Tren Belanja Ramadhan Mengapa Konsumsi Meningkat Saat Bulan Puasa

Tren Belanja Ramadhan Mengapa Konsumsi Meningkat Saat Bulan Puasa.--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Setiap kali bulan Ramadhan tiba, pola konsumsi masyarakat mengalami peningkatan yang signifikan. Ironisnya, meskipun puasa menandakan pengurangan jam makan, pengeluaran rumah tangga justru cenderung melonjak selama bulan suci ini. Dari kebutuhan bahan pokok hingga pakaian, dari makanan berbuka hingga hadiah Lebaran, masyarakat berbondong-bondong memenuhi pasar, supermarket, hingga e-commerce untuk berbelanja lebih banyak dibanding bulan-bulan biasa. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara mayoritas Muslim lainnya. Lantas, apa yang menyebabkan tren belanja meningkat selama Ramadhan, dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi?
BACA JUGA:Cara Membuat Bola-bola Ubi Ungu, Makan Yang Enak Dikosumsi
BACA JUGA:PKK dan Majelis Taklim Gading Jaya Berbagi
Salah satu faktor utama di balik lonjakan konsumsi selama Ramadhan adalah perubahan pola makan dan gaya hidup. Selama bulan puasa, orang cenderung menginginkan hidangan berbuka yang lebih spesial dan beragam dibanding hari-hari biasa. Makanan yang kaya rasa, minuman manis, serta takjil menjadi incaran utama masyarakat. Selain itu, karena sahur dan berbuka merupakan momen kebersamaan keluarga, banyak yang rela mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli bahan makanan berkualitas atau bahkan berbuka di luar bersama keluarga dan teman-teman. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa belanja bahan makanan dan minuman meningkat sekitar 30-50% selama bulan Ramadhan dibandingkan bulan biasa.
BACA JUGA:Baru 4 Desa di Kecamatan Teramang Jaya Bagi BLT-DD
Selain makanan, sektor fesyen dan pakaian juga mengalami lonjakan drastis. Ramadhan menjadi momen persiapan menyambut Idul Fitri, di mana banyak orang ingin tampil lebih baik dengan pakaian baru. Budaya mengenakan baju Lebaran yang telah diwariskan turun-temurun mendorong masyarakat untuk membeli pakaian baru, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga. Tak hanya pakaian, tren ini juga meluas ke aksesoris, perlengkapan ibadah seperti mukena dan sarung, hingga produk kecantikan. Platform e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee melaporkan lonjakan transaksi produk fesyen hingga 70% menjelang akhir Ramadhan.
Dorongan untuk berbagi dan beramal juga turut meningkatkan konsumsi. Ramadhan dikenal sebagai bulan penuh berkah, di mana umat Muslim dianjurkan untuk bersedekah dan memberi kepada sesama. Akibatnya, belanja untuk kebutuhan sosial seperti hampers Lebaran, zakat, dan bingkisan untuk sanak saudara semakin meningkat. Banyak perusahaan juga memanfaatkan momen ini untuk memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada karyawan mereka, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap daya beli masyarakat yang lebih tinggi.
BACA JUGA:Penutupan Pelayanan Adminduk Di Kantor Camat Ipuh Titik Buntu
Tidak hanya di tingkat individu, bisnis dan industri juga mengalami peningkatan pesat selama bulan Ramadhan. Banyak merek dan perusahaan memanfaatkan momentum ini dengan meluncurkan promo, diskon besar-besaran, serta kampanye khusus Ramadhan. Supermarket dan pasar tradisional mengalami lonjakan pengunjung, sementara e-commerce menggelar program flash sale dan gratis ongkir untuk menarik konsumen. Bahkan sektor periklanan juga mengalami peningkatan, dengan banyaknya iklan bertema Ramadhan yang membanjiri televisi, media sosial, hingga billboard di jalanan.
Namun, meskipun tren belanja Ramadhan membawa dampak positif bagi perekonomian, ada juga sisi negatifnya, terutama dalam hal konsumsi yang berlebihan dan budaya konsumtif. Banyak masyarakat yang justru terjebak dalam gaya hidup boros selama Ramadhan, dengan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Selain itu, lonjakan konsumsi makanan dan minuman juga berdampak pada peningkatan limbah makanan, yang ironis mengingat inti dari puasa adalah belajar untuk hidup sederhana dan menahan diri.
BACA JUGA:Ratusan Warga Mukomuko Menderita Sakit Ginjal
Dengan memahami pola konsumsi ini, masyarakat bisa lebih bijak dalam mengelola pengeluaran selama bulan Ramadhan. Memanfaatkan promo dengan bijak, membuat anggaran belanja yang terkontrol, serta tetap mengutamakan makna spiritual dari bulan suci ini dapat membantu menghindari pemborosan yang tidak perlu. Ramadhan seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran, bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam cara kita mengatur keuangan dan konsumsi.
Referensi:
• Badan Pusat Statistik (BPS), Tren Konsumsi Masyarakat di Bulan Ramadhan, 2023.
• Shopee Indonesia, Laporan Tren Belanja Online Ramadhan, 2022.
• Bank Indonesia, Dampak THR terhadap Konsumsi Rumah Tangga Selama Ramadhan, 2023.
• The Jakarta Post, How Ramadhan Affects Consumer Spending in Indonesia, 2022.
• World Bank, Consumption Patterns in Islamic Festivities: A Study on Spending Behavior, 2023.