Fakta Unik Rumah Adat Tongkonan Budaya Toraja
Fakta Unik Rumah Adat Tongkonan Budaya Toraja--Istimewah
[email protected] - Banyak masyarakat Indonesia yang mengenal budaya Toraja seperti yang banyak diberitakan di media. Bahkan, keunikan budaya Toraja juga menarik perhatian wisatawan mancanegara. Namun tak hanya aktivitas masyarakatnya saja yang menarik, rumah adat juga tak kalah menarik untuk dibahas. Nama rumah adat Toraja adalah Tongkonan. Rumah adat ini mempunyai keunikan tersendiri yang menarik untuk diketahui. Jika Anda berkunjung ke Tana Toraja Sulawesi Selatan, penampakan rumah adat Tongkonan ini pasti akan menjadi pemandangan yang unik dan tidak biasa. Tongkonan sendiri berasal dari kata “tongkon” yang berarti duduk atau duduk, sedangkan ma’tongkon berarti duduk bersama. Oleh karena itu, Tongkonan di sini menjadi tempat tinggal kepala adat sekaligus tempat berkumpulnya keluarga atau orang tercinta.
Rumah adat ini mempunyai bentuk yang sangat istimewa, diantaranya tiang-tiang kayunya dihiasi ukiran khas Toraja pada bagian dalamnya. gaya Toraja. Warnanya bermacam-macam, mulai dari kuning, hitam bahkan merah. Biasanya rumah ini digunakan oleh masyarakat Toraja sebagai tempat bersosialisasi. Dalam pembangunan rumah ini harus dilakukan upacara ritual dan harus diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Karena rumah Tongkonan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal namun juga sebagai wadah bagi masyarakat Toraja untuk tetap berhubungan dengan nenek moyangnya.
Menurut legenda yang berkembang pada masyarakat Toraja, Rumah Tongkonan Sistem ini dibangun untuk pertama kalinya di surga. Dimana letak rumah pertama terdapat 4 tiang. Kemudian nenek moyang suku Toraja turun ke bumi dan membangun rumah bagaikan langit. Kemudian diadakan upacara akbar.
Semula Rumah Tongkonan hanya digunakan oleh bangsawan Toraja untuk mengadakan pertemuan. Namun seiring berjalannya waktu, rumah ini akhirnya menjadi rumah adat yang dijadikan tempat tinggal masyarakat Toraja.
1. Sejarah Rumah Tongkonan
Tongkonan ini berbentuk rumah panggung berbentuk persegi panjang dengan atap menyerupai perahu dengan buritan. Namun ada juga masyarakat yang membandingkan atap tradisional Toraja ini dengan atap tanduk kerbau. Atapnya terbuat dari daun kelapa atau daun nipah dan dapat bertahan hingga 50 tahun jika dirawat dengan baik.
Sejarah pembuatan Tongkonan diawali dengan munculnya rumah-rumah berdinding tebing dan beratap jerami. Setelah itu, masyarakat mengenal masa kutub segitiga, yang disebut dengan masa peralihan ke masa munculnya segiempat.
Selanjutnya, pada masa penyempurnaan, masyarakat mengenal grafik-grafik yang berupa simbol-simbol yang diberi tanda a status sosial seseorang terhadap pemilik rumah. Semakin banyak tanduk kerbau yang dipasang pada sebuah rumah Tongkonan, maka semakin tinggi pula kelas sosial pemilik rumah tersebut.