Tenang Itu Pilihan Cara Tetap Waras di Tengah Dunia yang Riuh

Tenang Itu Pilihan Cara Tetap Waras di Tengah Dunia yang Riuh .--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Dalam dunia yang terus bergerak cepat, di mana segala hal berlomba menjadi lebih cepat, lebih besar, lebih mencolok, ketenangan sering kali terasa seperti kemewahan yang sulit dijangkau. Setiap hari kita dibombardir oleh notifikasi yang tak ada habisnya, berita yang datang bertubi-tubi, ekspektasi dari orang lain, dan tekanan dari dalam diri sendiri. Kehidupan modern menuntut kita untuk terus terhubung, produktif, dan kompetitif, hingga kita lupa untuk berhenti sejenak, menarik napas panjang, dan bertanya: apakah aku benar-benar hadir di detik ini? Di sinilah kita perlu menyadari bahwa tenang bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba. Tenang adalah keputusan sadar. Tenang adalah pilihan.

BACA JUGA:Ucapkan Selamat Tinggal pada Rasa Takut, Mengatasi Rasa Takut Bertemu Orang Lain

BACA JUGA:Lili, Keanggunan dan Simbolisme dalam Satu Bunga

Siapa pun bisa memilih untuk tenang, tak peduli seberapa riuh dunia di sekitarnya. Tenang bukan berarti diam tanpa aksi, bukan pula melarikan diri dari tanggung jawab. Justru, tenang adalah bentuk kedewasaan dalam menghadapi kekacauan. Saat semua orang tergesa-gesa merespons situasi, orang yang tenang akan memilih untuk berpikir, merenung, dan mengambil langkah dengan kepala dingin. Tenang tidak menjadikan seseorang lambat, melainkan bijak. Ia tahu kapan harus berbicara dan kapan lebih baik diam. Ia tidak mudah terpancing emosi atau terombang-ambing oleh opini publik. Di tengah hiruk-pikuk, orang yang memilih untuk tenang justru mampu menjaga arah, menjaga kewarasan, dan menjaga dirinya dari kelelahan emosional yang sia-sia.

Kapan terakhir kali kita merasa benar-benar tenang? Mungkin jawabannya adalah: terlalu lama. Ketika terlalu banyak pikiran berseliweran, terlalu banyak target yang harus dicapai, kita kerap kehilangan koneksi dengan diri sendiri. Maka penting bagi kita untuk menciptakan ruang untuk ketenangan. Entah itu lima menit sebelum tidur untuk sekadar duduk diam, atau satu pagi dalam seminggu yang kita dedikasikan untuk berjalan tanpa ponsel, merenung, dan mengamati sekitar. Tenang tidak datang dengan sendirinya, ia harus diundang. Kita perlu memberi ruang bagi pikiran untuk beristirahat, bagi tubuh untuk melepaskan tegang, dan bagi hati untuk merasa utuh kembali. Kita perlu menyadari bahwa menjadi sibuk terus-menerus bukanlah tanda keberhasilan, tapi bisa jadi tanda bahwa kita sedang kehilangan arah.

BACA JUGA:Takbir Keliling Forkopimcam Sungai Rumbai Cukup Meriah

Bagaimana cara menjaga ketenangan di tengah dunia yang terus menuntut? Pertama, kenali batas. Tidak semua hal harus kita tanggapi. Tidak semua kabar harus kita konsumsi. Kurangi paparan terhadap hal-hal yang membuat kita cemas dan marah, seperti berita negatif yang tak kunjung selesai atau perdebatan panjang di media sosial. Kedua, hadir secara penuh. Saat kita makan, benar-benar makan. Saat berbicara, benar-benar mendengarkan. Mindfulness atau kesadaran penuh adalah kunci untuk merasakan ketenangan dalam aktivitas sehari-hari. Ketiga, rawat diri. Tidur yang cukup, minum air, olahraga ringan, dan meluangkan waktu untuk hal yang disukai adalah cara sederhana yang berdampak besar bagi stabilitas emosi. Keempat, jaga pikiran dengan journaling atau menulis refleksi harian. Dengan menuangkan isi hati ke atas kertas, kita bisa memetakan emosi dan mengurai simpul yang kusut. Terakhir, berdoa atau bermeditasi. Memberi waktu untuk koneksi spiritual adalah penyejuk batin yang tak tergantikan.

Mengapa penting untuk tetap tenang? Karena dari ketenangan lahir ketegasan, dari ketenangan lahir keberanian untuk mengambil keputusan yang tepat. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah besar dengan hati yang resah dan pikiran yang berantakan. Dunia luar mungkin tidak bisa kita kontrol sepenuhnya, tapi dunia dalam—pikiran dan hati—adalah wilayah yang bisa kita jaga. Saat kita memilih untuk tenang, kita memberi diri sendiri kesempatan untuk bertumbuh dengan sadar, bukan terburu-buru. Kita juga memberi ruang bagi orang lain untuk merasakan ketenangan yang sama. Sebab, energi tenang itu menular. Bayangkan jika lebih banyak orang memilih untuk tenang, dunia akan menjadi tempat yang sedikit lebih damai, sedikit lebih sabar, dan jauh lebih manusiawi.

BACA JUGA:Pemdes di Kecamatan Air Manjuto Bisa Realisasikan DD Ketahanan Pangan Tahap I

Tenang memang tidak selalu mudah, tapi ia selalu mungkin. Dan setiap kali kita memilih untuk tenang, kita sedang melindungi sesuatu yang berharga: kewarasan kita, relasi yang sehat, dan hidup yang lebih seimbang. Maka di tengah segala riuh dan bising kehidupan, tenanglah. Tidak perlu tergesa, tidak perlu selalu sempurna. Cukup menjadi versi dirimu yang sadar, lembut, dan tetap melangkah meski pelan. Sebab tenang bukan soal suara yang diredam, tapi tentang hati yang damai dan kepala yang tetap jernih.

Referensi:

• Brown, B. (2012). Daring Greatly: How the Courage to Be Vulnerable Transforms the Way We Live, Love, Parent, and Lead. Gotham Books.

• Kabat-Zinn, J. (2005). Wherever You Go, There You Are: Mindfulness Meditation in Everyday Life. Hyperion.

• Sinek, S. (2009). Start with Why: How Great Leaders Inspire Everyone to Take Action. Portfolio.

• Psychology Today. (2022). The Science Behind Calmness and Mental Clarity. www.psychologytoday.com

• Headspace. (2023). Mindfulness for Stress: The Power of Being Present. www.headspace.com

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan