Kadis Ungkap Penyebab Belum Banyaknya Petani Tanam Organik
-Padi Organik.-ISTIMEWA
KORAN DIGITAL RM - Petani Mukomuko sudah lama mengenal tanaman organik. Tapi baru sebatas tahu. Banyak pupuk organik. Tapi harganya mahal, karena pupuk organik yang ada merupakan pabrikkan.
Hal tersebut menjadi salah satu penyebab, petani lebih memilih pupuk kimia. Penyebab lain petani lebih memilih pupuk kimia, karena disubsidi oleh pemerintah. Pupuk kimia non subsidi juga mudah didapat di toko pertanian.
Saat ini, di Kabupaten Mukomuko, sudah ada formula organik. Mulai dari pupuk, insektisida hayati, pestisida nabati, hingga fungisida. Harganya sangat terjangkau. Hanya Rp50 ribu per liter. Bahkan untuk petani Demontration Plot (Demplot) beberapa formula bisa didapat secara cuma-cuma. Bahkan bisa dibuat sendiri.
Namun demikian, masih banyak petani yang belum tertarik bercocok tanam organik.
BACA JUGA:5 Pokdakan Bakal Menerima Bantuan Sarpras dari Dinas Kelautan
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kabupaten Mukomuko, Elxandy Ultria Dharma, S.TP, M.Ec, Dev alias Etang, mengungkapkan penyebabnya.
"Pertama kali tanam secara organik, hasilnya (padi, red) pasti turun, dibandingkan tanam kimia. Ini yang membuat petani takut untuk memulai," jelas Etang saat ditemui di ruang kerjanya, Senin 29 Januari 2024.
Dikatakan Etang, belakangan ini penggunaan pupuk kimia mulai dibatasi. Bahkan kuotanya terus berkurang. Pengguna pupuk subsidi juga mulai diperketat. Dan harganyapun terus mengalami kenaikan. Hal ini menjadi sinyal yang perlukan disikapi secara serius.
"Produksi pupuk di Indonesia, sepertinya ikut terdampak perang Rusia-Ukrania. Petani kita harus waspada, jangan terus bergabung pada pupuk sintesis. Perlu segera beralih menggunakan pupuk organik" tambah Etang.
BACA JUGA:Mantan Perangkat Desa, Siap Berjuang untuk Kemajuan Daerah
Dikatakan Etang, penggunaan produksi karena menggunakan pupuk organik, hanya terjadi pada tanam pertama. Dan perlu diingat, bahwa meskipun produksi menurun, biayanya juga menurun. Pada tanam kedua, ketiga dan seterusnya, produksi akan kembali meningkat, terus meningkat. Sedangkan biaya terus menurun.
"Dengan tanam sistem organik, semakin lama, pupuk yang digunakan semakin sedikit. Hasil terus meningkat, biaya turun," ungkap Etang.
Terpisah, pelopor tanam organik Kabupaten Mukomuko, Edry Yansen, mengungkapkan tanam organik ini, saat sekarang belum 100 persen bebas kimia. Pasalnya zat kimia yang selama ini digunakan oleh petani, baik melalui pupuk, pestisida, herbisida maupun fungisida, masih ada yang tertinggal di tanah. Bahkan air yang digunakan, juga terdapat zat kimia. Dengan tanam sistem organik, akan mengurangi residu pada bahan makanan.
BACA JUGA:BWS Tinjau Irigasi Tersier Jebol di Desa Resno
"Belum full organik, tapi tingkat residunya sangat kecil. Dan sangat aman untuk dikonsumsi," demikian Yansen.*