India Membuat Dunia Depresi Dengan Larangan Ekspor Beras
India Membuat Dunia Depresi Dengan Larangan Ekspor Beras.-Deni Saputra-Radar Mukomuko
koranrm.id - India dengan populasi sekitar 1,4 miliar jiwa telah menegaskan posisinya sebagai salah satu raksasa agraris dunia. Terutama dalam soal produksi beras. Dilansir dari channel youtube Doczon.
Sebagai produsen beras terbesar kedua di dunia, India memainkan peran kunci dalam pasar beras secara global yang menyediakan beras. Tidak hanya untuk kebutuhan domestik, mereka sendiri tetapi juga mengekspor beras ke berbagai negara di luar negeri dalam jumlah yang sangat besar.
Pada Tahun 2022 saja, India menyumbang lebih dari 40% dari total ekspor beras dunia dengan angka yang mencapai sekitar 56 juta ton.
Kendati demikian pada tanggal 20 Juli tahun 2023 terdapat kabar memilukan di mana India mengumumkan keputusan untuk menghentikan ekspor beras pecah dan nonbas mati. Kebijakan India dalam menghentikan ekspor beras ini menjadi pukulan telak bagi pasar internasional. Demikian ini karena banyak negara di Afrika, Asia, Eropa dan Timur Tengah, sangat bergantung pada beras dari India. Serta ketersediaan beras di pasaran data yang diperoleh dari Institut penelitian kebijakan pangan internasional mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah negara yang sangat bergantung pada impor beras dari India. Butan misalnya bergantung sepenuhnya pada impor beras dari India di mana 100% beras yang dikonsumsi berasal dari negeri Bollywood ini 99,85% beras yang di eritria juga mengimpor dari India.
BACA JUGA:Ini 5 Indikasi Maslah Pada Kendaraan Pengguna B35
Begitu pula dengan negara-negara lain seperti Iran, Nepal, Liberia jibuti dan Sri Lanka.
Dimana sebagian besar beras yang dikonsumsi juga diimpor dari India yang mencapai persentase yang sangat tinggi di atas 95%.
Disisi lain, negara-negara penghasil beras terbesar lainnya seperti Thailand, Vietnam dan Pakistan, menutupi kekurangan yang diakibatkan oleh penghentian ekspor India ini. Dan tentu saja hal ini semakin memperparah kekhawatiran di negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Kanada yang telah mengalami panik pembelian beras di banyak supermarket.
Karena stoknya yang semakin menipis. Di Nigeria kebijakan India ini juga menghantam sektor pangan, karena negara ini bergantung pada impor sekitar 1,7 Ton beraseng jadi seap tahunnya dari India dampaknya banyak penggilingan padi. Di Nigeria terpaksa tidaknya untuk sementara waktu situasi ini juga menjadi ancaman yang sangat serius bagi Filipina yang terus berupaya bernegosiasi dengan India untuk menjaga ketahanan pangan.
Sementara itu Indonesia sendiri merupakan negara pengimpor beras dari India, data Badan Pusat Statistik untuk periode januari hingga November Tahun 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 4 ,49% dari total beras yang di impor Indonesia berasal dari India setara dengan 157.970 ton.
BACA JUGA:Tahun Ini Pembebasan Tanah Jalan Bandara Mukomuko
Kendati demikian pemerintah Indonesia menyatakan bahwa stok beras di dalam negeri saat ini masih terbilang aman. Namun karena beras merupakan komoditas pangan utama yang rentan terhadap efek elnino, menteri perdagangan Indonesia telah melakukan perjanjian dengan dengan India sebagai langkah persiapan bahwa jika sewaktu-waktu terjadi kekurangan beras di dalam negeri larangan ekspor beras nonbasmati oleh India merupakan langkah proaktif yang diambil untuk mengatasi dampak negatif dari fenomena Elnino. Fenomena ini yang ditandai dengan pemanasan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik mengakibatkan perubahan signifikan pada pola cuaca Global. Termasuk angin serta curah hujan, perubahan arah angin pasat yang biasanya meniup dari timur ke barat dipanjang Katulistiwa menjadi penyebab utama terjadinya Elnino.
Dampak langsung dari elno terasa pada sektor pertanian. India di mana terjadi kenaikan harga beras sebesar 3% hanya dalam waktu 1 bulan. Kondisi ini dipicu oleh gagal panen di beberapa sentra-sentra produksi, seperti di negara bagian.
Namun masalah timbul ketika dampak dari fenomena Elnino yang membuat curah hujan menjadi jarang, terutama selama musim hujan dari bulan Juni hingga bulan September. Menyebabkan musim kemarau semakin panjang meskipun terkadang terjadi hujan deras. Namun keberadaannyalah stabil dan minimnya hujan membuat tanah semakin kering.
Untuk mengatasi masalah ini para petani di pun juga terpaksa mengandalkan air dari kanal serta sumur. Namun penggunaan air dari sumber-sumber ini juga memiliki dampak yang negatif. Seperti penurunan signifikan dalam permukaan air tanah.
Meningkatnya ekspor sebanyak dua kali lipat selama 4 tahun terakhir, dari sekitar 10 juta ton pada tahun 2019. Saat ini meningkat menjadi lebih dari 22 juta ton peningkatan ekspor ini membuat kesenjangan makin melebar antara pasokan dan permintaan beras di dalam negeri.
Oleh karena itu India mengambil langkah untuk menyetok sebanyak 80% dari produksi beras mereka, yang bertujuan untuk mengamankan kebutuhan domestik di dalam negeri serta menjaga stabilitas harga beras di pasar lokal, terutama di tengah tantangan iklim yang semakin meningkat.