radarmukomuko.bacakoran.co - Kata “Kolintang” pada dasarnya berasal dari bunyi “tong” untuk nada rendah, ting untuk nada tinggi, dan tang untuk nada tengah. Dahulu masyarakat Minahasa sering mengajak orang bermain kolintang dengan mengucapkan “Ayo main tong-ting-tang” atau dalam dialek Minahasa “Maimo Kumolintang”. Dari kebiasaan pengucapan tersebut, lahirlah istilah “Kolintang” hingga saat ini. Alat musik kolintang yang asli hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjajar di atas kaki pemain yang duduk di tanah, dengan keduanya. kaki ditempatkan lurus ke depan. Namun terkadang penggunaan kaki pemain digantikan dengan dua buah batang pisang, sehingga Kolintang dapat berdiri dan bermain dalam posisi berdiri.
Peti resonansi mulai digunakan sejak Pangeran Diponegoro muncul. dan para pengikutnya diasingkan ke Minahasa pada tahun 1830, mereka membawa seperangkat gamelan. Body soundboard sendiri biasanya terbuat dari bahan kayu keras seperti jati atau mahoni. Seiring berjalannya waktu, Kolintang mulai menggunakan peti resonansi dalam proses pembuatannya. Saat itu, Kolintang hanya terdiri dari satu melodi dengan susunan nada diatonis yang berjarak dua oktaf. Selain itu, beberapa alat musik lain digunakan untuk mengiringi Kolintang, seperti gitar, ukulele, dan bass. Namun, pada tahun 1960, nadanya diperluas menjadi tiga setengah oktaf dengan nada yang tajam dan alami. dan tahi lalat. Nada dasar selalu dibatasi pada tiga nada (alami, 1 coklat tua dan 1 kruis). Selain itu, seiring berjalannya waktu, jangkauan nadanya bertambah lagi menjadi empat setengah oktaf dari F hingga C. Sebagai alat musik, Kolintang terus berkembang. Pada mulanya hanya berupa alat musik kolintang yang merdu. Namun berdasarkan catatan Beiby Sumanti dalam Kolintang Inspirasi Indonesia, Kolintang memiliki komposisi musik lengkap hingga sepuluh, yaitu melodi 1 (ina esa), melodi 2 (ina rua), melodi 3 (ina taweng), cello (cella), bass . (loway), tenor 1 (karua), tenor 2 (karua rua), alto 1 (uner), alto 2 (uner rua), ukulele atau alto 3 (katelu). Gerakan melodi Kolintang aktif seperti pendukung lagu khususnya lagu - lagu daerah minahasa. Biasanya lagunya menggunakan dua atau tiga orang penabuh drum. Jika satu pemain memainkan sebuah lagu, pemain lainnya memainkan kombinasi atau nada improvisasi. Untuk memainkan nada panjang, pemain Kolintang harus menggetarkan tongkatnya atau nada yang dimainkannya harus dipertahankan. Sampai saat ini perkembangan alat musik Kolintang masih terus berlanjut, baik dari segi kualitas alat musiknya, perluasan jangkauan nada maupun bentuk resonatornya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang musik Kolintang instrumen, kita perlu mengetahui bentuk instrumen tersebut. Alat musik kolintang dapat dikenali dari bentuknya yang unik, yaitu rangkaian bilah kayu yang disusun dalam rak dengan bilah yang mengecil. Panjang bilahnya dapat diatur sesuai dengan suara yang ingin dihasilkan. Pemusik Kolintang harus belajar memegang tongkat dengan baik dan akurat agar mampu menghasilkan nada-nada yang kuat dan merdu. Selain itu, ada hubungannya dengan cara menciptakan nada yang tepat. Oleh karena itu, pemain Kolintang terkadang harus menggunakan tiga nada (chord) dalam sebuah lagu. Untuk dapat membuat chord, mau tidak mau pemain Kolintang harus menggunakan tiga bar. Pada rak buluh kolintang terdiri dari dua baris buluh akustik kayu, dimana setiap nada pada rak atas dan bawah mempunyai ketinggian yang berbeda-beda. Semakin banyak suara yang digunakan, semakin luas pula rentang nada yang dapat dihasilkan musisi.*
Kategori :