Petani Milenial Lebih Tertarik Tanam Padi Semi Organik

Petani Milenial Lebih Tertarik Tanam Padi Semi Organik--screnshoot dari web
KORANRM.ID – Pribahasa Jawa mengatakan "Atose watek ngalahno atose watu." Yang artinya kurang lebih, kerasnya hati mengalahkan kerasnya batu. Arti lebih luas, hati yang keras sulit dirubah dan sulit dihadapi serta dinasehati.
Hal itulah sepertinya yang dipelajari dan dipahami oleh Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tani Tama, Desa Karang Jaya, Kecamatan Teras Terunjam, Edri Yansen, dalam memperkenalkan racikan organik.
BACA JUGA:Bertahun-tahun Lamanya Petani Sawah di Lubuk Sanai Tiga Kesulitan Air
BACA JUGA:Musuh Terbesar Petani? Basmi Rumput Liar di Perkebunan dengan Cara Ampuh Ini!
Yansen lebih cenderung mengenalkan organik kepada petani muda atau petani milenial. Dimana mereka lebih terbuka menerima hal baru dan perkembangan teknologi. Dan hasilnya, petani mudah di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Lubuk Pinang, mulai tertarik dan mengembangkan padi semi organik.
‘’Saya tinggal di Teras Terunjam dan tidak ada sawah. Untuk mengenalkan formula organik serta manfaatnya terhadap tanaman padi, saya bekerja sama dengan BPP Lubuk Pinang. Dan sudah banyak petani di wilayah ini yang mengenal dan menggunakan organik untuk tanaman padi,’’ ujar Yansen.
BACA JUGA:Petani Usulkan Pengeringan Irigasi DI Manjuto Ditinjau Kembali
Terbaru petani muda yang menanam padi semi organik adalah Ajis, warga Sumber Makmur. Padi semi organik yang ditanam oleh anggota Kelompok Tani (Poktan) Karya Tani Muda (KTM) tersebut menunjukkan proses yang menggembirakan.
Sebelumnya dari lahan seluas 13 patok, sekitar 0,3 Hektare (Ha) mendapat hasil 24 karung. Panen terbaru, Kamis 13 Februari, dari lahan yang sama, didapat padi 30 karung dan satu karung beratnya 80 kilogram. Jika dikonfersi ton per hektare, ditemukan angka 7,2.
"Kami tidak memberi teori, tapi fakta di lapangan. Dengan cara tanam yang sama, hasilnya meningkat. Itulah cara kerja organik," jelas Ketua Poktan Tani Tama, Edry Yansen, selaku Penyuluh swadaya.
Yansen mengatakan, tanam padi semi organik seperti ini dianggap menguntungkan petani. Selain biaya lebih hemat, produk yang dihasilkan lebih rendah residu atau kandungan zat kimia.
BACA JUGA:Inovasi Pertanian Vertikal Masa Depan Ketahanan Pangan di Kota Besar
Dijelaskan Yansen, untuk dasaran atau pupuk menggunakan pupuk kimia 50 persen dari kebutuhan, ditambah Bahan Organik (BO) dan menggunakan F1 Embio. Sedangkan perawatan atas sepenuhnya menggunakan agen hayati atau organik.
"Agen hayati sudah terbukti mampu mengantisipasi serangan hama dan penyakit," jelas Yansen.
Masih Yansen, selain Ajis, sudah banyak anggota Poktan KTM yang menanam padi semi organik. Bukan hanya itu, petani sekitar yang melihat hasil ini, mulai tertarik untuk mencoba tanam padi semi organik.