Koranrm.id - Pada suatu sore hari tiba-tiba seorang pemilik rumah berlari keluar, melihat motornya yang terparkir rapi telah lenyap.
Hanya ada bekas tanah bekas sepatu si pencuri alias musang motor, dan bekas ban serta gembok rusak yang tertinggal. Motor itu adalah Honda BeAT, kendaraan harian yang dianggap nyaman, irit, dan lincah. Namun, keunggulan itu justru menjadi sisi lain , motor ini kini juga menjadi favorit para pencuri alais musang motor. Fenomena pencurian kendaraan bermotor bukan hal baru di Indonesia, namun belakangan, sorotan tertuju pada dua model skutik paling populer di pasaran-Honda BeAT dan Honda Scoopy. Keduanya merajai pasar otomotif roda dua selama bertahun-tahun, tetapi ironi pun muncul. Kepopuleran tersebut menempatkan mereka dalam daftar teratas incaran sindikat pencurian motor. Tak bisa dimungkiri, Honda BeAT telah lama menjadi pilihan utama bagi masyarakat urban dan semi-urban. Dengan bodi ramping, konsumsi bahan bakar yang efisien, dan harga jual yang relatif terjangkau, BeAT seolah menjawab kebutuhan akan kendaraan praktis di tengah padatnya lalu lintas perkotaan. Honda Scoopy pun tak kalah menarik. Desainnya yang retro-modern membuatnya digandrungi kalangan muda, terutama pelajar dan mahasiswa. Kombinasi fungsionalitas dan estetika menjadikan Scoopy bukan sekadar kendaraan, melainkan bagian dari identitas gaya hidup.BACA JUGA:Rekomendasi 4 Drama Korea Bertemakan Kriminal yang Seru di Netflix Namun, di balik popularitas itu, tersembunyi sebuah risiko. Data dari Kepolisian Republik Indonesia menunjukkan bahwa Honda BeAT dan Scoopy merupakan dua dari sepuluh motor yang paling sering hilang dicuri dalam beberapa tahun terakhir. Riset yang dilakukan oleh Indonesia Automatic Vehicle Identification System (IAVIS) bahkan mencatat peningkatan signifikan pencurian kendaraan roda dua berbasis skutik sejak 2021, dengan Honda BeAT konsisten berada di peringkat atas. Alasan di balik tren ini pun bisa dipahami. Popularitas motor ini tidak hanya membuatnya diminati oleh konsumen sah, tetapi juga oleh pelaku kejahatan. Suku cadang yang mudah didapat dan pasar gelap yang besar membuat motor-motor ini sangat likuid di tangan penadah. Dalam dunia pencurian kendaraan, motor yang cepat dijual kembali menjadi target utama. BeAT dan Scoopy memenuhi kriteria itu: banyak peminat, harga stabil, dan permintaan pasar tinggi, terutama untuk spare part. Keadaan ini semakin rumit ketika banyak pengguna motor tersebut justru mengabaikan aspek keamanan. Masih sering ditemukan motor yang diparkir tanpa kunci tambahan, bahkan di tempat terbuka tanpa pengawasan. Ketiadaan alarm, GPS tracker, atau kunci pengaman ganda menjadikan motor-motor tersebut semakin rentan. Beberapa pemilik bahkan tergoda untuk memodifikasi bagian kelistrikan atau kunci motor mereka tanpa mempertimbangkan risiko keamanan, membuka celah baru bagi pelaku kriminal yang kian lihai. Fenomena ini juga menunjukkan bagaimana pilihan kendaraan tidak hanya berkaitan dengan selera atau efisiensi, tetapi turut menyentuh aspek sosial dan keamanan. Banyak pengguna muda, terutama yang baru pertama kali memiliki motor, memilih BeAT atau Scoopy karena mengikuti tren. Mereka tidak jarang terjebak dalam euforia kepemilikan tanpa sepenuhnya memahami tanggung jawab keamanan yang menyertainya. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, hingga Makassar, kepolisian bekerja ekstra menanggulangi kasus pencurian kendaraan bermotor. Operasi rutin digelar, kamera pengawas dipasang di berbagai titik, dan kerja sama dengan masyarakat diperkuat melalui program keamanan lingkungan. Namun, upaya ini akan sia-sia tanpa kesadaran kolektif dari para pemilik kendaraan. Produsen kendaraan pun kini mulai memberi perhatian lebih terhadap aspek keamanan. Honda, misalnya, telah membekali sejumlah varian Scoopy dan BeAT dengan fitur answer back system dan secure key shutter. Meski belum sepenuhnya mampu mencegah pencurian, fitur-fitur ini menjadi langkah awal dalam menciptakan kendaraan yang lebih tahan terhadap kejahatan. Langkah penting selanjutnya ada pada konsumen. Kesadaran untuk memasang alarm tambahan, menggunakan rantai pengaman, atau memilih tempat parkir yang aman harus menjadi bagian dari rutinitas harian. Komunitas pengguna motor juga bisa berperan dengan saling mengedukasi dan berbagi informasi tentang cara menghindari pencurian. Realitas ini menyiratkan pelajaran yang lebih dalam. Apa yang populer tidak selalu aman. Sebaliknya, semakin tinggi nilai sebuah benda di mata publik, semakin besar pula kemungkinan ia menjadi sasaran pihak yang tidak bertanggung jawab. Memiliki motor seperti BeAT atau Scoopy tak lagi cukup hanya dengan rasa bangga. Diperlukan kehati-hatian dan tanggung jawab agar kendaraan yang dibeli dengan susah payah itu tidak berpindah tangan secara paksa. Akhirnya, jalan keluar tidak hanya terletak pada sistem keamanan teknologi tinggi atau aparat penegak hukum. Solusi bermula dari kesadaran individu. Di tengah hiruk-pikuk mobilitas modern, menjaga apa yang kita miliki menjadi bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.** Sumber berita: Web Satlantas Mabes Polri. (2023). Laporan Tahunan Statistik Kejahatan Kendaraan Bermotor. Dan AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia). (2024). Tren Konsumen dan Penjualan Motor Skutik di Indonesia
Kategori :