Wajib Tau! Gaji Kerja di Jepang Sebagai Buruh Harian dan Jalan Mengikuti Pelatihannya

Selasa 11 Nov 2025 - 17:54 WIB
Reporter : Ahmad Kartubi
Editor : Ahmad Kartubi

koranrm.id - Di banyak desa dan kota kecil di Indonesia, cerita tentang kerja di Jepang kerap hadir sebagai harapan baru. Kisah para pekerja yang pulang dengan tabungan cukup, keterampilan meningkat, serta pengalaman hidup yang mengubah cara pandang membuat peluang ini terus diminati. 

Di balik kisah-kisah itu, ada proses panjang yang harus dilewati mulai dari memahami standar gaji, karakter pekerjaan, hingga mengikuti pelatihan resmi sebelum diberangkatkan. 

Perjalanan menuju Negeri Sakura bukan sekadar perpindahan tempat kerja, tetapi perubahan hidup yang menuntut kesiapan fisik, mental, dan disiplin.

Di Jepang, buruh harian sering disebut  tokutei ginou  (pekerja berketerampilan khusus) atau pekerja kontrak melalui skema pemagangan ( technical intern training program) mendapatkan standar gaji yang cukup jelas. 

Seorang instruktur pelatihan di Jakarta, Budi Santoso, menjelaskan bahwa gaji buruh harian biasanya mengikuti  minimum wage  setiap prefektur. 

Besarannya berkisar mulai dari 1.000 hingga 1.200 yen per jam, tergantung wilayah. Di kota-kota besar seperti Tokyo, angka itu bisa lebih tinggi.

 Untuk pekerja pemula, rata-rata pendapatan bersih per bulan berada di kisaran 15 sampai 18 juta rupiah setelah dipotong asuransi, pajak, dan biaya hidup. Jika lembur cukup banyak, nominalnya dapat meningkat lebih jauh,  ujar Budi.

Sektor kerja yang paling banyak menyerap tenaga Indonesia berada pada bidang manufaktur, pertanian, perikanan, dan konstruksi. Suasana kerja sangat teratur karena setiap proses berlangsung sesuai standar keselamatan dan efisiensi industri Jepang. 

Pekerjaan fisik di pabrik memerlukan ketahanan tubuh, sementara kerja di pertanian menuntut kemampuan beradaptasi dengan cuaca ekstrem. Seorang mantan pekerja di Shizuoka, Rinaldi Pratama, menggambarkan pengalamannya sebagai tantangan yang membentuk kedisiplinan baru. 

 Awalnya berat, terutama di musim dingin. Tapi perusahaan memberikan panduan jelas dan rekan kerja Jepang sangat membantu,  tuturnya.

Kesempatan bekerja sebagai buruh harian di Jepang tidak bisa diikuti secara bebas. Pemerintah Jepang menetapkan regulasi ketat agar pekerja asing berada dalam jalur pelatihan resmi. 

Pelatihan menjadi syarat utama karena bertujuan menyiapkan keterampilan dasar, bahasa, etika kerja, hingga pemahaman budaya. Pelatihan biasanya berlangsung 3 6 bulan di lembaga yang telah mendapatkan izin dari pemerintah Indonesia dan mitra organisasi penerima di Jepang.

Di sebuah pusat pelatihan di Yogyakarta, rutinitas harian calon pekerja dimulai sejak pagi. Mereka belajar bahasa Jepang intensif, menghafal kosakata dasar, serta mempraktikkan tata cara komunikasi formal. 

Tidak hanya itu, sesi latihan fisik digelar untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan di lapangan. Pelatih senior, Nur Aisyah, menyebut bahwa keberhasilan peserta sangat dipengaruhi konsistensi. 

 Kami tidak hanya fokus pada kemampuan teknis. Yang lebih penting adalah membentuk karakter disiplin, sopan, dan mampu bekerja dalam tim. Jepang sangat menghargai pekerja yang bertanggung jawab,  ujarnya.

Proses pendaftaran pelatihan dilakukan melalui lembaga resmi yang terdaftar di Kementerian Ketenagakerjaan. Calon peserta harus memenuhi persyaratan seperti usia 18 30 tahun, sehat secara fisik, memiliki semangat belajar, serta lolos pemeriksaan administrasi. 

Setelah terdaftar, peserta menjalani seleksi awal yang meliputi wawancara, tes dasar bahasa Jepang, serta tes kesehatan. Bila lolos, barulah mereka memulai periode pelatihan sebelum mengikuti proses *matching* dengan perusahaan Jepang.

Motivasi mengikuti pelatihan ini tidak hanya didorong oleh peluang ekonomi. Bagi banyak peserta, pengalaman bekerja di Jepang menjadi kesempatan membangun masa depan lebih pasti. 

Selain gaji yang relatif tinggi dibandingkan pekerjaan serupa di dalam negeri, pekerja membawa pulang keterampilan teknis, kedisiplinan, serta jaringan kerja internasional. Peningkatan kualitas diri ini menjadi nilai tambah ketika mereka kembali membangun karier di Indonesia.

Pembiayaan keberangkatan biasanya menjadi perhatian besar. Sebagian lembaga pelatihan menawarkan skema yang meringankan calon pekerja, misalnya pembayaran bertahap atau subsidi dari perusahaan Jepang. 

Pihak lembaga juga memastikan seluruh proses berlangsung sesuai regulasi agar peserta terlindungi secara hukum dan tidak terbebani biaya berlebihan. Pendampingan administratif dilakukan mulai dari pengurusan paspor, visa kerja, hingga dokumen kontrak yang harus dipahami secara rinci oleh calon pekerja.

Setelah ditempatkan di Jepang, pekerja menjalani masa adaptasi yang dibimbing langsung oleh perusahaan atau  supervisor. 

Mereka diperkenalkan pada aturan tempat kerja, teknologi produksi, dan standar keselamatan. Dalam beberapa bulan pertama, biasanya ada pendampingan intensif untuk memastikan pekerja dapat menyesuaikan diri dengan ritme kerja dan budaya setempat. 

Ketika kondisi telah stabil, pekerja dapat mulai mengatur keuangan pribadi, menabung, serta merencanakan pengembangan diri untuk masa depan.

Bekerja sebagai buruh harian di Jepang adalah perjalanan panjang yang dimulai dari pelatihan di tanah air. Prosesnya membutuhkan ketekunan dan kesiapan mental, namun imbalannya sebanding dengan usaha yang dilakukan. 

Kesempatan ini membuka jalan bagi banyak anak muda Indonesia untuk memperbaiki kehidupan, membangun pengalaman internasional, dan pulang dengan bekal keterampilan berharga.

Sumber berita:

 Nakamura, Y. (2020). Labor Standards and Foreign Technical Intern Training Program in Japan. 

 Ministry of Health, Labour and Welfare Japan.  Minimum Wage by Prefecture and Foreign Worker Guidelines. 

 Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia.  Pedoman Penempatan PMI Program Pemagangan ke Jepang.

Kategori :