Koh Panyee, Desa Terapung di Thailand, Dihuni Umat Muslim Dari Jawa
Koh Panyee, Desa Terapung di Thailand, Dihuni Umat Muslim Dari Jawa.--ISTIMEWA
radarmukomuko.bacakoran.co - Di sekitar Laut Andaman, tepatnya pada lepas pantai Thailand Selatan berdiri sebuah desa terapung bernama Koh Panyee dengan Mayoritas penduduk beragama Islam. Dilansir dari channel youtube Kabar Pedia.
Desa ini tersembunyi di sebuah Teluk di selatan Thailand yang dilindungi oleh formasi batuan kapur yang sangat besar dengan tinggi sekitar 20 meter dan menampung lebih dari 400 keluarga dengan total penduduk 1680 orang yang merupakan keturunan dari tiga keluarga muslim penjelajah laut asal Jawa. Kampung terapung ini didirikan pada sekitar 200 tahun silam oleh 3 keluarga nelayan keturunan Jawa.
Awalnya tiga orang ini mencari lokasi yang bagus untuk menangkap ikan. Mereka berlayar menyusuri garis pantai Malaysia menuju Laut Andaman hingga akhirnya mereka sampai di perairan Thailand dan menemukan sebuah pulau yang terletak di provinsi panga. Ketika menemukan tempat yang diinginkan mereka memberitahu kepada nelayan-nelayan lain dengan mengibarkan bendera di atas puncak bukit sehingga orang lain dapat bergabung dengan mereka untuk mencari ikan.
Mereka menemukan tempat berlindung di dekat batu kapur besar lalu mengibarkan bendera di atasnya perlahan banyak orang mulai bergabung dengan tiga orang nelayan tersebut dan mulai membangun desa hingga kemudian desa tersebut kini menampung 400 keluarga. Dengan hidup di atas air mereka dengan cerdik telah menghindari hukum Thailand dimana undang-undang Thailand menyatakan bahwa orang asing tidak diizinkan untuk memiliki tanah di Thailand tetapi ketika kemudian semakin banyak turis datang ke Thailand dan menjadikan desa copanya sebagai salah satu objek wisata favorit.
BACA JUGA:Nggak Ada Lagi Desa Tertinggal di Mukomuko
Pada akhirnya warga pendatang dari Jawa tersebut mendapatkan hak kepemilikan tanah berkat tiga keluarga nelayan yang menemukan tempat ini dan memutuskan untuk menetap di sana terbentuklah sebuah desa yang lengkap dengan hampir semua fasilitas yang dimiliki oleh desa-desa lain. Hal pertama yang dibangun oleh penduduk Koh Panyee saat itu adalah sumur air tawar serta masjid. Saat ini desa Koh Panyee juga memiliki satu sekolah di mana anak-anak memiliki kelas dan menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Desa ini juga memiliki Rumah sakit, kuburan, pasar, toko, museum kecil ,restoran dan tentu saja peternakan ikan, bahkan saat ini desa Koh Panyee juga memiliki sebuah hotel sederhana bagian tengah desa Koh Panyee terdiri dari beton yang menghubungkan lusinan toko souvenir kecil dan membentuk labirin sempit yang mengarah ke rumah-rumah penduduk. Jaringan kalan setapak dan toko-toko kecil semuanya menjual kaos batik dan barang-barang yang terbuat dari kerang dan salah satu bagian paling menarik dari Desa terapung ini adalah adanya 3 lapangan sepak bola terapung lapangan sepak bola terapung tersebut dibangun setelah Piala Dunia tahun 1986 yang terbuat dari kayu berupaya secara kolektif untuk menciptakan ruang rekreasi dan permainan.
BACA JUGA:3 Wakil Indonesia Lolos ke Putaran Final Australia Open 2024
Sehingga terciptalah lapangan sepak bola yang menentang tantangan geografis di lokasi tersebut. Di masa lalu sebagian besar penduduk desa ini hidup dengan memancing dan mancari ikan. Namun saat ini pariwisata juga telah menjadi sumber pendapatan yang berkembang sayangnya saat ini hanya generasi tua di desa Koh Panyee yang masih menggunakan bahasa Indonesia sedangkan generasi muda telah beralih menggunakan bahasa Thailand. Saat ini perluasan wilayah di desa ini sudah tidak lagi memungkinkan karena itu untuk generasi mendatang mereka harus mencari tempat tinggal di daratan.*