radarmukomuko.bacakoran.co - Indonesia mempunyai sejarah panjang sebelum memperoleh kemerdekaan yang bisa dirasakan masyarakat saat ini.
Anda pasti semua tahu kalau Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 2019 1945 dan kini sudah menginjak 77 tahun. Namun jauh sebelum kemerdekaan, banyak sekali daerah dan daerah di Indonesia yang sudah ada dan berdiri. Salah satu fakta dari sejarah panjang tersebut adalah terbentuknya banyak kota yang berbeda-beda melalui perubahan nama. Salah satu contoh yang paling dikenal adalah kota Jakarta yang dulu bernama Batavia. Beberapa kota di Indonesia memiliki sejarah yang jauh lebih panjang dibandingkan Indonesia, bahkan berusia ribuan tahun dan pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan. 1. Kota palembang Kota palembang adalah ibu kota provinsi sumatera selatan. Kota ini merupakan kota terbesar kedua dan terpadat di Pulau Sumatera setelah kota Medan dan kota kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Kota ini dan beberapa kabupaten di sekitarnya (Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin Regency) diubah oleh pemerintah pusat menjadi kawasan perkotaan Indonesia yang disebut Palembang Raya atau Patutraya Agung. Palembang pernah menjadi ibu kota kerajaan maritim Budha terbesar di Asia Tenggara, khususnya Sriwijaya Kedatuan yang menguasai nusantara. . dan Semenanjung Malaya pada abad ke-19. Inilah sebabnya mengapa kota ini dijuluki “Tanah Sriwijaya”. Bukti bahwa Palembang merupakan kota tertua di Indonesia adalah prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang. Prasasti ini menunjukkan terbentuknya wanua yang dipahami sebagai kota pada tanggal 16 Juni 683 Masehi. Palembang di dunia Barat juga dikenal sebagai Venesia dari Timur. 2. Kota Salatiga Pada masa Hindu-Buddha, Salatiga menjadi kawasan istimewa sebagaimana disebutkan dalam prasasti Hampra atau prasasti Plumpungan. Prasasti ini bertanggal 672 Saka atau 750 M dan ditulis dalam bahasa Jawa Kuna. Huruf dan bahasa Sansekerta. Menurut Kartoatmadja, Candrasengkala dalam prasasti tersebut mengacu pada hari Jumat (Suk) rawâra, 31 Asadha atau 24 Juli 750 M. Tanggal ini merupakan peresmian desa Hampra atau Plumpungan sebagai benteng pertahanan. Berdasarkan prasasti tersebut, hari jadi Kota Salatiga lantas ditetapkan pada 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga No. 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga. Prasasti Plumpungan Plumpungan berisi ketetapan hukum mengenai suatu tanah swatantra atau perdikan bagi Desa Hampra yang berada di wilayah Trigramyama, yang diberikan oleh Raja Bhanu untuk kesejahteraan para rakyatnya. Tanah perdikan juga dikenal dengan sebutan sima. Tanah tersebut biasanya akan diberikan oleh para raja kepada wilayah tertentu yang telah berjasa kepada kerajaan atau atas kehendak sendiri untuk didirikan bangunan suci keagamaan. Selanjutnya, wilayah itu akan menjadi daerah otonom yang dibebaskan dari upeti dan pajak. Wilayah Hampra yang diberikan status sebagai daerah perdikan saat pembuatan prasasti tersebut adalah daerah Salatiga sekarang. Untuk mengabadikan keputusan itu, Raja Bhanu lantas menulis di dalam prasasti Plumpungan Plumpungan kalimat Srir Astu Swasti Prajabhyah yang berarti “semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian”. Berdasarkan keterangan di prasasti Plumpungan Plumpungan, dapat diperkirakan jika wilayah Salatiga dahulu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram. Namun demikian, Raja Bhanu yang disebutkan di dalam prasasti tersebut belum dapat diketahui keterkaitannya dengan Kerajaan Mataram, tetapi para pakar sejarah menyebutkan jika seseorang yang membangun bangunan suci adalah seorang bangsawan. Informasi lain yang dicantumkan di dalam prasasti Plumpungan adalah adanya komunitas Buddha di wilayah Salatiga. Lebih dari itu, masyarakat Salatiga saat itu juga telah memahami organisasi kemasyarakatan dalam wujud kerajaan, meskipun daerah Salatiga bukanlah pusat kerajaan. Nama Salatiga juga diprediksi berasal dari pengembangan nama dewi yang disebutkan di dalam prasasti Plumpungan Plumpungan, yaitu Siddhadewi. Siddhadewi lebih dikenal dengan nama Dewi Trisala. Nama Trisala kemudian dipertahankan di kawasan ini. Lokasinya disebut Tri-Sala, yang bergantung pada kaidah hukum bahasa, dapat diubah menjadi Sala-tri atau Salatiga. 