Jumlah Murid Baru SD Nyusut, Dicurigai Dampak Program KB
Murid baru di salah seatu sekolah darsar yang ada di Mukomuko.-Sahad-Radar Mukomuko
koranrm.id – Seperti diketahui, saat ini tahun ajaran baru 2025-2025 sudah dimulai. Para murid atau siswa baru sudah masuk ke sekolah masing-masing. Menariknya, sesuai hasil sidak dan laporan sekolah yang diterima oleh Dinas pendidikan dan kebudayaan Mukomuko, banyak sekolah SD negeri di Mukomuko mengalami penyusutan jumlah murid baru yang masuk.
Belum diketahui pasti penyebabnya, namun dicurigai program keluarga berencana (KB) yang dicanangkan pemerintah yang sukses dilaksanakan merupakan salah satu faktor penyebabnya. Ini cukup masuk akal, keluarga muda beberapa tahun belakangan ini banyak membatasi kelahiran lewat program KB.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mukomuko, Epi Mardiani, S.Pd ditemui mengatakan, proses penerimaan murid baru berjalan dengan cukup baik. Hasil Sidak yang mereka lakukan, semua sekolah sudah mulai beraktivitas seperti biasa dan murid-murid baru telah melakukan kegiatan selayaknya.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Segera Bagi-Bagi Beras untuk 12.301 Warga Penerima
"Semua guru hadir, murid juga sudah masuk. Intinya tidak ada kendala dengan penerimaan murid baru kita," katanya.
Namun ia tidak menapik, ada beberapa sekolah yang mengeluh karena jumlah muridnya hanya sedikit. Seperti SDN 7 Kota Mukomuko hanya ada 7 murid baru. Terkait hal ini pihak dinas sudah memanggil kepala sekolah SDN 3 yang berdekatan dengan SDN7. Keterangan dari pihak SDN 3, jumlah murid mereka sesuai dengan daya tampung sekolah.
Soal kabar banyak murid baru yang masuk zonasi SDN 7 Kota Mukomuko, tapi diterima di SDN 3 Mukomuko, kepala sekolah sudah menyampaikan kepada setiap wali murid yang mendaftar. Bahkan banyak calon murid baru yang mereka tolak, tapi malah memilih masuk SDIT atau swasta.
"Tidak ada sekolah yang memaksa menerima murid berlebih, semua dibatasi oleh daya tampung. Bukan SD7 Kota Mukomuko saja, di beberapa SD lain juga jumlah peserta didik barunya ada penurunan," papar Epi.
Ia juga mengatakan kondisi ini kemungkinan besarnya dipengaruhi oleh program KB pemerintah yang sukses. Selain itu sekarang banyak sekolah swasta, seperti SDIT yang juga kebagian murid. Bahkan beberapa sekolah swasta cukup diminati.
BACA JUGA:Pekerja PT. SAP Mogok Kerja, Inilah Tuntutannya
Ia juga menegaskan, walau sudah ditetapkan aturan zonasi dan terus disosialisasikan, namun soal menyekolah anak, orang tua punya pilihan sendiri. Ada sekolah di dekat rumahnya, tapi lebih memilih sekolah yang lebih jauh. Bahkan banyak yang masuk swasta, padahal biaya di sekolah swasta cukup tinggi.
"Kami sudah berusaha maksimal mensosialisasikan soal zonasi, tapi orang tua punya pilihan sendiri. Kalau tidak diterima di sekolah negeri yang mereka inginkan, malah lebih memilih swasta, padahal sekolah swasta biayanya mahal, di sekolah negeri gratis," tutupnya.