Petani Indonesia Jadi Penentu Baru Harga Beras Dunia, Produksi Melonjak dan Impor Dihentikan

Sabtu 22 Nov 2025 - 13:56 WIB
Reporter : SAHAD
Editor : SAHAD

koranrm.id – Suara petani Indonesia kini menggema hingga pasar internasional. Setelah Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk menghentikan impor beras pada 2025, para petani menjadi ujung tombak yang mampu mengubah peta harga beras dunia. Keputusan ini bukan hanya mencerminkan kepercayaan pemerintah terhadap kekuatan produksi dalam negeri, tetapi juga memberikan ruang bagi petani untuk menunjukkan kapasitas sebenarnya.

Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa pengaruh Indonesia terhadap harga beras global dimulai dari sawah-sawah rakyat. Dengan produksi dalam negeri yang meningkat tajam, kebutuhan nasional terpenuhi, sementara tekanan permintaan dari Indonesia – yang sebelumnya merupakan importir besar – menurun drastis. Dampaknya terasa langsung di pasar internasional.

“Petani Indonesia berhasil menurunkan harga beras dunia. Dari sekitar 650 dolar per ton, sekarang turun menjadi 371 dolar per ton,” ujar Amran dalam Rapat Pengendalian Inflasi di Kemendagri, Selasa (4/11/2025).

“Indonesia dulu importir besar. Begitu Presiden menghentikan impor, pasar dunia langsung bergerak.” tambahnya. 

Data menunjukkan bahwa pada Januari 2024, harga beras putih 5 persen masih berada di kisaran USD 622–655 per ton. Namun setelah Indonesia mengumumkan penghentian impor pada Desember 2024, harga dari negara eksportir utama seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar mulai merosot hingga USD 455–514 per ton.

Tren ini diperkuat oleh laporan FAO yang mencatat indeks harga beras global terus menurun hingga mencapai 100,9 poin pada September 2025, titik terendah dalam periode tersebut.

Meski harga global turun, kesejahteraan petani Indonesia justru meningkat. Indeks harga yang diterima petani padi naik dari 136,78 pada Januari 2025 menjadi 146,24 pada Oktober 2025. Ini menunjukkan bahwa kebijakan produksi nasional dan pengendalian pasar tetap melindungi nilai jual hasil panen petani.

BPS memprediksi bahwa produksi beras Indonesia pada 2025 mencapai 34,77 juta ton, tertinggi sepanjang beberapa tahun terakhir. Angka ini menghasilkan surplus 3,8 juta ton setelah dikurangi kebutuhan konsumsi nasional yang berada di sekitar 30,97 juta ton.

Bagi petani, capaian ini menjadi bukti bahwa kerja keras mereka berbuah nyata—baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun membangun posisi tawar Indonesia di pasar global.

“Stok kita tertinggi berkat kerja keras semua petani,” ujar Amran.

Untuk menjaga agar harga di tingkat petani dan konsumen tetap stabil, pemerintah membentuk Satgas Pengendalian Harga Beras 2025. Satgas ini melibatkan Polri, Kemendag, Bapanas, Bulog, dan pemerintah daerah. Mereka telah melakukan pengawasan di 5.648 titik mulai dari produsen hingga pengecer.

Bulog diberi peran untuk melakukan intervensi pasar, sementara Bapanas memantau secara nasional guna memastikan harga tetap wajar dan distribusi berjalan lancar—terutama di wilayah dengan tantangan logistik seperti Papua.

Dengan produksi yang semakin kuat dan kebijakan yang berpihak pada peningkatan kapasitas dalam negeri, petani Indonesia kini tidak hanya menyediakan pangan untuk bangsa sendiri, tetapi juga ikut membentuk harga pangan dunia.

Langkah ini menandai babak baru: Indonesia bergerak menuju kemandirian pangan, sementara kerja keras petani menjadi fondasi utama yang menggerakkan perubahan.

Kategori :