Makna Suntiang Yang Menjadi Hiasan Kepala Wanita Minangkabau, beratnya mencapai 5 kg

Makna Suntiang Yang Menjadi Hiasan Kepala Wanita Minangkabau, beratnya mencapai 5 kg--Istimewah

 

Keunikan ide dan dekorasi ini diwujudkan dalam bentuk praktis dengan menggunakan bahan kuningan, yang kemudian dirangkai dengan kawat yang ditempelkan pada rangka alumunium, yang kemudian dibuat bentuk menjadi setengah ukuran kepala. Suntiang disusun berlapis-lapis dengan jumlah hiasan ganjil di atasnya. Penataan dekorasi dalam jumlah ganjil akan menyeimbangkan sisi kiri dan kanan suntiang sehingga menambah keindahan, keunikan dan estetika suntiang.

Memakai Suntiang sebagai pengantin melambangkan tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang wanita. untuk itu. kehidupan keluarga atau komunitas mereka. Suntiang memiliki berat 3,5 hingga 5 kg. Meski suntiang bisa dibilang cukup tidak enak jika digunakan dalam jangka waktu lama, namun pengguna suntiang (anak daro) tergolong sopan, menawan, dan ramah. Seorang wanita yang sudah menikah harus siap mengambil peran sebagai istri dan ibu dari anak-anak suaminya. Sedangkan dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau, perempuan yang sudah menikah diberi gelar bundo kanduang dan memikul beban membimbing keponakannya, khususnya perempuan.

 

Suntiang yang diberikan oleh anak Daro juga memiliki makna tersembunyi. dan definisi wanita menikah dan dewasa. Oleh karena itu, kedua mempelai harus mampu bersikap bijaksana dan dewasa, memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya, serta mampu menunaikan tanggung jawabnya dengan baik. Suntiang juga turut membantu memahami bahwa menjadi seorang istri dan ibu bukanlah tanggung jawab yang mudah, namun dalam menjalankan peran tersebut harus selalu bersikap baik, sopan dan lemah lembut.

Suntiang dalam masyarakat Minangkabau bukan hanya satu tipe orang saja. . Setiap daerah mempunyai corak dan nama suntiang tersendiri. Suntiang mempunyai bentuk, ukuran, berat, nama dan corak yang berbeda-beda. Setiap perbedaan bermakna karena Suntiang menyampaikan nilai-nilai filosofis. 

Suntiang bungo bungo bungo bungo bunggul, misalnya pada bagian depan suntiang terdapat segitiga yang melambangkan kepala kepala adat. Minangkabau khususnya masakan Tigo Sarungan. Tungku tigo sajarangan merupakan gabungan dari tokoh-tokoh sosial masyarakat Minangkabau yang meliputi unsur cerdas niniak mamak, alim ulama dan cadiak.

Dari segi skala, suntiang berbeda dalam penggunaan penggunaannya. Suntiang besar yang digunakan kedua mempelai disebut juga suntiang gadang. Sedangkan suntiang kecil disebut juga suntiang ketek digunakan oleh pengiring pengantin.

Sumber : Jurnal Sudi Budaya, Makna  filosofi suntiang sebagai hiasa kepala tradisional wanita minangkabau. Oleh Nurul Izzati Husni, Yulfira Riza tahun 2022.n

Tag
Share