Peran Keluarga dalam Mencegah Demam Berdarah di Lingkungan Rumah

Peran Keluarga dalam Mencegah Demam Berdarah di Lingkungan Rumah .--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang paling sering menimbulkan wabah di Indonesia, terutama saat musim hujan tiba. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang biasa berkembang biak di genangan air bersih di sekitar rumah. Mengingat risiko yang sangat tinggi dan dampak fatal yang bisa ditimbulkan, pencegahan DBD harus dimulai dari rumah tangga sebagai lingkungan terdekat dan paling mudah dikendalikan. Peran keluarga menjadi sangat sentral dalam upaya memutus rantai penularan DBD. Keluarga bukan hanya sebagai penerima informasi, melainkan sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan langkah-langkah pencegahan yang efektif, konsisten, dan berkelanjutan. Langkah pertama yang paling dasar adalah mengenali sumber-sumber potensial perkembangbiakan nyamuk di dalam dan sekitar rumah. Genangan air di pot bunga, bak mandi, dispenser, talang air, ember bekas, dan tempat minum hewan peliharaan dapat menjadi sarang nyamuk jika tidak rutin dibersihkan dan dikeringkan. Oleh karena itu, keluarga perlu menerapkan gerakan 3M Plus secara konsisten, yaitu Menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali, Menutup rapat tempat penampungan air, dan Mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menampung air.
BACA JUGA:Cocok Bersama Keluarga, 7 Destinasi Hidden Gem di Bogor yang Wajib di Kunjungi
BACA JUGA:Beredar Isu Anak Mantan Kades Bukan Hilang di Sungai Muar, Ini Kata Keluarga
Selain gerakan 3M, keluarga juga dapat memperkuat pencegahan dengan langkah-langkah tambahan atau yang dikenal sebagai “Plus”, seperti menaburkan larvasida pada tempat yang sulit dikuras, menggunakan kelambu saat tidur, memasang kawat nyamuk di ventilasi, dan menyemprotkan insektisida secara berkala pada tempat-tempat yang rawan. Anak-anak pun perlu diajak serta dalam kegiatan bersih-bersih rumah agar sejak dini terbentuk kesadaran dan tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan. Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam kegiatan pembersihan dan pengawasan terhadap potensi jentik nyamuk dapat meningkatkan kekompakan dan rasa memiliki terhadap kebersihan rumah. Tidak hanya itu, pemberian edukasi kepada anggota keluarga tentang siklus hidup nyamuk, cara penularan virus dengue, serta gejala awal DBD sangat penting agar mereka dapat bertindak cepat apabila ada tanda-tanda mencurigakan pada salah satu anggota keluarga. Selain tindakan fisik, keluarga juga dapat berkontribusi secara sosial dengan mengajak tetangga sekitar untuk melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan secara berkala. Hal ini penting karena nyamuk Aedes aegypti mampu terbang hingga radius 100 meter dari tempat berkembang biaknya, sehingga pencegahan tidak bisa dilakukan secara individu, melainkan harus kolektif dan menyeluruh.
Keluarga yang aktif melakukan tindakan pencegahan tidak hanya melindungi diri mereka sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kesehatan masyarakat sekitar. Keterlibatan aktif orang tua sebagai teladan sangat penting karena anak-anak akan mengikuti kebiasaan yang dicontohkan. Misalnya, orang tua bisa memulai kebiasaan memeriksa bak mandi setiap akhir pekan bersama anak, menjadikan kegiatan tersebut sebagai rutinitas keluarga yang menyenangkan. Jika setiap keluarga di lingkungan yang padat penduduknya melakukan hal ini secara rutin, maka peluang terjadinya wabah DBD dapat ditekan secara signifikan. Tak kalah penting adalah menjaga daya tahan tubuh anggota keluarga dengan memberikan asupan makanan bergizi, memastikan waktu istirahat cukup, serta menghindari stres yang berlebihan, karena daya tahan tubuh yang baik dapat mengurangi risiko komplikasi jika sewaktu-waktu terkena infeksi. Di sisi lain, keluarga juga berperan dalam menyebarkan informasi yang benar mengenai DBD. Di era digital ini, informasi yang salah atau hoaks bisa menyebar dengan cepat dan membingungkan masyarakat. Oleh sebab itu, anggota keluarga yang telah mendapatkan edukasi kesehatan yang benar diharapkan dapat menjadi penyambung informasi kepada orang-orang di sekitarnya.
Peran keluarga juga meliputi kepekaan terhadap gejala awal DBD. Keluarga harus peka terhadap demam tinggi yang mendadak, munculnya ruam merah, mual, muntah, lemas, atau nyeri pada otot dan sendi, serta langsung mengambil tindakan medis jika gejala-gejala tersebut muncul. Deteksi dini sangat krusial dalam penanganan DBD agar tidak memasuki fase kritis yang bisa mengancam jiwa. Tidak boleh ada sikap menunda atau mengandalkan pengobatan rumahan semata jika gejala memburuk. Saat salah satu anggota keluarga didiagnosis DBD, peran keluarga juga menjadi sangat penting dalam merawat, menjaga asupan cairan, dan mengatur istirahat pasien agar proses penyembuhan berjalan optimal. Semua upaya ini menunjukkan bahwa pencegahan dan penanggulangan DBD adalah tanggung jawab bersama yang dimulai dari ruang-ruang paling intim dalam kehidupan masyarakat, yakni rumah dan keluarga. Membangun budaya hidup sehat dan bersih dalam keluarga bukanlah perkara instan, tetapi jika dilakukan dengan komitmen dan semangat kebersamaan, maka hasilnya akan sangat besar dan berdampak panjang bagi kesehatan komunitas.
Referensi:
• Kementerian Kesehatan RI. (2023). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian DBD di Lingkungan Rumah.
• WHO Southeast Asia. (2022). Community-based Strategies for Dengue Prevention.
• UNICEF Indonesia. (2021). Edukasi Keluarga dan Peran Rumah Tangga dalam Pencegahan Penyakit Menular.
• Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2022). Pentingnya Deteksi Dini Demam Berdarah di Rumah.
• Pusat Data dan Informasi Kesehatan (Pusdatin). (2022). Tren DBD di Indonesia dan Strategi Pencegahan Berbasis Keluarga.