Kisahnya Prahu Bidar, Wisata Sungai Musi Kota Palembang awalnya Merebutkan Dayang Merindu

Wisata Sungai Musi Kota Palembang.--ISTIMEWA

radarmukomukobacakoran.com - Sungai Musi adalah salah satu ikon kota Palembang yang memiliki sejarah dan kaya budaya. 

Salah satu tradisi yang melekat dengan sungai ini adalah lomba perahu bidar, sejak dulu sudah menjadi atraksi wisata aliran sungai musi.

Lomba ini biasanya digelar setiap tahun pada bulan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia dan Hari Jadi Kota Palembang.

Perahu bidar adalah perahu yang terbuat dari kayu ulin yang panjangnya bisa mencapai 40 meter dan lebarnya 1,5 meter. 

Perahu ini bisa menampung sekitar 40-50 orang yang duduk berjajar di sisi kanan dan kiri perahu. 

Keunikan lomba ini sering dihubungkan dengan cerita rakyat, dimana para pemenang lomba  berkerja sama dengan pawang buaya.

Sehingga disukan buaya akan menolong lajunya perahu bidar meluncur di aliran sungai untuk menjadi juara.

Sejauh ini, Cerita tersebut  belum bisa dibuktikan karena belum ada bukti nyata, hanya baru sebatas cerita rakyat dari orang tua dahulu. 

Untuk memacu laju perahu  mereka menggunakan dayung untuk menggerakkan perahu dengan irama yang serempak. 

Di bagian depan perahu, ada seorang juru kawih atau juru nyanyi yang bertugas untuk memberikan semangat dan arahan kepada para pendayung. 

Di bagian belakang perahu, ada seorang juru mudi atau juru kemudi yang bertugas untuk mengatur arah perahu.

Tradisi perahu bidar merupakan salah satu atraksi wisata yang menarik bagi masyarakat lokal maupun asing. 

Lomba ini menampilkan kekompakan, kecepatan, dan keindahan gerak para pendayung yang berlomba untuk mencapai garis finish terlebih dahulu. 

Lomba ini juga menampilkan keanekaragaman budaya dan kreativitas masyarakat Palembang, yang menghias perahu mereka dengan berbagai tema dan warna. 

Selain itu, lomba ini juga menjadi ajang silaturahmi dan persaudaraan antara berbagai kelompok dan komunitas yang ikut berpartisipasi.

Menurut sejarawan Kemas AR Panji, lomba ini pertama kali digelar pada tahun 1898, saat merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina dari Belanda. 

Saat itu, para bangsawan Palembang mengadakan perlombaan perahu bidar sebagai bentuk hiburan dan penghormatan kepada penguasa kolonial. 

Lomba ini kemudian dilanjutkan setiap tahun oleh masyarakat Palembang sebagai bentuk pelestarian budaya dan tradisi.

Lomba ini juga lekat dengan cerita rakyat Dayang Merindu atau Daya Rindu, seorang putri cantik yang diperebutkan oleh dua kesatria. 

Dalam cerita tersebut, kedua kesatria tersebut bersaing dalam lomba perahu bidar untuk memperebutkan hati Dayang Merindu. Siapa yang menang dalam lomba tersebut, berhak untuk meminang Dayang Merindu sebagai istri.*

Artikel ini dilansir dari berbagai sumber :msn.com dan mongabay.co.id

https://www.msn.com/id-id/berita/other/pemkot-pelambang-gelar-lomba-bidar-dan-parade-perahu-hias-catat-tanggalnya/ar-AA1eWfHy

https://www.mongabay.co.id/2020/08/16/perahu-bidar-dan-tradisi-masyarakat-di-sepanjang-sungai-musi/

Tag
Share