Korea Selatan: Negara Yang Pandai Berpura-pura, Kemiskinan Yang Ditutupi

Korea Selatan Negara Yang Pandai Berpura-pura, Kemiskinan Yang Ditutupi--screnshoot dari web

radarmukomukobacakoran.com - Walau dikenal sangat populer, ternyata Korea Selatan juga memiliki sisi gelap. Dilansir dari channel youtube Doczon. Korea Selatan, merupakan salah satu negara paling maju di Asia. Negara ini memiliki industri yang dominan dalam sektor produksi film hingga musik. Industri ini berkembang begitu pesat, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. 

Selain itu, Korea Selatan juga dikenal cukup maju dalam bidang teknologi, pariwisata, otomotif dan elektronik. Dimana Kemudian beberapa sektor ini memberikan dampak yang positif bagi kemajuan dan gemerlap negeri ini. Namun demikian, seperti negara lain pada umumnya, di balik Sisi gemerlap yang dimilikinya, tersimpan rahasia kecil tentang penduduknya yang hidup di bawah garis kemiskinan yang tidak seindah yang ditampilkan dalam drama. 

Sehingga banyak orang yang menyebut jika Korsel adalah negara yang paling pandai memoles diri. Sebab realitas di kehidupan nyata, nyatanya jauh berbeda dengan yang ditampilkan di layar kaca. Salah satu fakta kelam tentang masyarakat Korsel, dapat dilihat melalui kehidupan Ribuan Orang yang tinggal di apartemen semi bawah tanah bernama banjiha yang terdapat di ibuota Seul serta beberapa kota besar lain. Banjiha merupakan potret kerasnya kehidupan di kota-kota besar di Korea Selatan. Banjiha merupakan tempat tinggal kumuh, gelap serta jauh dari kata layak yang disewa oleh mereka yang memiliki pendapatan rendah.

BACA JUGA:Warga Kecamatan Malin Deman Yang Hilang Berhasil Ditemukan

BACA JUGA:Mess Hilgers dan Eliano Reijnders Resmi Menjadi WNI

Banjiha hanya menyediakan kamar sempit serta minim akan cahaya beberapa bagiannya didesain sangat rendah sehingga para penghuni perlu merunduk agar kepala mereka terhindar dari benturan langit-langit. Ketika musim panas, para penghuninya akan merasa sangat sumpek karena kelembaban yang sangat tinggi. Jamur yang tumbuh sangat subur hampir di semua bagian apartemen, ditambah dengan kondisi kamar kecil yang tergenang air dan kotoran membuat suasana di tempat ini semakin tidak nyaman. 

Bau khas apartemen bawah tanah yang menyeruak setiap waktu turut menambah penderitaan bagi penghuninya. Rasa tidak nyaman bukan saja dirasakan karena menempati apartemen lebih dari itu, mereka yang tinggal di banjiha kerap mendapatkan stigma yang negatif dari masyarakat di Korea Selatan. Banyak orang yang berpikir bahwa rumah serta mobil adalah simbol kesuksesan. Sementara banjiha adalah simbol kemiskinan.

BACA JUGA:Ini Prioritas Fisik Talang Gading TA 2025

BACA JUGA:Berada di Pot 3, Indonesia Berpotensi Berada di Grup Neraka

Mereka yang tinggal di banjiha sangat lekat dengan konotasi miskin dan tersisih dari masyarakat.

Tadinya ruangan di banjiha hanya berisi kasur dan meja belajar yang digunakan oleh para pelajar yang ingin menyendiri. Tetapi seiring waktu apartemen semi bawah tanah ini telah menjadi pilihan bagi para pekerja kasar dengan upah di bawah standar yang berharap dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Sebab dengan tinggal di banjiha mereka bisa menekan pengeluaran dan menabung.

Banjiha bukan sekedar bagian yang menunjukkan fakta kelam kota Korsel, melainkan juga merupakan sebuah produk sejarah tempat mungil Ini dapat membawa kita pada episode sejarah ketika konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara sedang terjadi pada tahun 1968. 

Komando Korea Utara berhasil menyelinap ke dalam kota Korsel dengan membawa misi membunuh Presiden Korea Selatan di kala itu. 

Meski serangan tersebut dapat digagalkan, namun ketegangan antara dua negara terus berlanjut dan semakin kuat. Pada tahun 1970 keadaan yang semakin Genting memaksa pemerintah Korsel untuk mengubah peraturan pendirian bangunan. Bahwa semua bangunan apartemen bertingkat rendah harus memiliki ruang bawah tanah yang bisa dijadikan bangker ketika terjadi darurat nasional. Karena itu semua, bangunan apartemen yang didirikan pasca tahun tersebut dapat dipastikan memiliki ruang bawah tanah yang disebut dengan banjiha. Setelah masa damai tersebut kemudian disewakan sebagai tempat tinggal murah.

Pada awalnya, menyewakan banjiha dianggap sebagai tindakan yang ilegal hanya saja selama krisis perumahan yang terjadi pada tahun 1980 an. Untuk masyarakatnya pemerintah terpaksa melegalkan tempat bawah tanah tersebut untuk ditinggali.

Pada tahun 2018, PBB mencatat bahwa meski digolongkan dalam daftar 11 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Korea Selatan memiliki masalah yang serius terkait kurangnya perumahan dengan harga yang terjangkau yang menjadi hambatan besar bagi generasi muda dan kalangan bagi mereka yang berusia di bawah 35 tahun. Perbandingan antara biaya sewa dengan pendapatan tetap berada di angka 50%. Selama beberapa dekada terakhir, karena itu bajinha menjadi solusi yang berilian di tengah harga perumahan yang terus meningkat dengan sangat cepat. Harga sewa bulanan untuk hunian ini sekitar 54.000 Won atau sekitar 3 sementara gaji rata-rata orang berusia 20-an tahun di Korea Selatan sekitar 2 juta Won atau sekitar 1679 $ setiap bulannya.

 

Tag
Share