3 . Kota Kediri Berdirinya Kota Kediri disebutkan dalam prasasti Kwak yang ditemukan di Desa Ngabean, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1892. Prasasti tersebut berangka tahun 801 Saka atau tanggal 27 Januari 7 M 879. Kediri merupakan kota tertua di Jawa Timur. Selain itu, Kediri juga dikenal dengan sebutan kota Tahu Tahwa. Sedangkan Kota Kediri ditetapkan sebagai pemerintah daerah (kota) berdasarkan undang-undang. TIDAK. 16 Januari 1950. Merujuk pada undang-undang yang berkaitan dengan pembentukan Kotamadya Kediri, Kediri saat ini baru berusia 72 tahun. Kota ini mempunyai semboyan Djojo ing Bojo yang berarti “mengatasi bahaya”. Hingga saat ini kota ini berkembang dengan meningkatnya kualitas hidup di berbagai aspek, yaitu perdagangan, pendidikan, pariwisata, aparatur pemerintahan dan olah raga. Industri Industri tembakau Gudang Garam di kota ini banyak menopang perekonomian masyarakat. Komunitas Kediri yang juga merupakan salah satu perusahaan tembakau terbesar di Indonesia. Sementara tempat wisata yang banyak dikunjungi di kota ini adalah Taman Air Tirtayasa, Kolam Renang Pagora, Dermaga Jayabaya, Taman Sekartaji, dan Gua Selomangleng. Kawasan yang menjadi pusat niaga terpadat di Kediri adalah kawasan sepanjang Jalan Dhoho. 4. Kota Malang Magelang merupakan kota tertua keempat di Indonesia yang lahir pada tanggal 11 April 907 Masehi. Penentuan umurnya didasarkan pada keterangan Prasasti Gilikan, Prasasti Poh, dan Prasasti Mantyasih. Tiga baris teks tertulis di atas lempengan tembaga tersebut. Nama Magelang sendiri sebenarnya bertentangan dengan berbagai sumber yaitu cerita rakyat, legenda, dongeng, dll. Ya Mereka yang percaya bahwa nama Magelang berasal dari kisah kemunculannya. Masyarakat Keling (Kalingga) Jawa memakai hiasan cincin hidung. Kata gelang mempunyai awalan “ma-” yang menyatakan kata kerja “memakai” atau “menggunakan” yang secara garis besar berarti “menggunakan”. .menggunakan gelang. Oleh karena itu, Magelang berarti daerah yang banyak dikunjungi orang yang memakai gelang. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa Magelang berasal dari kisah rem pengepungan yang dilakukan prajurit Mataram terhadap Kiai Panjang. .gelang atau gelang yang bentuknya rapat Ada juga yang mengasosiasikan nama Magelang dengan kondisi geografis wilayah Kedu, khususnya cumlorot, yang sepertinya mempunyai arti yang sama dengan kata gelang. Itulah Magelang yang kemudian menjadi ibu kota Karesidenan Kedu dan juga ibu kota Kabupaten Magelang. Setelah kemerdekaan, kota ini menjadi kota kecil dan kawasan perkotaan. Pada masa reformasi, dengan diberikannya otonomi seluas-luasnya kepada daerah, istilah kotamadya kemudian diganti dengan kota. 5. Kota Banda Aceh Kota Banda Aceh dibangun oleh Raja Johan Syah pada tahun 1205 Masehi. Saat ini kota ini telah berusia 813 tahun dan merupakan salah satu kota Muslim tertua di Asia Tenggara. Kota ini juga berperan penting dalam penyebaran Islam ke seluruh Indonesia. Oleh karena itu disebut pula sebagai Serambi Mekkah. Saat ini Banda Aceh ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagai pusat pengumpulan dan distribusi hasil tangkapan ikan skala regional. pariwisata dan produksi pertanian. Selain itu, kota ini juga terletak di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bandar Aceh Darussalam (KAPET BAD). Potensi wisata yang dimiliki kota ini adalah wisata spiritual, wisata alam, wisata sejarah, wisata peringatan tsunami dan wisata jejak purbakala. 