Alasan lain diyakini mempengaruhi perubahan pola makan masyarakat Neapolitan yang tunduk pada pembatasan diet karena alasan agama. Saat itu, konsumsi daging dilarang oleh agama dan pasta kemudian dianggap sebagai pengganti daging yang ideal.
Sejak saat itu, pasta mulai dianggap sebagai produk makanan yang dikonsumsi masyarakat awam setiap hari. Ajaibnya, sajian ini pun terbukti mampu memuaskan selera Raja Ferdinand IV dari Napoli yang konon sangat menyukai pasta.
Pasta memang telah mengalami banyak perubahan sejak kemunculannya, terutama dari segi terminologi. Rasanya telah berubah secara signifikan dari waktu ke waktu.
Hidangan mie yang awalnya manis ini kini menjadi asin berkat penggantian gula dengan sayuran dalam resepnya. Kemudian, pada awal abad ke-19, tomat ditambahkan untuk membuat pasta menjadi makanan bergizi lengkap.
Sejarah pasta di Indonesia
Sejak diperkenalkannya pasta di Indonesia hingga saat ini, variasinya sangat banyak yang bisa ditemukan. Dari spageti, fetucini, hingga pasta. Nah, sejarah pasta di Indonesia diawali dengan masuknya budaya Tionghoa dan masa penjajahan Eropa di Tanah Air.
Menurut Fadly Rahman, seorang sejarawan masakan Indonesia, mie diperkenalkan oleh orang-orang. Tionghoa pada masa kekaisaran nusantara. Katanya mie disebutkan dalam prasasti Majapahit. Dalam prasasti tersebut terdapat referensi tentang penjual laksa atau mie yang dianggap Tionghoa.
Sementara itu, banyak bentuk pasta yang beredar di pasaran, seperti makaroni, mie spageti, fettucini, fusilli dan lain-lain. diperkenalkan oleh bangsa Eropa pada masa kolonial. Diperkirakan sejak tahun 1870an.
Penyebabnya karena impor bahan makanan seperti spaghetti dan pasta semakin banyak jumlahnya. Selain itu, menurut Fadly, resep makanan yang menggunakan bahan pasta di dalamnya mulai ditemukan di abad ke-19 sampai awal abad ke-20.