Perkembangan Film Indonesia dan Kembalinya Genre Horor yang Diminati

Perkembangan Film Indonesia dan Kembalinya Genre Horor yang Diminati--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Industri film Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, tak hanya dari segi jumlah produksi, tetapi juga dalam hal kualitas, keberagaman cerita, dan pencapaian komersial. Salah satu fenomena yang menonjol adalah kebangkitan kembali genre horor yang semakin diminati oleh masyarakat, khususnya generasi muda. Genre ini, yang sempat meredup pada awal 2000-an karena dominasi unsur sensual dan minim kualitas teknis, kini hadir dengan wajah baru yang lebih matang, kuat dalam alur, dan kaya akan eksplorasi budaya lokal.

BACA JUGA:Nostalgia Masa Kecil, Mengupas Pesona Film Kartun Jadul Era 90-an

BACA JUGA:Ayuk di Tonton! 5 Daftar Film Terbaru Indonesia Terlaris Sepanjang Masa

Kebangkitan film horor Indonesia dimulai sekitar tahun 2017 dengan suksesnya film Pengabdi Setan karya Joko Anwar. Film ini bukan hanya sukses secara komersial, tetapi juga berhasil mengembalikan kepercayaan penonton terhadap kualitas horor dalam negeri. Sejak itu, muncul deretan film horor lain yang menyusul dan memperkuat genre ini sebagai primadona layar lebar. Tahun 2022 hingga 2025 menjadi tonggak penting karena film horor tak lagi sekadar menakut-nakuti, melainkan mengangkat nilai-nilai lokal, sejarah, dan psikologi karakter dengan pendekatan sinematik yang lebih serius.

Yang membuat genre horor kembali digemari adalah kemampuannya dalam menyentuh akar budaya masyarakat Indonesia. Film seperti KKN di Desa Penari, Sewu Dino, hingga Primbon mampu meramu kisah mistis yang akrab di telinga masyarakat dengan nuansa sinematik modern. Kekuatan cerita yang bersumber dari mitos, urban legend, dan kepercayaan lokal menjadi daya tarik utama karena menawarkan rasa takut yang “dekat” dengan keseharian penonton Indonesia. Dalam budaya yang masih mempercayai dunia gaib, horor lokal terasa lebih autentik daripada horor impor yang sering kali hanya mengandalkan jumpscare.

Selain itu, teknologi perfilman yang semakin maju juga berperan besar. Kualitas sinematografi, tata suara, efek visual, dan desain produksi yang lebih matang membuat horor Indonesia kini bersaing di tingkat Asia. Tidak sedikit rumah produksi yang mulai berani mengalokasikan dana besar demi menghasilkan film horor dengan standar tinggi. Bahkan, beberapa di antaranya berhasil menembus festival film internasional dan pasar luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa film horor Indonesia tidak hanya digemari di dalam negeri, tetapi juga diapresiasi di kancah global.

BACA JUGA:Rahasia Simpan Buah Potong di Kulkas: 3 Cara Mudah Agar Tidak Cepat Kering

Salah satu faktor lain yang mendorong genre horor menjadi favorit kembali adalah kebiasaan konsumsi hiburan pascapandemi. Saat bioskop mulai dibuka kembali, masyarakat mencari pengalaman menonton yang intens dan seru. Horor menjawab kebutuhan itu dengan sensasi ketegangan yang hanya bisa dirasakan maksimal di ruang gelap dan layar besar. Selain itu, platform streaming seperti Netflix dan Prime Video juga ikut mempopulerkan film horor Indonesia kepada audiens global, sehingga membuka peluang distribusi lebih luas.

Namun, keberhasilan genre ini tidak lepas dari keberanian para sineas muda dan penulis skenario yang tidak takut bereksperimen. Mereka menyuntikkan elemen baru ke dalam formula horor klasik—seperti menggabungkan horor dengan psikologi, drama keluarga, bahkan kritik sosial. Misalnya, film Perempuan Tanah Jahanam bukan hanya menyajikan cerita mistis, tetapi juga mengangkat isu ketimpangan kelas sosial. Hal inilah yang membuat horor Indonesia kini lebih dari sekadar hiburan, melainkan juga refleksi sosial dan budaya.

Tentu saja, tantangan tetap ada. Salah satu kekhawatiran adalah kecenderungan industri untuk mengejar tren tanpa memperhatikan kualitas. Banyaknya film horor yang diproduksi dalam waktu singkat demi mengejar momentum pasar bisa menurunkan standar kualitas apabila tidak dikendalikan dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi sineas untuk tetap menyeimbangkan antara nilai artistik dan komersial agar genre ini tidak kembali jatuh seperti dua dekade lalu.

BACA JUGA:Rekomendasi Film Bertemakan Dinosaurus, Cocok Untuk Anak

Ke depan, potensi genre horor Indonesia masih sangat besar. Dengan kekayaan budaya, mitos, dan cerita rakyat yang belum sepenuhnya digali, masih banyak ruang untuk eksplorasi. Jika terus diarahkan secara konsisten—dengan dukungan rumah produksi yang serius, penulis cerita yang kreatif, serta kru teknis yang solid—film horor Indonesia bisa menjadi kekuatan utama dalam peta perfilman Asia, bahkan dunia.

Kebangkitan genre horor bukan hanya fenomena sesaat, tetapi bagian dari perjalanan industri film nasional menuju kedewasaan. Ia merepresentasikan keberanian sineas Indonesia dalam menggali identitas budaya, memadukannya dengan teknologi modern, dan menyampaikannya dalam bahasa visual yang mampu memikat publik luas. Maka tidak berlebihan jika genre horor kini dianggap sebagai ujung tombak kebangkitan film Indonesia di era sinema digital.

BACA JUGA:wajib tonton, 7 Rekomendasi Film Terbaik yang Bagus di Tonton Bersama Keluaraga di Akhir tahun

Referensi:

• Kompas.com. (2024). “Film Horor Jadi Primadona Box Office Nasional.”

• Tirto.id. (2023). “Mengapa Film Horor Indonesia Kembali Diminati?”

• The Jakarta Post. (2022). “The Rise of Indonesian Horror and Its Global Appeal.”

• Tempo.co. (2023). “Menggali Cerita Rakyat dalam Film Horor Modern.”

• Katadata.co.id. (2025). “Pertumbuhan Film Horor Indonesia dan Dampaknya terhadap Industri Perfilman.”

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan