Libya, Negara yang Dihancurkan Barat Karena Pemimpin yang Anti-Barat

Libya, Negara yang Dihancurkan Barat Karena Pemimpin yang Anti-Barat.--Sceenshot
koranrm.id - Libya merupakan sebuah negara yang terletak di wilayah magrib Afrika Utara yang pernah mengalami periode kemakmuran yang membawanya menuju pencapaian yang mengagumkan di bawah kepemimpinan Muammar Khadafi. Dilansir dari channel youtube Doczon.
Ekonomi negara ini tumbuh dengan pesat, sementara perkembangan sosial stabilitas politik pembangunan dan upaya perdamaian memberikan kesejahteraan dan kemakmuran yang signifikan bagi masyarakatnya. Namun demikian setelah tewasnya Muammar Khadafi yang menandakan akhir masa pemerintahannya Libya justru dilanda krisis yang mendalam negara ini mengalami konflik bersenjata, ketidakstabilan sosial, rivalitas politik yang tidak sehat, kemunduran ekonomi dan krisis kemanusiaan yang merajalela.
BACA JUGA:Mantap! Pembangunan Fisik Tahap I Bunga Tanjung Sudah Dimanfaatkan
Secara historis setelah Libya mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris dan Perancis Pada tahun 1951 Raja Idris 1 menjadi raja pertama yang berkuasa di Libya dengan pengawasan dari Inggris. Kendati telah meraih kemerdekaan kebijakan pemerintah Libya Pada masa itu masih sering merugikan rakyat serta lebih menguntungkan pihak pemerintah dan penjajah. Ketika cadangan minyak bumi yang melimpah ditemukan pada tahun 1959 di Libya banyak rakyat masih hidup dalam kemiskinan dan kesulitan, terutama soal akses terhadap pendidikan, makanan, perumahan dan berbagai aspek penting lainnya.
Tingkat literasi di Libya juga sangat rendah, bahkan dari total populasi Libya saat itu yang mencapai 4 juta jiwa hanya sekitar 250.000 orang yang bisa membaca dan menulis ini berarti bahwa sekitar 93%. rakyat Libya tidak memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis. Pada tahun 1969 dinasti Sanusi termasuk Raja Idris 1 harus Lengser dari kursi pemerintahan mereka diturunkan oleh kelompok Kolonel Muammar Khadafi yang menginginkan perubahan dalam tata kehidupan rakyat Libya. ketika Ka Davi mengambil alih kekuasaan ia menjadikan minyak sebagai Sumber penghasilan utama negaranya.
BACA JUGA:Sekali Serangan, Situs Nuklir Iran Diklaim Belum Bisa Dihancurkan
Pendapatan dari minyak Libya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang pada saat itu masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Salah satu kebijakan kunci yang diterapkan oleh Khadafi adalah nasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak bumi dan pembentukan perusahaan minyak nasional. Langkah ini membentuk sistem ekonomi yang dianggap lebih baik dari pada sistem ekonomi sebelumnya yang berbasis kapitalis dalam sektor pendidikan.
Kadafi menggratiskan pendidikan dasar dan menengah di seluruh Libya, Iya juga membangun banyak sekolah serta Universitas baru. Dampaknya tingkat melek huruf di negara ini mengalami peningkatan dimana pada tahun 1969 Libya memiliki tingkat melek huruf hanya 7%. Namun pada tahun 2011 tingkat melek huruf di Libya meningkat menjadi 90%, dalam sektor kesehatan Kadafi menyediakan layanan kesehatan gratis untuk semua warga Libya layanan kesehatan ini mencakup perawatan dasar, perawatan spesialis, perawatan darurat obat-obatan dan perawatan medis lainnya.
Selain itu Kadafi juga membangun jutaan rumah baru termasuk rumah susun rumah tapak dan perumahan komunal rumah-rumah ini dibangun dengan kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau.
Hal ini meningkatkan tingkat kepemilikan rumah di negara tersebut, dimana pada tahun 1969 hanya 15% dari penduduk Libya yang memiliki rumah. Namun pada tahun 2011 tingkat kepemilikan rumah telah meningkat menjadi 80%.