6. Kota Surabaya Sejak berdirinya, Kota Surabaya mempunyai sejarah panjang yang dikaitkan dengan nilai-nilai kepahlawanan. Hal inilah yang menjadikan Surabaya sarat dengan nilai-nilai kepahlawanan. Nilai-nilai kepahlawanan tersebut salah satunya ditunjukkan pada pertempuran antara Raden Wijaya melawan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Kublai Khan pada tahun 1293. Pertempuran bersejarah ini kemudian diabadikan sebagai tanggal berdirinya kota Surabaya hingga saat ini, tepatnya tanggal 31 Mei 1293. Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum masa penjajahan, tepatnya pada prasasti Trowulan I bertanggal 1358 Masehi. . Prasasti tersebut menunjukkan bahwa Churabhaya (Surabaya) pada waktu itu masih merupakan sebuah desa di tepi Sungai Brantas, yang berfungsi sebagai titik penyeberangan strategis di sepanjang Sungai Brantas. Pada masa ini, istilah Surabaya berasal dari kata sura (berani) dan baya (bahaya), masing-masing diterjemahkan secara harfiah sebagai "berani menghadapi bahaya yang akan datang". Surabaya akhirnya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur pada tahun 1926 dan berkembang pesat menjadi kota modern terbesar kedua setelah Jakarta. 7. Kota Baubau Kota Baubau adalah sebuah kota di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, yang dijuluki “negeri seribu benteng”. Baubau mendapat status kota pada tanggal 21 Juni 2001 berdasarkan peraturan perundang-undangan. TIDAK. 13 Oktober 2001. Berdasarkan pemukiman regional ini, kota ini juga didirikan pada tanggal 17 Oktober 1541. 8. Kota Ambon Sejarah Kota Ambon dimulai ketika Portugis membangun benteng di pulau tersebut sebagai tempat kegiatan perdagangan dan keagamaan. Pada saat ini, Portugis sedang mengalami konflik politik dengan penguasa Kerajaan Ternate dan umat Islam di pesisir utara Hitu. Orang Portugis pertama yang menginjakkan kaki di Ambon adalah Francisco Serrao dan 8 orang awaknya pada tahun 1512. Ambon dalam perkembangannya dibentuk berdasarkan surat gubernur provinsi Maluku tertanggal 1 Mei 1951 n°. 2056/1/Bg sebagai instrumen pemerintahan daerah Maluku Selatan, sambil menunggu terbentuknya daerah otonom di wilayah tersebut. Akhirnya Ambon ditetapkan sebagai daerah yang mempunyai kekuasaan mengatur dan mengurus swasta rumah tangga dan setara dengan kota-kota besar menurut ketentuan peraturan perundang-undangan. TIDAK. 22 Desember 1948. 9. Kota Tegal Kota Tegal pada awalnya adalah sebuah desa bernama Tetegual, yang pada tahun 1530 telah menunjukkan kemajuan termasuk wilayah Bupati Pemalang yang mengakui marga Pajang. Nama Tettegual diberikan oleh seorang pedagang Portugis, khususnya Tome Pires yang singgah di pelabuhan Tegal pada tahun 1500an. Kata Tetteghal berarti “tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian”. Terbentuknya kota Tegal tidak terlepas dari tokoh yang bernama Ki Gede Sebayu. . Namanya erat kaitannya dengan ras Majapahit, karena ayahnya, Ki Gede Tepus Rumput (yang kemudian bernama Pangeran Onje) merupakan keturunan Batara Katong, Adipati Ponorogo yang selalu berkerabat dengan keturunan Majapahit. 10. Kota Padang Jika anda ingin mengetahui sejarah Kota Padang, anda harus mengetahui terlebih dahulu sejarah Minangkabau, tepatnya sekitar abad ke 15 ketika Kerajaan Minangkabau diperintah oleh Raja Adityawarman. Saat itu Padang merupakan perkampungan nelayan. Berdasarkan tambo Minangkabau, Padang disebut daerah perantauan. Yang pertama tiba adalah Kubung XIII Solok Luhak Nan Tigo (Tanah Datar, Agam dan Limopuluh Kota). Padang menjadi tempat singgah sebelum berangkat ke Aceh. Sebelum abad ke-17, Padang tidak terlalu penting bagi kerajaan Minangkabau karena hanya dianggap sebagai kawasan perantauan. Inilah artikel terkait "10 Kota Tertua di Indonesia" yang bisa Anda manfaatkan untuk referensi dan bacaan. Jika Anda mempunyai saran, pertanyaan dan kritik, silakan tulis di kotak komentar di bawah. Bagikan juga artikel ini ke akun media sosial Anda agar teman-teman Anda juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.*
Kategori :