KORAN DIGITAL RM - Program Ketahanan pangan yang dikembangkan Pemdes Mundam Marap Kecamatan Ipuh Mukomuko patut jadi contoh bagi desa lain. Pasalnya, program ketahanan pangan yang dikembangkan Pemerintah Desa (Pemdes) Mundam Marap sejak tahun 2022 lalu, hingga tahun 2024 ini, adalah pengembangan sapi. Dimana jumlah total pengadaan bibit indukan sapi yang sudah mereka lakukan sejak tahun 2022 lalu hingga tahun 2024, tercatat sebanyak 60 ekor. Sekarang, bibit indukan sapi yang sudah diserahkan kepada kelompok pengelola ini sudah mulai berkembang. Laporan sementara perkembangan program ketahanan pangan bidang ternak sapi saat ini, dari 60 ekor bibit indukan sapi tersebut, 34 ekor diantaranya sudah beranak. Sementara bibit indukan yang lain, masih dalam proses pengembangan masing-masing kelompok pengelola.
BACA JUGA:Bikin Orang Terpukau! 5 Zodiak Ini Punya Sifat yang Memesona
BACA JUGA:Nikmat atau Berbahaya? Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Minum Kopi Pahit Setiap Hari
Kepala Desa (Kades) Mundam Marap, Eko Saputra, SIP melalui Sekretaris Desa (Sekdes), Dedi Riansyah mengatakan, sekarang program ketahanan pangan bidang hewani, yaitu pengembangan sapi saat ini masih terus berlanjut. Kelompok pengelola konsisten dalam pemeliharaan. Jika ada ternak sapi yang sakit, hilang, dan mati. Kelompok pengelola harus menyampaikan laporan ke desa, disertai dengan dokumen pendukung yang bisa dipertanggungjawabkan. Secara umum proses pengembangan sapi ini sudah bisa dikatakan berhasil. Beberapa bibit indukan sudah mulai beranak. "Laporan dari ketua kelompok pengelola, beberapa ekor bibit sapi yang mereka kembangkan sudah beranak. Setidaknya sudah ada 34 indukan yang sudah beranak," kata Dedi saat ditemui di kantor desa Rabu,(30/10).
Lanjut Dedi, pihaknya dari desa optimis program ketahanan pangan bidang sapi ini bisa berkembang dan berkelanjutan. Mereka menargetkan, tahun depan ternak sapi program ketahanan pangan Desa Mundam Marap sudah di atas angka 100 ekor. Karena itu, pihaknya dari Pemdes terus menekankan agar masing-masing kelompok pengelola program ketahanan pangan ini, tetap konsisten melakukan pemeliharaan ternak sapi tersebut. Kalau terdapat kendala selama pemeliharaan, kelompok pengelola diharapkan untuk segera koordinasi dengan Pemdes. Termasuk kalau ada ternak sapi yang mati, hilang dan ternak sapi yang sakit. "Ya, target kita dua tahun akan datang, program ketahanan pangan ternak sapi ini sudah diangka 100 ekor ke atas. Kita optimis program ketahanan pangan ini, bisa berkembang dan bisa berkelanjutan. Kemudian bisa menjadi pendongkrak perekonomian dan pangan warga Desa Mundam Marap," papar Dedi Riansyah.
BACA JUGA:Tempe Mentah, Aman atau Berisiko? Begini Kata Para Ahli!
BACA JUGA: Kontroversi Retreat Kabinet Merah Putih, Prabowo Klaim Biayai Sendiri Guna Akmil Di Magelang
Masih dikatakan Dedi, selama proses pengembangan yang dilakukan kelompok pengelola. Dia tidak menampik, bahwa ada beberapa ekor bibit indukan yang mati karena sakit terserang virus. Selain bibit indukannya, juga ada beberapa anak yang baru dilahirkan mati karena sakit. Padahal, sebelum bibit indukan sapi itu diserahkan kepada kelompok pengelola. Semua bibit indukan tersebut sudah diberi vaksinasi. Dan ternak yang mereka berikan kepada kelompok pengelola, juga dipastikan sehat oleh pihak Puskeswan. Namun, karena yang dikembangkan ini adalah batang bernyawa. Kalau ada yang mati itu hal biasa. Yang jelas proses pengembangan oleh kelompok sudah dilakukan dengan baik dan benar. Siang dipelihara, malam dikandangkan. "Yang mati ada. Baik itu indukan maupun anak yang baru lahir juga ada yang mati karena sakit. Yang jelas pemeliharaan sudah dilakukan dengan baik oleh kelompok pengelola," tambah Dedi Riansyah.*