Tari Piring: Keseimbangan dan Keindahan dalam Setiap Ayunan Piring

Tari Piring: Keseimbangan dan Keindahan dalam Setiap Ayunan Piring--screenshot dari web.

KORANRM - Tari Piring adalah salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal dan berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia. Tarian ini tidak hanya memukau dari segi gerakan, tetapi juga kaya akan makna filosofis dan sejarah yang mendalam. Berikut adalah artikel lengkap mengenai Tari Piring.

Sejarah dan Asal Usul

Tari Piring diperkirakan telah ada sejak abad ke-12. Awalnya, tarian ini merupakan ritual ucapan syukur kepada dewi padi atas hasil panen yang melimpah. Ritual ini dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang diletakkan di atas piring, kemudian diantarkan ke tempat pemujaan sambil menari-nari.

Seiring berjalannya waktu, Tari Piring mengalami transformasi dari ritual menjadi pertunjukan seni yang lebih bersifat hiburan. Meskipun demikian, esensi ucapan syukur dan penghormatan terhadap alam tetap melekat dalam setiap gerakan dan simbol yang ditampilkan.

Gerakan dan Musik

Gerakan dalam Tari Piring sangat khas dan membutuhkan keterampilan serta keseimbangan yang tinggi. Penari membawa piring di kedua telapak tangan mereka, dan dengan lincah mengayunkan piring tersebut tanpa menjatuhkannya. Beberapa gerakan yang sering ditampilkan antara lain:

• Mengayunkan Piring: Gerakan dasar yang dilakukan dengan mengayunkan piring secaraHorizontal dan vertikal.

• Melempar dan Menangkap Piring: Gerakan yang lebih ekstrem, di mana penari melempar piring ke udara dan menangkapnya kembali dengan telapak tangan.

• Menari di Atas Pecahan Kaca: Pada beberapa pertunjukan, penari bahkan menari di atas pecahan kaca tanpa terluka, menunjukkan keahlian dan konsentrasi yang luar biasa.

Musik pengiring Tari Piring biasanya terdiri dari alat musik tradisional Minangkabau seperti talempong, gandang, dan pupuik batang padi. Irama musik yang cepat dan dinamis menambah semangat dan kegembiraan dalam setiap penampilan.

BACA JUGA:Rumah Tradisional Suku Batak: Simbol Identitas dan Kearifan Lokal

Kostum dan Properti

Kostum yang digunakan dalam Tari Piring biasanya adalah pakaian adat Minangkabau yang berwarna cerah dan mencolok. Penari wanita biasanya mengenakan baju kurung, songket, dan selendang, serta hiasan kepala yang disebut tikuluak. Penari pria mengenakan baju lengan panjang, celana panjang, sarung, dan destar (ikat kepala).

Properti utama dalam tarian ini tentu saja adalah piring. Piring yang digunakan biasanya terbuat dari keramik atau porselen dengan motif khas Minangkabau. Selain piring, kadang-kadang juga digunakan lilin yang diletakkan di atas piring untuk menambah kesan dramatis.

Makna Filosofis

Tari Piring bukan hanya sekadar tarian, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam. Beberapa makna tersebut antara lain:

• Ucapan Syukur: Sebagai ungkapan terima kasih atas berkah dan rezeki yang diberikan oleh Tuhan.

• Keseimbangan: Menyimbolkan keseimbangan dalam hidup, baik secara fisik maupun spiritual.

• Ketelitian: Mengajarkan pentingnya ketelitian dan konsentrasi dalam melakukan sesuatu.

• Keberanian: Menunjukkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan kesulitan.

Perkembangan dan Pelestarian

Tari Piring terus dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat Minangkabau. Saat ini, tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara adat, festival budaya, dan pertunjukan seni baik di dalam maupun di luar negeri. Upaya pelestarian juga dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan tari di berbagai sanggar seni dan sekolah.

Dengan keindahan gerakan, musik yang memukau, dan makna filosofis yang mendalam, Tari Piring tetap menjadi salah satu ikon budaya Indonesia yang sangat berharga. Melalui tarian ini, kita dapat belajar tentang sejarah, nilai-nilai, dan kearifan lokal masyarakat Minangkabau.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan