Mengenali Ciri-Ciri Seseorang yang Akan Terserang Sakit Ginjal

Dianggap Sepele Tak di Sangka Ginjalmu Sudah Rusak, Ayo Segerah Hindari 5 Kebiasaan Ini --screnshoot dari web

koranrm.id - Dalam  keseharian, tubuh kerap memberi sinyal halus yang sering terabaikan. Rasa lelah yang tidak biasa, wajah yang tampak lebih pucat, atau bengkak ringan di pergelangan kaki mungkin sekadar dianggap kelelahan biasa. 

Namun, bagi sebagian orang, tanda-tanda itu bisa menjadi peringatan awal dari masalah serius pada ginjal. Organ kecil berbentuk kacang yang bekerja tanpa henti ini sering kali rusak dalam diam, tanpa gejala yang mencolok hingga penyakitnya sudah mencapai tahap lanjut.

Sakit ginjal bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Ia berkembang perlahan, dipengaruhi oleh gaya hidup, pola makan, hingga kondisi medis tertentu. Menurut laporan World Health Organization (WHO, 2023), penyakit ginjal kronis kini menjadi salah satu penyebab utama kematian dini di dunia. 

Di Indonesia, data dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) menunjukkan angka penderita terus meningkat setiap tahun, dengan sebagian besar kasus baru terdeteksi pada stadium lanjut. Keterlambatan ini sebagian besar terjadi karena masyarakat kurang mengenali gejala awalnya.

Salah satu tanda awal yang kerap muncul adalah perubahan pola buang air kecil. Ada orang yang lebih sering buang air kecil pada malam hari, sementara sebagian lain justru jarang buang air kecil meski banyak minum. 

Perubahan ini sering diabaikan karena dianggap normal, padahal bisa menjadi indikasi ginjal tidak mampu menyaring cairan secara optimal.

Tubuh yang mudah lelah juga termasuk sinyal penting. Ginjal yang sehat berperan memproduksi hormon eritropoietin, yang merangsang sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. 

Ketika ginjal bermasalah, produksi hormon ini menurun, menyebabkan anemia. Inilah mengapa penderita penyakit ginjal sering mengeluhkan lemah, letih, dan sulit berkonsentrasi.

Selain itu, bengkak di bagian tubuh tertentu seperti pergelangan kaki, kaki, tangan, atau wajah dapat muncul akibat ginjal tidak mampu mengatur keseimbangan cairan. 

Retensi cairan ini membuat tubuh terasa berat dan tidak nyaman. Kadang bengkak terlihat ringan, tetapi jika berlangsung terus-menerus, itu bisa menjadi tanda peringatan yang serius.

Napas yang pendek dan sesak juga sering dialami penderita ginjal. Hal ini bisa terjadi karena cairan menumpuk di paru-paru atau karena anemia yang menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. 

Ditambah lagi, penderita kerap merasakan bau mulut atau rasa logam di lidah akibat penumpukan limbah dalam darah, kondisi yang disebut uremia.

Mual, muntah, hingga penurunan nafsu makan juga bisa menjadi bagian dari gejalanya. Ketika ginjal tidak lagi mampu menyaring racun dengan baik, tubuh merespons dengan keluhan-keluhan tersebut. Akibatnya, berat badan penderita bisa menurun drastis tanpa alasan yang jelas.

Meski tanda-tanda ini terdengar jelas, kenyataannya banyak orang masih menyepelekan. Dr. Budi Santosa, Sp.PD-KGH, seorang nefrolog di Jakarta, menegaskan bahwa penyakit ginjal sering disebut silent killer karena berkembang dalam diam. “Pasien sering datang saat kondisinya sudah parah. 

Padahal, jika gejala awal diperhatikan lebih serius, langkah pencegahan bisa dilakukan lebih cepat,” ujarnya dalam sebuah seminar kesehatan tahun 2024.

Mengenali ciri-ciri awal sakit ginjal juga erat kaitannya dengan kelompok risiko tinggi. Mereka yang memiliki hipertensi, diabetes, atau riwayat keluarga dengan penyakit ginjal perlu lebih waspada. 

Menurut Journal of the American Society of Nephrology (2022), hampir 40 persen penderita diabetes berpotensi mengalami komplikasi pada ginjal. Pola makan tinggi garam, konsumsi minuman manis berlebihan, serta kebiasaan kurang minum air putih memperbesar risiko ini.

Langkah pencegahan dapat dimulai dari hal sederhana: menjaga pola makan seimbang, mengurangi konsumsi garam, memperbanyak air putih, serta rutin berolahraga. 

Pemeriksaan kesehatan berkala, terutama tes darah dan urin, juga sangat dianjurkan bagi mereka yang masuk kelompok risiko. Deteksi dini bukan hanya mencegah penyakit semakin parah, tetapi juga menyelamatkan kualitas hidup jangka panjang.

Penting pula untuk menanamkan kesadaran bahwa kesehatan ginjal adalah investasi masa depan. Ketika ginjal terganggu, bukan hanya sistem ekskresi yang terdampak, melainkan juga kardiovaskular, metabolisme, hingga imunitas tubuh. 

Kehilangan fungsi ginjal berarti menghadapi pilihan sulit antara cuci darah seumur hidup atau transplantasi, dua hal yang berat baik secara fisik maupun finansial.

Kesadaran kolektif masyarakat untuk lebih memperhatikan sinyal tubuh menjadi kunci utama. Sakit ginjal memang bisa menyerang siapa saja, tetapi pengenalan gejala sejak dini mampu mengurangi risiko berkembangnya penyakit kronis yang berbahaya. 

Dengan perhatian lebih pada ciri-ciri yang kerap dianggap remeh, langkah pencegahan dapat dimulai dari rumah, sebelum terlambat.

Sumber berita:

• World Health Organization (WHO). (2023). Global Report on Chronic Kidney Disease.

• Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri). (2024). Data Prevalensi Penyakit Ginjal di Indonesia.

• Journal of the American Society of Nephrology. (2022). Diabetes and Kidney Disease: Risks and Early Detection.

• Santosa, B. (2024). Seminar Nasional Kesehatan Ginjal, Jakarta.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan