Suku Nomaden Dari Bangladesh Yang Tidak Diakui, Tidak Punya Tanah Air

Sabtu 28 Sep 2024 - 17:21 WIB
Reporter : Deni Saputra
Editor : SAHAD

radarmukomukobacakoran.com-Salah satu suku yang menarik dibahas, dilansir dari channel youtube Doczon. Suku Bede adalah suku nomaden di Bangladesh tetapi mereka sangat berbeda dari suku nomaaden pada umumnya. Mereka mencari dari nafkah di sungai-sungai yang karenanya mereka dikenal dengan sebutan Gipsi air atau Gipsi Sungai.

Kehidupan suku Bede mirip dengan para Gipsi di Eropa, mereka bepergian dalam kelompok serta tidak pernah tinggal di satu tempat. Selama ratusan tahun mereka menjelajah ratusan sungai dengan menjadikan perahu sebagai rumah sekaligus kendaraan. Mereka membawa beberapa lembaran plasti, batang bambu, tikar, peralatan panci masak dan beberapa pakaian untuk dipakai. Yang semua itu menjadi aset penting bagi mereka. Umumnya suku bede bepergian dalam kelompok, selama 10 bulan dan berhenti pada hampir 90 Desa. 

BACA JUGA:Kurun 9 Bulan, Polres Mukomuko Ungkap 21 Kasus Narkoba

BACA JUGA:Realisasi Pembangunan Tahun Ketiga Era Sapuan – Wasri

BACA JUGA:Pemdes Lalang Luas Salurkan BLT-DD Triwulan Ke-3

Kemudian Sselama 2 bulan mereka beristirahat dan memanfaatkan waktu tersebut untuk pernikahan, serta beberapa fungsi sosial lainnya. Terdapat sekitar 1 juta orang bede di Bangladesh dan mereka menjadi kelompok yang terpinggirkan. Sekitar 98% suku bede hidup dibawah garis kemiskinan dan sekitar anak-anak suku bede tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengunjungi sekolah, karena mereka menjalani cara hidup mengembara. 

Bahkan suku bede juga tidak memiliki hak pilih, karena mereka tidak punya tanah dan dengan alasan yang sama suku BD juga tidak dapat mengajukan pinjaman bank atau mikro. Tahun 2008 hak suara mereka diakui pemerintah yang dengan demikian mereka dapat menyalurkan hak pilihnya.

Sebagian besar suku bede adalah perempuan dan mereka yang menanggung beban mencari nafkah untuk keluarganya. Sementara pria hanya tinggal di dalam rumah dan hidup dari penghasilan pasangannya, mayoritas suku bede hidup dari usaha yang terkait dengan ular, seperti menangkap ular, pertunjukan ular, melatih monyet atau bermain seruling. 

BACA JUGA:Putri KW Tumbang, 3 Wakil Merah Putih Melaju ke Semifinal

Mereka memiliki hubungan yang sangat erat dengan ular suku bede telah melihat bagaimana ayah dan kakek mereka menangkap ular lalu menggunakannya dalam pertunjukan kemudian merawatnya. Kendati demikian mereka tidak pernah membudidayakan ular karena semuanya ditangkap secara liar. Setiap kali seseorang dari mereka menangkap ular, hal pertama yang mereka lakukan adalah mematahkan tarinya, kemudian menyimpannya dalam kotak kayu. Suku bede juga menjual obat-obatan herbal yang mereka klaim memiliki daya magis, banyak penduduk desa yang percaya bahwa suku bede memiliki kekuatan magis mereka mengetahui tentang cara-cara kuno untuk mengusir roh jahat serta pengobatan tradisional. 

Dulunya para dokter tradisional dan penyembuh spiritual ini sangat dihormati dalam budaya Bangladesh, tetapi seiring waktu pamor mereka mulai pudar sekitar 60 tahun yang lalu seiring inovasi ilmu kedokteran orang-orang di Bangladesh tidak lagi mencari perawatan medis tradisional dari suku bede. Pada saat bersamaan akibat pencemaran terhadap sungai, suku bede terpaksa turun dari rumah perahu dan meninggalkan gaya hidup tradisional dengan membuat rumah permanen. Dulunya mereka mengunjungi satu tempat ke tempat lain melalui perahu rumah serta kendaraan. 

Tetapi saat ini, mereka harus berkunjung menggunakan bus karena sebagian besar sungai negara itu telah diblokir yang akhirnya mengakibatkan kesulitan bagi mereka untuk mengunjungi tempat pedalaman. Di negara ini terancam, padahal mereka adalah pewaris dan pembawa tradisi unik di negeri Bangladesh.

 

Kategori :