Pencinta Pasta Dan Spagheti Sudah Tau Belum Sejarahnya? Simak Penjelasannya
Pencinta Pasta Dan Spagheti Sudah Tau Belum Sejarahnya? Simak Penjelasannya--Istimewah
Pada tahun 1500-an, orang Neapolitan terkenal dengan makan daun atau manga Foglia. Kebiasaan ini kemudian berubah pada akhir abad ke-17 ketika masyarakat Napoli mulai menyukai pasta dan menjadikannya sebagai hidangan pokok. Perubahan ini disebut-sebut merupakan dampak dari penurunan taraf hidup masyarakat secara signifikan. Akibatnya, akses mereka terhadap daging menjadi terbatas. Untuk mengatasi masalah ini, mereka kemudian beralih ke konsumsi gandum yang harganya relatif lebih murah.
Alasan lain diyakini mempengaruhi perubahan pola makan masyarakat Neapolitan yang tunduk pada pembatasan diet karena alasan agama. Saat itu, konsumsi daging dilarang oleh agama dan pasta kemudian dianggap sebagai pengganti daging yang ideal.
Sejak saat itu, pasta mulai dianggap sebagai produk makanan yang dikonsumsi masyarakat awam setiap hari. Ajaibnya, sajian ini pun terbukti mampu memuaskan selera Raja Ferdinand IV dari Napoli yang konon sangat menyukai pasta.
Pasta memang telah mengalami banyak perubahan sejak kemunculannya, terutama dari segi terminologi. Rasanya telah berubah secara signifikan dari waktu ke waktu.
Hidangan mie yang awalnya manis ini kini menjadi asin berkat penggantian gula dengan sayuran dalam resepnya. Kemudian, pada awal abad ke-19, tomat ditambahkan untuk membuat pasta menjadi makanan bergizi lengkap.
Sejarah pasta di Indonesia
Sejak diperkenalkannya pasta di Indonesia hingga saat ini, variasinya sangat banyak yang bisa ditemukan. Dari spageti, fetucini, hingga pasta. Nah, sejarah pasta di Indonesia diawali dengan masuknya budaya Tionghoa dan masa penjajahan Eropa di Tanah Air.
Menurut Fadly Rahman, seorang sejarawan masakan Indonesia, mie diperkenalkan oleh orang-orang. Tionghoa pada masa kekaisaran nusantara. Katanya mie disebutkan dalam prasasti Majapahit. Dalam prasasti tersebut terdapat referensi tentang penjual laksa atau mie yang dianggap Tionghoa.