China Sindir Rencana Uji coba Nuklir AS

China Sindir Rencana Ujicoba Nuklir AS.-Dedi Sumanto-Sceenshot

koranrm.id - Terkait rencana Washintong Amerika Serikat (AS), yang mengubah kebijakan nuklirnya, serta mempertahankan persenjataan besar yang akan meningkatkan resiko konflik. Menanggapi rencana perubahan tersebut, China langusng melontarkan sindiran halus terhadap Amerika Serikat (AS). Peringatan ini muncul setelah AS menyatakan akan menyeimbangi para rivalnya dengan kembali melakukan uji coba senjata nuklir. "Beberapa negara sekarang terus menyesuaikan kebijakan nuklir, dengan keras mempertahankan persenjataan nuklir dalam jumlah masif. Meningkatkan kemampuan deterensi dan kemampuan tempur nuklir, sehingga memperbesar risiko konflik nuklir global," pernyataan Kantor Informasi Dewan Negara China dalam dokumen white paper tentang pengendalian senjata yang dirilis pada Kamis (27/11) yang dikutip dari Bloomberg Technoz.

Dokumen tersebut dirilis setelah Presiden AS Donald Trump berjanji menyamai para lawannya dalam melakukan uji coba nuklir, menyusul pengumuman Rusia mengenai uji coba drone bawah air bertenaga nuklir serta rudal jelajah berkapabilitas nuklir. Trump menambah bahwa AS akan melakukan uji coba tersebut dalam waktu dekat. Tapi belum jelas apakah Trump merujuk pada peledakan hulu ledak nuklir yang akan membalikkan kebijakan AS selama puluhan tahun dan melanggar larangan global de facto, atau hanya memperluas uji coba sistem peluncur, seperti rudal balistik antarbenua yang mampu untuk membawa hulu ledak nuklir. Satu-satunya negara yang diketahui telah menguji desain bom nuklir pada abad ini adalah Korea Utara, terakhir kali meledakkan perangkat nuklir pada tahun 2017 lalu.

Pada 2019, AS menarik diri dari perjanjian perlucutan senjata era Perang Dingin dengan Rusia, dengan alasan Moskow telah melanggarnya lewat produksi rudal terlarang. Trump juga menilai perjanjian itu cacat karena tidak memasukkan China, kekuatan nuklir yang sedang tumbuh. Meski China memiliki jumlah hulu ledak nuklir yang dinilai lebih kecil dibanding AS dan Rusia, persenjataannya diperkirakan akan terus meningkat dan dimodernisasi dengan cepat menurut penilaian pemerintah AS. China terakhir kali menguji bom nuklir pada 1996, namun masih terus menguji rudal berkapabilitas nuklir, termasuk ICBM tahun lalu, serta hulu ledak hipersonik yang memanfaatkan kecepatan tinggi dan manuver untuk hindari intersepsi.

Dalam white paper tersebut, Beijing kembali menegaskan bahwa mereka mengikuti pendekatan yang sangat terkendali, dalam pengembangan senjata nuklir, dan tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata nuklir. Badan tertinggi Partai Komunis China pada Oktober lalu menyatakan berencana memperluas kemampuan deterrensi strategis. Istilah militer yang mencakup kekuatan nuklir dalam lima tahun ke depan. Dokumen itu juga mengkritik beberapa negara yang mendorong sistem pertahanan rudal, seperti Golden Dome yang diusulkan Trump. Sistem tersebut disebut bertujuan melindungi wilayah AS, dan tidak hanya dari serangan terbatas negara-negara kecil. Tetapi juga dari serangan berskala besar oleh Rusia maupun China. Para pengkritik menyebut Golden Dome hampir mustahil untuk bisa diwujudkan secara teknis. Washington dan Seoul juga tengah melakukan negosiasi tertutup untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir secara bersama untuk kedua angkatan laut. Kapal selam itu membantu menghadapi pertumbuhan pesat armada China.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengatakan AS akan menyamai uji coba senjata nuklir negara-negara pesaingnya, setelah Rusia mengumumkan uji coba pesawat nirawak (drone) bawah air bertenaga nuklir dan rudal jelajah berkemampuan nuklir dalam beberapa hari terakhir. Trump tampaknya bereaksi terhadap percepatan uji coba senjata nuklir canggih Rusia dalam beberapa waktu lalu. Dimana Rusia mengumumkan telah menguji drone torpedo bertenaga nuklir yang mampu membawa senjata nuklir, beberapa hari setelah militernya memuji uji coba rudal jelajah jarak jauh. Senjata canggih tersebut dirancang untuk menerobos sistem pertahanan rudal. "Karena program uji coba negara-negara lain, saya juga telah instruksikan Departemen Perang untuk memulai uji coba senjata nuklir kami secara setara," tulis Trump melalui unggahan media sosial Kamis (30/10/2025) seperti yang dikutip Bloomberg Technoz.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan