Sejarah Bangkitnya Rwanda, Negara yang Dijuluki Singapuranya Afrika

Rwanda.--Sceenshot

koranrm.id - Rwanda merupakan sebuah negara yang terletak di Afrika Timur dengan perjalanan sejarah yang menginspirasi. Dilansir dari channel youtube Doczon.

Negara ini telah menjadi sorotan dunia karena secara historis pernah mengalami krisis kemanusiaan yang tragis.

Kendati demikian negara ini kemudian mengambil langkah-langkah besar untuk memulihkan diri menciptakan kestabilan dan mempromosikan Kedamaian.

Rwanda adalah negara relatif kecil dengan luas mencapai 26.336 km2 dan dihuni oleh sekitar 13 juta populasi yang menjadikannya sebagai salah satu negara paling padat di Afrika.

Sebelum mencapai tingkat stabilitas dan kemajuan ekonomi seperti saat ini,  Rwanda mengalami sejarah yang sangat kelam.

BACA JUGA:Tidak Ada yang Diharapkan Warga Turun Perbaiki Jalan

Rwanda merupakan negara dengan 85% penduduknya berasal dari suku hutu.

Sementara sisanya adalah beberapa suku termasuk suku tutsi, suku hutu dan tursi.

Seringkali terlibat dalam konflik, terutama setelah perang dunia 2 ketika rwanda berada di bawah kekuasaan Belgia.

Selama berkuasa Belgia lebih menyukai suku minoritas tutsi dibandingkan suku utuh .

Kecondongan Belgia atas suku tutsi semakin memperburuk keadaan serta menciptakan ketegangan yang seringkali meledak menjadi kekerasan.

Setelah Rwanda secara resmi merdeka dari penjajahan Belgia pada Juli 1962, ketegangan antara suku utuh dan tursi tidak kunjung mereda.

Bahkan semakin memanas puncaknya ketegangan ini meledak pada tahun 1994 dimana, presiden juvenal habibari mana yang ber etnis utuh tewas setelah pesawat yang ditumpanginya ditembak jatuh.

Tewasnya Sang Presiden mendorong kelompok-kelompok kutu yang radikal melancarkan kampanye kekerasan dan genosida.

BACA JUGA:Perusahaan Perkebunan Wajib Berikan Lahan 20 Persen Untuk Masyarakat

Kemudian dalam waktu 100 hari hampir satu juta orang kehilangan nyawa dan menjadi korban dalam genosida ini.

Sedangkan lebih dari 2 juta orang melarikan diri dari Rwanda dan mendiami Kenken.

Pengungsi di negara-negara tetangga beruntungnya genosida di Rwanda berhasil dihentikan oleh front patriotik Rwanda, sebuah kelompok militer yang dipimpin oleh Paul gagame seseorang yang ber etnis Kagami bersama kelompok militernya.

Secara bertahap berhasil memadamkan ketegangan antara kelompok kutu dan tursi pada tahun-tahun berikutnya.

Selanjutnya Kagami berhasil mempromosikan perdamaian di Rwanda setelah genosida yang dilakukan dengan berbagai cara termasuk mengadili para pelaku genosida dan memberikan bantuan kepada para korban.

Pada tahun 2003 Paul Kagami memenangkan pemilu dan terpilih menjadi presiden front patriotik roanda atau kelompok militer yang dipimpinnya akhirnya berubah menjadi partai politik.

Dimana Paul Kagami menjadi figur Sentral.

BACA JUGA:Buntut Aksi Demo, Program Desa Bandar Jaya Mulai Terganggu

Paul Kagami menjadi presiden Rwanda sejak tahun 2003 hingga saat ini.

Hal ini disebabkan oleh ketentuan masa jabatan presiden di ruanda yang berlangsung selama 7 tahun.

Selain itu berdasarkan hasil amandemen konstitusi pada tahun 2015 seorang presiden dapat mencalonkan diri hingga 5 kali.

Dengan demikian Paul Kagami masih memiliki potensi untuk menjabat sebagai presiden hingga tahun 2034.

Sejak Rwanda dipimpin oleh kagame terdapat banyak perubahan yang signifikan yang terjadi di Rwanda.

BACA JUGA:Penilaian Lomdeskel di Kecamatan Penarik Selesai, Pemenangnya...

Pada awal menjabat sebagai presiden Kagami membuat program pengembangan yang disebut sebagai visir Wanda yang berisi target-target yang harus dicapai pemerintah Wanda selama 20 tahun.

Beberapa target tersebut antara lain membentuk pemerintahan yang baik, meningkatkan keterampilan sumber daya manusia termasuk kualitas pendidikan, kesehatan dan teknologi informasi.

Visi Irwanda ini juga menargetkan kemudahan bagi pihak swasta yang hendak berinvestasi pembangunan infrastruktur kelas dunia mengembangkan sistem pertanian dan peternakan yang lebih modern.

Seperti pertanian berbasis perkotaan yang memakan ruang yang sedikit tetapi menghasilkan panen yang lebih banyak.

Salah satu program unik yang diluncurkan Paul Kagami untuk mengentaskan kemiskinan adalah program giringkah atau sapi untuk semua.

Pada tahun 2006 program giringkah memberikan sapi gratis kepada keluarga-keluarga miskin di Wanda.

Sapi-sapi ini diharapkan dapat meningkatkan produksi susu, daging serta pupuk.

BACA JUGA:Megawati Gagal Bawa Petrokimia ke Final Proliga Putri 2025

 Selain itu program giringkah juga bertujuan untuk mempromosikan rasa kebersamaan dan solidaritas diantara masyarakat Rwanda dengan mewajibkan penerima sapi untuk memberikan anak sapi betinanya kepada tetangganya yang belum memiliki sapi.

Program ini diharapkan dapat menciptakan rasa saling membantu dan mendukung antara sesama warga.

Pada tahun 2018 terdapat sekitar 1,5 juta sapi di Rwanda yang naik secara signifikan dari yang pada mulanya 200.000 sapi pada tahun 2006.

Selain itu terdapat juga program digital Rwanda yang diluncurkan pada tahun 2013, program ini bertujuan untuk menjadikan Rwanda sebagai negara yang paling maju secara digital di Afrika.

Pemerintah ruanda berinvestasi besar-besaran dalam masalah digital ini dengan membangun jaringan internet berkecepatan tinggi di seluruh ruangan dan menyediakan akses internet gratis di sekolah-sekolah serta tempat-tempat umum.

BACA JUGA:Rahasia Panen Raya, Panduan Lengkap Menanam Bawang Merah Super Produktif

Pada Tahun 2022 Rwanda memiliki tingkat penetrasi internet sebesar 70% dan menjadi salah satu yang tertinggi di Afrika.

Pemerintah Rwanda juga telah menciptakan lebih dari 10.000 lapangan kerja di sektor teknologi digital. Semua pencapaian ini menjadikan Rwanda mendapat julukan sebagai singapuranya Afrika.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan