8 Negara Penerima Bantuan Militer dan Senjata dari AS

8 Negara Penerima Bantuan Militer dan Senjata dari AS.--Sceenshot

koranrm.id - Amerika Serikat (AS) terus memperkuat aliansi strategis, dan menahan pengaruh negara-negara saingan seperti Rusia dan China. AS terus  mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan stabilitas global. Amerika Serikat telah lama dikenal sebagai negara donor terbesar di dunia dalam hal bantuan luar negeri bagi negara penerima bantuan.

Dimana tujuan utama pemberian bantuan itu tidak hanya bersifat kemanusiaan, tetapi juga erat kaitannya dengan kebijakan luar negeri dan kepentingan geopolitik Amerika. Melalui berbagai bentuk bantuan mulai dari ekonomi, militer, hingga bantuan senjata. Bahkan beberapa negara menjadi penerima utama bantuan luar negeri dari AS. Dihimpun dari beberapa sumber ada 8 negara yang berkonflik penerima bantuan terbesar dari Amerika Sekitar yaitu.

Pertama Israel, negara ini merupakan salah satu penerima bantuan terbesar dari Amerika Serikat, dengan jumlah mencapai sekitar USD3,3 miliar per tahun, sebagian besar dalam bentuk bantuan militer.

Bantuan ini merupakan wujud dari hubungan historis dan strategis antara kedua negara. Amerika memandang Israel sebagai sekutu terpentingnya di Timur Tengah, terutama dalam menjaga keseimbangan kekuatan melawan negara-negara Arab yang cenderung berseberangan dengan kepentingan AS.

BACA JUGA:Jual Produk Rumah Tangga Impor Secara Online dengan Mudah, Strategi Sukses di Era Digital

Selain itu, dukungan politik dalam negeri Amerika terhadap Israel sangat kuat, terutama dari kelompok lobi pro-Israel yang berpengaruh di Kongres. Bantuan ini memungkinkan Israel mengembangkan dan mempertahankan keunggulan militernya di kawasan, sekaligus memperkuat industri pertahanan Amerika karena sebagian besar dana digunakan untuk membeli perlengkapan militer.

Kedua Ukraina, negara ini tengah konflik dengan Rusia. Sehingga negara ini juga  menjadi penerima bantuan luar negeri yang melonjak tajam sejak invasi Rusia pada Februari 2022.

Amerika Serikat telah mengalokasikan lebih dari USD75 miliar untuk membantu Ukraina dalam berbagai bentuk, mulai dari militer, kemanusiaan, dukungan ekonomi dan pembangunan institusi. Tujuan utama bantuan ini adalah untuk menahan ekspansi Rusia, menjaga kedaulatan Ukraina, serta mempertahankan stabilitas dan nilai-nilai demokrasi di Eropa Timur.

Selain itu, bantuan kepada Ukraina menjadi sinyal kuat bagi NATO dan negara sekutu bahwa Amerika tetap berkomitmen terhadap keamanan kawasan. Meski demikian, kebijakan ini juga memicu perdebatan di dalam negeri Amerika mengenai prioritas pengeluaran negara. 

BACA JUGA:Gelar Syukuran, Poktan Talang Sari Minta Pengawasan Pupuk Bersubsidi Diperketat

Ketiga, Afghanistan. Sebelum penarikan pasukan Amerika pada tahun 2021 lalu, Afganistan juga jadi. penerima bantuan luar negeri terbesar dari Amerika serikat. Selama dua dekade pendudukan militer AS sejak 2001, Amerika menggelontorkan lebih dari USD145 miliar dalam bentuk bantuan pembangunan kembali.

Dana ini digunakan untuk bangun infrastruktur, sistem pendidikan, layanan kesehatan, dan memperkuat pasukan keamanan Afghanistan. Salah satu tujuan utama dari bantuan ini adalah menciptakan negara demokratis yang stabil dan mencegah tumbuhnya kembali kelompok ekstremis seperti Taliban dan Al-Qaeda.

Namun, efektivitas bantuan ini banyak dikritik karena tingginya tingkat korupsi dan kegagalan membangun institusi yang kuat. Ketika Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021, banyak pihak menilai proyek rekonstruksi tersebut sebagai kegagalan besar dalam sejarah kebijakan luar negeri AS. 

