radarmukomukobacakoran.com - Harga karet di tingkat petani terus meningkat hingga tembus Rp 10.000 per kilogram. Harga itu jauh lebih baik dibandingkan akhir tahun lalu yang masih di kisaran Rp 6.000 per kilogram. Pasokan karet dunia yang menurun mengangkat harga karet cukup signifikan dalam dua bulan ini. Petani mulai menyadap kebun yang sudah lama terbengkalai.
Mulyono, warga Kecamatan Penarik, yang juga Kades Marga Mulya Sakti (MMS) mengatakan, sejak harga naik, ia kembali menyadap kembali pohon karet miliknya yang ada di Desa Suka Maju. ‘’Saya sudah dua kali jual. Lumayan harganya Rp10.000,- per kilogram,’’ ujar Mulyono saat ditemu di kantornya. Ia juga mengatakan, dirinya harus pandai membagi waktu dan bekerja lebih keras lagi. Nyadap pohon karet dimulai sekitar pukul 05.10 WIB sesudah salat subuh. Dari sekitar 400 batang yang ada, tidak seluruhnya disadap sekaligus, tapi dibagi dua. ‘’Kebun karet saya tingga setengah, karena sebagian sudah diganti sawit. Sisanya sempat nganggur tidak disadap karena harga murah. Sekarang harga naik, saya sadap lagi,’’ tambah Mulyono. BACA JUGA:Gagal Lolos Semifinal, Prestasi Terburuk STY Bersama Timnas Disampaikan Mulyono, selain dirinya, beberapa petani lain mulai menyadap lagi kebun karetnya yang sudah lama terbengkalai setelah kenaikan harga karet. Dalam sebulan terakhir, harganya meningkat pesat dari Rp 6.000 menjadi Rp 10.000 per kilogram (kg). Kenaikan harga karet itu menjadi angin segar bagi petani. Selama penurunan harga karet yang pernah menyentuh Rp 4.000 per kg, banyak kebun yang sudah dikonversi menjadi kebun sawit dan tanaman lain. Sebagian dibiarkan terbengkalai tidak disadap dan menunggu harga membaik. Bagi petani, harga karet yang menguntungkan paling tidak setara dengan harga 1 kg beras. Harga saat ini sudah mendekati dan membuat petani bergairah. Kini, mereka kembali menikmati hasil karetnya. Jika harga bagus seperti sekarang, lanjut Mulyono, hasil dari kebun karet hampir dua kali lipat dari sawit dengan luas lahan yang sama. BACA JUGA:Ini Jumlah KPM BLT-DD Desa Nenggalo TA 2025 ”Namun, gairah petani belum sampai menanam kembali tanaman karet karena masih melihat sampai berapa lama harga bisa bertahan. Ini sudah lebih satu bulan harganya bagus,” ungkap Mulyono.
Kategori :