BACA JUGA:Melihat Keajaiban Blue Fire Kawah Ijen di Tengah Gelap Malam
Selain itu rata-rata pendapatan individu di Libya meningkat secara signifikan selama masa pemerintahan Khadafi pada tahun 1969 rata-rata pendapatan individu di Libya adalah 1000 dolar per tahun atau setara 15 juta rupiah.
Namun pada tahun 2011 rata-rata pendapatan individu telah meningkat menjadi 12.000 per tahunnya atau sekitar 184 juta. Hal ini menjadikan Libya sebagai negara dengan PDB perkapita tertinggi dibandingkan banyak negara Eropa. Saat itu semua pencapaian ini terangkum dalam survei indeks pembangunan manusia pada tahun 2011 yang dilakukan oleh PBB yang menyebut bahwa Libya merupakan negara dengan perkembangan yang paling progresif.
Libya merubah dari negara termiskin di Afrika menjadi negara termakmur di Afrika pada tahun 2011 di bawah kekuasaan Muammar Khadafi. Kendati demikian Kadafi dengan segala prestasinya ternyata tidak disukai oleh para pemimpin barat termasuk aliansi Nato yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan negara sekutu NATO lainnya. Demikian ini karena Kadafi seringkali mengkritik kebijakan barat dan dia juga mendukung gerakan-gerakan anti Barat di seluruh dunia. Misalnya Kadafi mendukung gerakan kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel.
BACA JUGA:Glamping Seru di Ranca Upas Bandung Bertemu Rusa dan Alam
Dia seringkali mengkritik kebijakan Israel dan menyerukan pembentukan negara Palestina yang merdeka. Dia juga menjadi salah satu pendukung utama organisasi pembebasan Palestina dengan menyediakan bantuan keuangan dan militer. Disamping itu Kadafi tidak bersedia untuk menggunakan dolar sebagai mata uang di Libya. Dia berpandangan bahwa penggunaan dollar oleh Libya membuat negaranya rentan terhadap intervensi dan kontrol dari Amerika Serikat. Pada tahun 1971 Kadafi memperkenalkan Dinar Libya sebagai mata uang resmi negaranya, Kadafi juga mendirikan bank sentral Libya yang bertanggung jawab untuk mencetak serta mendistribusikan Dinar serta mendorong negara-negara lain di Afrika untuk menggunakan mata uang mereka sendiri.
Muammar Khadafi dengan semua sikap dan tindakan anti baratnya yang konsisten membuatnya mendapat julukan dan framing negatif dari dunia barat. Dia dijuluki sebagai singa gurun karena dominasinya dalam politik Libya. Kadafi juga dijuluki sebagai pemimpin diktator kejam yang memerintah dengan tangan besi. Posisinya yang sangat anti barat juga menyebabkan dirinya dicap sebagai seorang teroris fenomena Arab spring pada tahun 2010 yang berawal dari Tunisia hingga merembet ke Libya menjadi awal kejatuhan Kadafi.
BACA JUGA:Desa Wisata Wae Rebo Rumah Adat di Atas Awan Flores
Beberapa kelompok negara barat termasuk NATO memberikan bantuan ekonomi dan militer kepada kelompok pemberontak Libya untuk menjatuhkan Kadafi. Maret dan Oktober 2011 adalah saksi bisu terkait pemboman yang dilakukan oleh NATO dan kelompok pemberontak untuk menjatuhkan Kadafi yang membuatnya terbunuh pada tahun 2012.
Selanjutnya negara NATO dan sekutunya pun berebut minyak yang dihasilkan oleh Libya dan hingga saat ini konflik di Libya Belumlah selesai.
Kehidupan rakyat Libya sangat jauh lebih buruk dibandingkan saat Khadafi memimpin mereka. Konflik berkepanjangan, ketidakstabilan politik, ekonomi yang lemah dan ketidakpastian keamanan telah menyebabkan Libya terjerumus dalam krisis yang mendalam. Pada tahun 2023 Libya masih terpecah menjadi dua pemerintahan yang saling bertikai, yaitu pemerintahan persatuan nasional yang berpusat di tripoli dan dewan perwakilan rakyat yang berpusat di Top Bro.