radarmukomuko@bacakoran.co - Bacang merupakan jajanan tradisional yang berasal dari Tiongkok. Kata “bakcang” sendiri berasal dari bahasa Hokkien, dialek yang banyak digunakan oleh masyarakat Tionghoa di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya Bagaimana hidangan ini muncul dan menjadi begitu penting? bagian dari budaya Tiongkok? Ceritanya cukup menarik lho! Menurut legenda, Beigang pertama kali muncul pada masa Dinasti Zhou, sebuah dinasti yang memerintah Tiongkok sekitar 3.000 tahun yang lalu. Saat itu, ada seorang mandarin bernama Khuat Nguyen yang sangat dicintai masyarakat. Namun karena fitnah dan intrik politik, ia kehilangan posisinya dan memilih mengakhiri hidupnya dengan terjun ke Sungai Miluo. Kemudian, para pelayat melemparkan Bacang ke sungai dengan harapan makhluk sungai tersebut akan memakan Bacang dan tidak mengganggu tubuh Qu Yuan.
Sejak saat itu, Bacang menjadi simbol perayaan Peh Cun atau Duanwu. , sebuah festival untuk memperingati jasa Qu Yuan. Jadi, setiap kali kita menikmati Bacang, sebenarnya kita sedang merayakan sejarah dan tradisi yang sangat kaya. Menariknya bukan? Mari kita lanjutkan perjalanan kita untuk mengetahui lebih banyak tentang Bacang!
Legenda Qu Yuan
Sekarang mari kita beralih ke cerita yang lebih dalam tentang legenda Qu Yuan, tokoh penting di balik tradisi Bacang. Qu Yuan adalah seorang pejabat dan penyair terkenal pada masa Dinasti Zhou. Dia dicintai oleh masyarakat karena kebijakannya yang adil dan bijaksana. Namun sayang, ia menjadi korban fitnah dan konspirasi politik yang menyebabkan ia kehilangan jabatan. Kejadian ini membuat Qu Yuan sangat sedih dan putus asa. Ia merasa segala usahanya untuk mengabdi pada rakyat dan negaranya sia-sia. Dalam keadaan sangat tertekan, Qu Yuan memutuskan untuk bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo.
Mendengar berita tragis ini, rakyatnya sangat sedih. Mereka mencoba mencari mayat Qu Yuan di sungai namun tidak berhasil. Untuk mencegah ikan dan makhluk sungai lainnya memakan tubuh Qu Yuan, mereka membuang Bacang ke sungai. Mereka berharap makhluk tersebut lebih memilih memakan daging Bacang daripada tubuh Qu Yuan. Tradisi membuang Bacang ke sungai merupakan bagian dari perayaan Peh Cun atau Duanwu yang diadakan setiap tahun untuk memperingati jasa Qu Yuan. Setiap kali kita menikmati Bacang, ada pesan tersirat bahwa kita mengingat pengorbanan dan dedikasi Khuc Nguyen terhadap rakyatnya. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya integritas, keberanian, dan pengorbanan dalam melayani masyarakat.
Sekarang kita sudah mengetahui asal usul dan legenda Northern food Port, mari kita beralih ke makna simbolis dari hidangan ini. Bacang tidak hanya sekedar hidangan tetapi juga penuh dengan simbolisme dan filosofi
Secara harfiah, Bacang berarti “penuh daging”. Namun nyatanya, Bacang memiliki banyak isian yang berbeda-beda, tidak hanya daging saja. Ada juga jenis Bacang dengan sayur (chaicang) atau tanpa sayur (kicang). Hal ini mencerminkan filosofi hidup bahwa setiap individu mempunyai isi dan kepribadian yang berbeda-beda dan semua itu patut diapresiasi dan dihormati.
Selain itu, keunikan bentuk Bacang yaitu Piramida segitiga juga mempunyai makna simbolis. . Keempat sudut Bei Cang melambangkan empat harapan baik dalam hidup, yaitu cinta, kedamaian dan kesejahteraan keluarga, rejeki dan berkah, serta kesuksesan dalam bisnis dan karir. Bentuk ini juga mencerminkan filosofi keseimbangan dan keselarasan dalam hidup.