Kecerdasan Buatan di 2025 Apakah AI Akan Menggantikan Pekerjaan Kita

Kecerdasan Buatan di 2025 Apakah AI Akan Menggantikan Pekerjaan Kita.--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir, dan memasuki tahun 2025, teknologi ini semakin matang serta menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia kerja. AI kini tidak lagi sebatas alat bantu, tetapi juga telah bertransformasi menjadi sistem otonom yang mampu melakukan analisis data kompleks, mengambil keputusan, bahkan meniru proses kognitif manusia. Perkembangan ini menimbulkan satu pertanyaan besar di masyarakat: apakah AI akan menggantikan pekerjaan kita?
BACA JUGA:Legenda Jalanan yang Tak Lekang Zaman, Mengupas Pesona Honda CB Klasik
BACA JUGA:Rebab, Melodi Nusantara yang Melintas Zaman, Pesona Alat Musik Gesek yang Abadi
Di banyak sektor industri, AI memang sudah mengambil alih berbagai tugas yang sebelumnya dilakukan manusia. Di bidang manufaktur, robot bertenaga AI kini mengelola lini produksi dengan efisiensi tinggi tanpa lelah. Di sektor keuangan, algoritma cerdas menganalisis pasar dan membuat keputusan investasi dalam hitungan detik. Di layanan pelanggan, chatbot AI seperti ChatGPT atau voice assistant lainnya bisa menjawab ratusan pertanyaan sekaligus tanpa antre. Bahkan, dalam jurnalistik dan penulisan konten, AI sudah digunakan untuk membuat laporan cepat berbasis data.
Namun, kenyataan bahwa AI menggantikan beberapa pekerjaan tidak serta merta berarti semua pekerjaan akan hilang. Sebaliknya, AI menciptakan transformasi struktur pekerjaan. Banyak profesi yang bergeser dari peran teknis ke peran strategis, kreatif, dan interpersonal. Pekerjaan yang membutuhkan empati, intuisi, pemikiran kritis, dan kreativitas tinggi justru semakin dihargai karena kemampuan tersebut belum sepenuhnya dapat direplikasi oleh AI. Contohnya adalah guru, psikolog, perawat, seniman, dan manajer strategi.
BACA JUGA:VW Kodok, Ikon Klasik yang Tak Lekang Oleh Zaman
Bahkan dalam bidang teknologi sendiri, munculnya AI justru membuka peluang karier baru seperti AI ethicist, machine learning engineer, data governance expert, hingga AI trainer yang bertugas mengawasi dan melatih model kecerdasan buatan. Maka dari itu, yang dibutuhkan bukan sekadar kekhawatiran terhadap hilangnya pekerjaan, tetapi penyesuaian keterampilan dan mindset terhadap era baru ini.
Kehadiran AI juga mengangkat isu penting mengenai keadilan, regulasi, dan keamanan pekerjaan. Tanpa kebijakan yang adaptif, otomatisasi bisa memperbesar kesenjangan sosial jika kelompok rentan tidak mendapat akses pelatihan ulang atau perlindungan sosial yang cukup. Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama menyediakan ekosistem kerja baru yang mampu menyerap tenaga kerja sekaligus mendukung transformasi digital secara inklusif.
BACA JUGA:Termos Bau dan Berkerak? Ini 5 Cara Mudah Membersihkannya di Rumah
AI bukan musuh, melainkan alat bantu yang sangat kuat—asal digunakan dengan bijak. Kunci utamanya adalah menyiapkan diri dengan literasi digital, kemampuan kolaboratif manusia-mesin, serta fokus pada bidang yang menekankan sisi kemanusiaan. Pendidikan juga harus bertransformasi, tak lagi menekankan hafalan, melainkan pengembangan daya pikir, inovasi, dan adaptabilitas.
Tahun 2025 menandai titik kritis evolusi hubungan manusia dengan mesin. Masa depan pekerjaan bukan tentang siapa yang kalah atau menang antara manusia dan AI, melainkan tentang bagaimana kita membangun kolaborasi yang saling menguntungkan. Bukan semua pekerjaan yang akan hilang, tetapi pekerjaan yang tak mau berubah yang akan tergilas.
BACA JUGA:Sejarah Durian Namanaya Mulai Tercatat Pada Zaman Kerajaan Majapahit Dengan Nama Berikut
BACA JUGA:Zaman Sapuan-Wasri, Masih Ada Desa yang Krisis Jaringan Internet
Referensi:
• McKinsey Global Institute. (2023). The Future of Work After COVID-19 and AI.
• World Economic Forum. (2024). Jobs of Tomorrow: Mapping Opportunity in the New Economy.
• Oxford Economics. (2025). AI and the Global Labor Market Outlook.
• MIT Technology Review. (2024). “What AI Can’t Do (Yet): The Human Edge in Future Work.”
• Kominfo RI. (2025). Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia.