warga. Banyak warga menduga buaya tersebut adalah buaya muara yang naik ke hulu sungai. Namun, ada juga yang menduga dan mengaitkan buaya tersebut adalah buaya yang tidak berekor atau Buaya Buntung. Terkait dengan keberadaan buaya buntung di sungai itu menurut cerita memang sudah ada sejak zaman dulu. Dimana keberadaan buaya buntung ini dianggap sebagai penunggu atau penjaga sungai. Karena keberadaan buaya tersebut tidak menganggu warga, begitupun sebaliknya. Buaya Buntung inipun juga tidak sering menampakkan dirinya. Buaya buntung ini paling singkat menampakkan diri hanya satu kali dalam 3 tahun hingga satu kali dalam 10 tahun.

BACA JUGA:Buaya Air Asin vs. Buaya Air Tawar Siapa yang Lebih Ganas?

BACA JUGA:Warga Keluhkan Buaya Sungai Manjuto dan Krisis Air Bersih Saat Kemarau

Kepala Desa (Kades) Tunggang, H. Zulyadi, menceritakan, buaya di Sungai Teramang Tunggang ini sudah ada sejak zaman dulu. Menurutnya, warga sudah tidak heran dengan keberadaan buaya di sungai tersebut. Namun, jenis buayanya beda dan bukan buaya muara seperti kebanyakan. Buaya yang dianggap warga sebagai penunggu di sungai itu adalah buaya yang tidak berekor atau Buaya Buntung. Buaya ini diakuinya memang ada di sebuah Lubuk yang berjarak lebih kurang sekitar 200 meter dari jembatan Jalan lintas Barat Bengkulu-Padang tersebut. "Zaman saya masih kecil dulu, kami mandi di pinggir Sungai itu, buaya buntung itu juga ada di sebarang sungai sana. Kami tetap mandi dan tidak saling ganggu," beber Zulyadi Jumat,(18/4).

BACA JUGA:Raup Jutaan Rupiah dari Lidah Buaya: Rahasia di Balik Tanaman Serbaguna

Masih diceritakan Zulyadi, dari zaman dulu sampai sekarang keberadaan buaya buntung ini tidak menghalangi aktivitas warga Desa Tunggang di sungai tersebut. Selain itu, dari dulu sampai selayang juga tidak ada ternak warga seperti kambing, ayam dan sejenisnya dimangsa buaya di pinggir Sungai Teramang ini. Keberadaan buaya buntung ini sudah bersahabat dengan warga, dan tidak saling ganggu satu sama lain. Warga juga beranggapan bahwa keberadaan buaya buntung ini adalah sebagai penunggu atau penjaga sungai. "Kalau kami di sini warga Desa Tunggang menyebut buaya itu adalah buaya penunggu dan tidak menganggu. Bahkan ternak warga pun selama ini juga tidak ada yang bilang dimangsa buaya di sekitaran sungai tersebut," jelasnya.

BACA JUGA:Lidah Buaya Ajaib, Rahasia Membuat Minuman Segar Tanpa Rasa Pahit dan Bau Menyengat

Terkait dengan kemunculan seekor buaya pada Kamis,(17/4) kemarin, menurutnya itu belum jelas. Apakah itu betul buaya muara atau buaya buntung, dan bisa jadi itu hanya biawak besar. Karena ekor yang dilihat warga yang diduga buaya tersebut tidak terlihat jelas karena ekornya masih terendam dalam air. Terlepas dari bukan buaya muara atau bukan buaya buntung yang dianggap sebagai penunggu sungai. Namun, dia sebagai kepala desa tetap mengimbau semua warga Tunggang untuk tetap waspada dan hati-hati saat beraktivitas di pinggir Sungai tersebut. "Kalau uang muncul kemarin kita tidak tahu pasti. Apakah itu biaya buntung atau buaya muara dan bisa juga itu hanya biawak. Apapun itu, kita mengimbau semua warga untuk tetap waspada dan hati-hati saat beraktivitas di sungai ini," tambahnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan