CBDC vs Crypto Persaingan Mata Uang Digital di Panggung Global

CBDC vs Crypto Persaingan Mata Uang Digital di Panggung Global--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Seiring pesatnya perkembangan teknologi finansial, dunia kini menghadapi babak baru dalam evolusi sistem moneter: persaingan antara Central Bank Digital Currency (CBDC) dan cryptocurrency. Keduanya sama-sama berbasis digital, namun berbeda secara fundamental dalam hal struktur, tujuan, dan filosofi. Satu dikendalikan penuh oleh otoritas moneter negara, sementara yang lain lahir dari semangat desentralisasi dan kebebasan individu. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, perubahan nilai mata uang fiat, dan meningkatnya adopsi digital, pertarungan antara CBDC dan crypto pun menjadi sorotan utama dalam peta geopolitik modern.
BACA JUGA:5 Hal Kritis yang Wajib Diperiksa Sebelum Memutar Kunci Kontak, Keselamatan di Jalan Raya
BACA JUGA:Jangan Asal Tuang! Panduan Lengkap Memilih Oli Mesin Motor yang Tepat
Cryptocurrency seperti Bitcoin dan Ethereum pertama kali diperkenalkan sebagai solusi terhadap kelemahan sistem keuangan konvensional—transparansi rendah, inflasi tinggi, dan ketergantungan pada institusi sentral. Dengan teknologi blockchain, crypto memungkinkan transfer nilai secara peer-to-peer tanpa perantara, serta dengan keamanan dan transparansi tinggi. Keberhasilan awal ini membangkitkan minat global, mendorong adopsi oleh investor ritel hingga institusi besar.
Namun, keberhasilan crypto juga menjadi “alarm” bagi bank sentral di seluruh dunia. Stabilitas moneter, kedaulatan mata uang, dan kontrol terhadap arus modal kini terancam oleh sistem alternatif yang tidak dikendalikan negara. Sebagai respons, muncul inisiatif CBDC—mata uang digital resmi yang dikeluarkan dan diawasi oleh bank sentral, namun dengan teknologi dan efisiensi setara atau bahkan melebihi crypto.
BACA JUGA:Liburan Keluarga Makin Asyik Memilih Minibus yang Pas untuk Si Buah Hati
Karakteristik Kunci: CBDC vs Cryptocurrency
Perbedaan mendasar antara CBDC dan crypto terletak pada struktur dan tujuan:
Aspek CBDC Cryptocurrency
Penerbit Bank sentral Entitas terdesentralisasi
Nilai Di-back oleh negara Nilai pasar terbuka
Regulasi Terpusat dan dikontrol Minim regulasi, otonom
Identitas Dikenali, KYC/AML Pseudonim atau anonim
BACA JUGA:Warga Bandar Jaya Segel Kantor Desa
Teknologi Bisa blockchain atau terpusat Blockchain publik/desentralisasi
Tujuan Stabilitas, inklusi keuangan Alternatif sistem keuangan
CBDC dirancang untuk memperkuat peran bank sentral dalam menjaga stabilitas moneter, meningkatkan efisiensi pembayaran domestik dan lintas negara, serta memperluas akses ke sistem keuangan. Sebaliknya, crypto justru mengedepankan independensi finansial, resistensi terhadap sensor, dan penghindaran terhadap otoritas pusat.
Lebih dari 130 negara kini tengah meneliti atau mengembangkan CBDC, menurut laporan Atlantic Council (2025). Beberapa negara yang sudah paling maju antara lain:
BACA JUGA:Inilah Kendala yang Dihadapi Penyuluh di Teras Terunjam Sukseskan Progam Tanam Jagung Sejuta Hektare
• Cina dengan e-CNY, telah digunakan dalam uji coba luas di lebih dari 20 kota besar.
• Bahama dengan Sand Dollar, CBDC resmi pertama di dunia yang telah diterapkan secara nasional.
• Swedia melalui proyek e-Krona, berfokus pada pengganti uang tunai.
• India dan Nigeria juga telah menjalankan proyek CBDC skala besar.
• Uni Eropa dan AS masih dalam tahap penelitian dan konsultasi publik yang intensif.
Motivasi negara mengembangkan CBDC cukup beragam, mulai dari mengimbangi dominasi stablecoin, memperluas inklusi keuangan, mengurangi biaya transaksi, hingga mencegah dolar AS mendominasi ekonomi digital global.
Komunitas crypto melihat CBDC sebagai bentuk antitesis terhadap cita-cita awal penciptaan mata uang digital. CBDC dikritik karena berpotensi meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas finansial individu, membatasi privasi, serta memperbesar kekuasaan pemerintah dalam mengontrol arus uang.
BACA JUGA:Sibak FC Boyong Piala Bergilir Bupati Cup IV
Namun demikian, sebagian pelaku crypto juga memandang positif perkembangan ini sebagai bentuk validasi bahwa masa depan uang memang bersifat digital. Selain itu, CBDC juga dapat membuka jalan bagi kolaborasi antara sistem keuangan konvensional dan terdesentralisasi, seperti integrasi dengan stablecoin dan DeFi (Decentralized Finance).
Pertarungan antara CBDC dan crypto bukan hanya masalah teknologi, tetapi juga isu politik, ekonomi, dan kedaulatan global. Negara-negara besar seperti Tiongkok mencoba menggunakan CBDC sebagai alat geopolitik untuk mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional. Sementara AS dan Uni Eropa masih memperdebatkan keseimbangan antara inovasi digital dan perlindungan hak warga negara.
Di sisi lain, adopsi crypto yang terus meningkat di negara-negara berkembang justru mengindikasikan ketidakpercayaan terhadap sistem perbankan lokal dan inflasi mata uang nasional. Misalnya, di Argentina dan Venezuela, crypto digunakan sebagai alat lindung nilai. Bahkan El Salvador sudah menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi.
Persaingan ini juga berdampak pada infrastruktur global: sistem pembayaran lintas batas, seperti SWIFT dan Visa, kini ditantang oleh proyek berbasis blockchain yang jauh lebih murah dan cepat. Proyek seperti Ripple, Stellar, dan bahkan inisiatif BRICS untuk menciptakan mata uang digital bersama menjadi sorotan.
CBDC dan crypto kemungkinan tidak akan saling menggantikan, melainkan berdampingan secara kompetitif dan komplementer. Negara dengan sistem keuangan yang kuat akan menggunakan CBDC untuk memperkuat kontrol ekonomi dan mempercepat efisiensi digital. Sementara crypto tetap menjadi pilihan di wilayah yang tidak stabil secara moneter, atau bagi individu yang ingin perlindungan privasi.
Selain itu, muncul juga tren integrasi seperti:
• Stablecoin yang diatur: seperti USDC dan PYUSD, yang menjembatani dunia crypto dan sistem keuangan tradisional.
• CBDC dengan smart contract: memungkinkan program subsidi otomatis, sistem pajak real-time, dan distribusi bantuan sosial secara digital.
• Interoperabilitas cross-chain: CBDC masa depan dirancang untuk kompatibel dengan ekosistem blockchain publik.
Risiko dan Tantangan yang Harus Diwaspadai
Meski menjanjikan, baik CBDC maupun crypto mengandung risiko serius:
• CBDC: Risiko privasi pengguna, penyalahgunaan data, dan sentralisasi berlebihan dapat memicu keprihatinan etika. Ada pula kekhawatiran bahwa bank sentral bisa mengambil peran perbankan komersial, mengubah struktur ekonomi secara radikal.
• Crypto: Risiko volatilitas, pencucian uang, dan penipuan masih menjadi hambatan adopsi luas. Belum lagi tantangan regulasi antarnegara yang sangat beragam.
Pemerintah, pelaku industri, dan komunitas pengguna perlu menciptakan kerangka kerja bersama yang seimbang, antara inovasi, hak individu, dan stabilitas ekonomi.
Persaingan antara CBDC dan cryptocurrency bukan hanya tentang siapa yang akan menang, tetapi tentang bagaimana keduanya membentuk masa depan sistem keuangan global. CBDC menghadirkan efisiensi, kecepatan, dan legitimasi dari negara. Sementara crypto membawa semangat kebebasan, privasi, dan desentralisasi. Dunia saat ini berada dalam titik transisi penting, di mana pilihan kebijakan, desain teknologi, dan kepercayaan publik akan menentukan arah evolusi uang digital.
Yang pasti, sistem moneter global tidak akan lagi sama. Mata uang digital—baik dari negara maupun komunitas desentralisasi—akan menjadi pilar utama ekonomi digital modern, membentuk ulang bagaimana kita menyimpan, mengirim, dan mengendalikan nilai.
________________________________________
Referensi
1. Atlantic Council (2025). CBDC Tracker: Central Bank Digital Currency Adoption Worldwide.
2. Bank for International Settlements (2024). CBDC: The Future of Money and Payments.
3. Nakamoto, S. (2008). Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System.
4. European Central Bank (2023). Digital Euro: Policy and Technical Considerations.
5. World Economic Forum (2024). Crypto and Global Financial Stability.
6. Chainalysis (2024). Global Crypto Adoption Index.
7. IMF (2024). The Rise of Digital Money and Its Policy Implications.
8. CoinDesk Research (2025). CBDC vs Crypto: Conflict, Coexistence, or Convergence?