Selanjutnya, Mesir. Negara ini termasuk  penerima bantuan utama dari Amerika serikat, dengan rata-rata sekitar USD1,3 miliar per tahun. Sebagian besar bantuan ini bersifat militer dan merupakan bagian dari perjanjian damai antara Mesir dan Israel yang difasilitasi Amerika Serikat pada 1979. Amerika berkepentingan menjaga stabilitas politik Mesir karena negara ini memiliki peran penting di Timur Tengah serta menguasai Terusan Suez, jalur perdagangan vital dunia. Bantuan ini memungkinkan Mesir mempertahankan kekuatan militernya dan menjadi mitra penting AS dalam memerangi ekstremisme dan menjaga perdamaian regional. Namun demikian, bantuan ini juga menuai kritik karena dianggap memperkuat pemerintahan otoriter yang menekan kebebasan sipil.

BACA JUGA:Tirta Mulya dan Agung Jaya, Desa Penutup Monev Tahap I di Kecamatan Air Manjuto

Kemudian Yordania, menerima sekitar USD1,2 miliar per tahun dari Amerika serikat. Sehingga menjadikannya salah satu penerima terbesar di kawasan. Amerika Serikat melihat Yordania sebagai sekutu penting yang relatif stabil di tengah gejolak Timur Tengah.

Selain itu, Yordania telah menampung jutaan pengungsi dari Suriah, Irak, dan Palestina, sehingga bantuan ini juga bertujuan untuk membantu pengelolaan krisis kemanusiaan. Bantuan tersebut juga membantu menjaga stabilitas ekonomi dan sosial Yordania, serta memperkuat kapasitas militernya. Keberlanjutan bantuan ini mencerminkan pentingnya Yordania sebagai mitra dalam strategi regional Amerika. 

Kemudian Pakistan, juga menjadi negara penerima bantuan signifikan, terutama pasca serangan 11 September 2001. Amerika telah menyalurkan lebih dari USD33 miliar kepada Pakistan sejak tahun 2001, sebagian besar dalam bentuk bantuan militer untuk mendukung operasi anti-terorisme. Amerika memandang Pakistan sebagai sekutu penting dalam memerangi kelompok ekstremis di kawasan, khususnya di wilayah perbatasan dengan Afghanistan.

Meskipun demikian, hubungan kedua negara ini kerap diwarnai ketegangan karena tudingan Pakistan bermain dua kaki, yakni menerima bantuan dari AS sembari memberi ruang bagi Taliban. Di sisi lain, bantuan ekonomi yang diberikan juga digunakan untuk membangun infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan, meskipun banyak laporan yang menyebutkan tingginya tingkat korupsi sebagai hambatan utama.

BACA JUGA:Neuro-Commerce: Bisnis Digital yang Membaca Emosi dan Otak Pelanggan

Kemudian yang ketujuh, Ethiopia. Juga salah satu negara terbesar di Afrika, menerima bantuan luar negeri dari Amerika dalam jumlah yang cukup signifikan, mencapai hampir USD1 miliar per tahun. Bantuan ini terutama digunakan untuk menangani krisis kemanusiaan, seperti kekeringan, kelaparan, serta penanganan kesehatan masyarakat termasuk program HIV/AIDS.

Amerika berkepentingan jaga stabilitas Ethiopia karena posisinya yang strategis di kawasan Tanduk Afrika, yang kerap menjadi medan konflik dan migrasi. Bantuan ini juga merupakan bagian dari upaya AS untuk menyaingi pengaruh China yang semakin kuat di Afrika melalui investasi dan pinjaman infrastruktur.

Dan negara yang terakhir yaitu Kenya. Negara ini juga menerima bantuan dalam jumlah besar, meskipun tidak sebesar negara-negara yang telah disebutkan di atas. Amerika Serikat memberikan bantuan kepada negara-negara ini untuk berbagai tujuan, termasuk pembangunan infrastruktur, peningkatan sistem kesehatan, dukungan pemilu, serta penanganan krisis akibat bencana alam atau konflik.

Misalnya, di Haiti, bantuan AS sangat penting dalam penanganan pasca-gempa bumi dan epidemi kolera. Sementara di Nigeria dan Kenya, fokus utama adalah pengendalian penyakit seperti HIV dan malaria, penanggulangan ekstremisme. 

BACA JUGA:Kelebihan dan Kekurangan Mobil Chevrolet Bekas, Panduan Pembeli Cerdas

Secara keseluruhan, kebijakan bantuan luar negeri Amerika Serikat secara tidak langusng juga mencerminkan perpaduan antara kepentingan kemanusiaan dan strategi geopolitik. Meski banyak dipuji karena memberikan dampak positif dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi. Tapi bantuan ini juga tidak lepas dari kritik. 

Meningkatnya persaingan global, terutama dari China dan Rusia, bantuan luar negeri Amerika Serikat kemungkinan besar akan tetap menjadi elemen kunci dalam diplomasi dan hubungan internasional mereka di masa depan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan