Italian Brainrot – Meme AI Absur dan Surreal yang Bikin Sosmed Meledak

Italian Brainrot – Meme AI Absur dan Surreal yang Bikin Sosmed Meledak--screenshot dari web.
KORANRM.ID - Di antara deretan tren digital yang bermunculan di media sosial sepanjang 2025, ada satu fenomena absurd yang tak bisa diabaikan: Italian Brainrot. Istilah ini lahir dari semesta meme yang mengawinkan unsur budaya Italia dengan humor surealis berbasis kecerdasan buatan. Hasilnya adalah konten visual yang aneh, lucu, dan sangat membingungkan—tapi justru itulah yang membuatnya viral. Dengan karakter seperti Mario berbicara filosofis di tengah pizza yang terbakar atau patung Romawi menari di klub malam digital, meme ini berhasil menciptakan dunia baru yang sepenuhnya tidak masuk akal tapi sangat menghibur.
Fenomena ini tak bisa dilepaskan dari kemajuan AI generatif, khususnya model teks-ke-gambar dan video seperti Sora, DALL·E, dan RunwayML. Anak-anak muda di platform seperti TikTok, X (Twitter), dan Instagram Reels mulai bereksperimen dengan membuat konten meme absurd menggunakan prompt satir seperti “Italian Pope screaming at spaghetti in vaporwave Vatican.” Hasilnya adalah karya visual yang mengguncang logika, tetapi secara estetika sangat khas: warna neon, glitch, artefak digital, dan ekspresi karakter yang hiperbolik.
Pengaruh budaya Italia dipilih bukan tanpa alasan. Dalam budaya meme global, Italia telah lama menjadi subjek favorit karena kombinasi citra klasik (seperti seni Renaissance dan arsitektur Romawi) dan stereotip modern (pizza, mafia, ekspresi emosional). Ketika dua sisi ini digabungkan dengan logika surealis ala AI, terbentuklah karakter dan narasi yang tak terduga. Dari paus yang menyetir Fiat Panda di Neraka, hingga Colosseum yang berubah jadi klub techno, semua bisa muncul hanya dari satu prompt iseng.
Sebaran meme Italian Brainrot dimulai dari komunitas niche penggemar AI art di Reddit dan Discord, kemudian menyebar luas ke TikTok dan Twitter. Generasi Z, yang tumbuh bersama internet absurd dan ironi postmodern, menyambut genre ini dengan antusias. Dalam seminggu, konten dengan hashtag #italianbrainrot mencapai jutaan tayangan dan menjadi bahan remix berjamaah. Akun-akun dengan jutaan follower ikut membagikan ulang konten ini, mempercepat siklus viralnya.
BACA JUGA:TikTok Shop & Live Social Shopping: E-commerce dalam Feed di 2025
Keunikan meme ini bukan hanya pada tampilannya yang kacau, tetapi juga karena sifatnya yang tidak punya makna tetap. Sebagian besar video atau gambar tidak mencoba menyampaikan pesan—justru kekosongan makna inilah yang membuatnya menarik. Penonton menikmati kebingungan itu sebagai bagian dari pengalaman. Banyak yang menganggap ini sebagai bentuk perlawanan terhadap konten digital yang terlalu serius atau terlalu terpolitur.
Di balik ledakan popularitasnya, Italian Brainrot juga menandai evolusi baru dalam estetika meme. Jika sebelumnya meme berkembang dari foto-foto dengan caption (era Doge, Rage Comic), lalu ke meme video absurd (seperti Vine atau deep-fried meme), kini AI menghadirkan level baru. Imajinasi tidak lagi dibatasi oleh alat edit manual. Prompt yang kreatif bisa melahirkan visual surealis dalam hitungan detik. Hal ini mengaburkan batas antara seniman dan netizen biasa. Setiap orang yang bisa mengetik bisa menjadi pencipta dunia baru yang aneh dan menggelikan.
Beberapa kreator terkemuka di balik meme ini bahkan mulai menjadikannya sebagai alat eksplorasi artistik. Di platform seperti Behance dan ArtStation, muncul pameran digital bertema Italian Brainrot, menampilkan karya AI yang lebih mendalam, menukik ke absurditas sebagai bentuk kritik sosial. Mereka menyoroti absurditas modernitas, konsumsi budaya massa, dan krisis identitas digital melalui lensa kekonyolan Italia versi AI. Ini menjadi jembatan antara budaya pop dan seni konseptual.
Namun, tidak semua menyambut tren ini dengan senyuman. Beberapa pihak mengkritik Italian Brainrot sebagai bentuk kemalasan kreatif yang mengandalkan AI dan stereotip untuk mengejar viralitas. Kritik lain muncul dari sudut pandang budaya, yang menilai bahwa eksploitasi citra budaya tertentu—Italia dalam hal ini—berpotensi memperkuat stereotip atau menjadikannya bahan ejekan global. Meskipun begitu, mayoritas netizen justru melihatnya sebagai bentuk hiburan tanpa pretensi.
Puncak popularitas meme ini terjadi saat beberapa musisi dan brand ikut terjun ke tren tersebut. Seorang DJ Eropa merilis single berjudul Lasagna in the Void dengan video musik yang sepenuhnya digenerate AI dalam gaya Italian Brainrot. Brand fashion streetwear bahkan meluncurkan koleksi terbatas bertema “Holy Ravioli” dengan ilustrasi absurd khas meme ini. Ketika meme sudah merambah ranah komersial dan seni, jelas bahwa pengaruhnya tak bisa dipandang sebelah mata.
Dampaknya terhadap kultur digital global menunjukkan bahwa absurditas memiliki tempat penting di tengah arus konten hiperterstruktur dan terlalu fungsional. Meme semacam ini adalah bentuk pelarian dari dunia yang terlalu serius. Mereka tidak dimaksudkan untuk dipahami, tapi untuk dirasakan. Dalam era di mana semua orang berlomba membuat konten yang “bermakna,” meme ini muncul sebagai suara kontra, mengajak penontonnya untuk tertawa tanpa alasan.
Fenomena Italian Brainrot juga membuka diskusi baru tentang peran AI dalam menciptakan budaya. Ketika AI bukan hanya menjadi alat produksi, tetapi juga sumber logika estetika baru, muncul pertanyaan tentang siapa sebenarnya kreator dari konten seperti ini. Apakah prompt creator, algoritma, atau kolektivitas internet itu sendiri? Tren ini mengaburkan peran tradisional seniman, dan mungkin akan mendefinisikan ulang seni digital ke depan.
Melihat ke depan, Italian Brainrot kemungkinan akan menjadi salah satu referensi penting dalam sejarah meme modern. Ia mewakili titik temu antara budaya pop, teknologi generatif, dan ekspresi absurd manusia modern. Meski sifatnya sementara, dampaknya terhadap estetika visual dan pendekatan terhadap konten akan terus bergema, setidaknya hingga AI melahirkan tren aneh berikutnya.