Fakta Unik Rumah Adat Tongkonan Budaya Toraja
Fakta Unik Rumah Adat Tongkonan Budaya Toraja--Istimewah
2. Pastinya ratusan tahun
Hampir seperti kebanyakan rumah adat di Indonesia. Kebanyakan rumah adat di Tongkonan terbuat dari kayu. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu uru yang terkenal sangat awet.
Sedangkan bagian rumah Tongkonan terbuat dari atap Tongkonan yang terbuat dari bambu. Yang menarik, bentuk atap rumah adat ini menyerupai perahu. Bentuk ini mengingatkan kita pada nenek moyang suku Toraja yang pernah mengarungi lautan menuju pulau Sulawesi dengan menggunakan perahu.
Sedangkan dinding rumah Tongkonan terbuat dari kayu. Dalam membangunnya, masyarakat Toraja tidak menggunakan besi sama sekali dan tidak menggunakan paku untuk menyambung bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat rumah tersebut. Namun rumah adat Toraja ini terkenal sangat kokoh dan mampu bertahan hingga ratusan tahun.
Memang rumah tongkonan terbuat dari bahan pilihan. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan uru atau kayu ulin yang berumur 10 tahun. Proses loggingnya sendiri juga dibuat khusus.
3. Melekat pada Alang Sura'
Rumah Tongkonan ini terdiri dari banua sura' atau rumah ukir dan rumah induk atau lumbung ukir. Itu dianggap sebagai simbol pasangan yang sudah menikah. Kadang-kadang rumah Tongkonan dilengkapi dengan lumbung yang tidak dipahat seperti lemba dan juga terdapat rumah panggung Banua dan alang besar sebagai pengganti orang tua. Tempat banua ini akan disimbolkan sebagai seorang ibu yang melindungi anaknya. Sedangkan alang dilambangkan sebagai ayah, pencari nafkah keluarga.
Posisi banua dan alang akan saling berseberangan namun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Alang digunakan sebagai tempat menyimpan sisa nasi. Kemudian tiang alang dibuat dari kayu enau agar tikus tidak bisa masuk ke dalam alang. Kemudian di depan bangunan terdapat patung ayam dan juga matahari yang merupakan simbol penyelesaian kasus.
Di antara banua dan alang terdapat halaman luas yang disebut ulu ba'ba. . Tempat ini sering digunakan sebagai tempat bekerja dan menjemur padi, namun juga menjadi tempat bermain anak-anak. Selain itu, tempat ini juga menjadi ruang yang kohesif dan menyatu bagi penduduknya. Halaman ini juga sering digunakan sebagai tempat diadakannya upacara pemakaman.